Senja dan Angan

9.9K 679 22
                                    

Sesuai perkataan Arjuna kemarin, hari ini keluarga besar Dwipandu menuju kota Semarang untuk mengikuti acara peresmian anak cabang kafe Blackdemon milik Arjuna. Mereka mengendarai mobil masing-masing. Arjuna dengan Mia sementara Wulan bersama Pandu .Seluruh persiapan acara sudah di hendel karyawannya jadi Arjuna tidak perlu repot-repot menyiapkan ini itu.

Mila menatap takjub pemandangan di sepanjang jalan, ini adalah kali pertama ia datang ke Semarang. eperti biasa jalan raya selalu di padati pengendara maupun pejalan kaki tapi itu tidak membuat Mila jengah. Ia malah suka dengan hal-hal seperti itu, ia bosan beberapa hari terakhir ini mengurung diri di rumah Wulan mertuanya.

Arjuna menatap lekat wajah Mila yang terlihat dari samping, gadis itu sibuk menatap pemandangan di sepanjang jalan, hal itu justru di syukuri Arjuna karena dengan begitu dia bisa dengan leluasa menatap wajah Mila tanpa wanita itu ketahui.

Dering ponsel membuat pandangan Mila beralih menatap benda pipih yang ada di genggamannya, sahabatnya, Aina menelpon.

"Halo Mil?” terdengar suara di seberang sana.

"Iya Na, kenapa?"

"Gak pa-pa, perjalanannya lancar? Aku takut keponakan aku kenapa-kenapa he heh." Terdengar suara tawa kecil dari Aina.


"Ha ha ha aku kira kamu mau nanya apa. Dia baik kok." Mila tersenyum sambil mengelus pelan perutnya yang sudah agak membuncit.
"Bos ada di sebelah kamu? Jujur, ya, Mil, Aku merasa gimana gitu sama. Bos," ujar Aina sambil menggigit kukunya, ia merasa sudah lancang, dulu dengan beraninya dia datang ke rumah orang tua Arjuna Bosnya. untuk meminta pertanggung jawaban laki-laki itu kepada sahabatnya Mila.

"Iya, kenapa?"

"Kamu ingat waktu kita ke rumah, Bos pertama kali kan? Aku takut dia dendam sama aku trus aku di pecat dari kafe," terdengar nada khawatir di seberang sana.

"Mm... aku rasa dia gak akan pecat kamu, apalagi kamu kan udah lama kerja di situ tenang aja, Na."

"Iya deh, udah dulu ya Mil. Tadinya aku cuman mau nanyain keadaan kamu. Aku mau lanjut dulu, kafe lagi rame banget nih."


"Okey, semangat kerjanya Na!”

"Siap ibu Bos, see you." Sambungan telepon terputus.

Mila kembali pada kegiatannya tadi. Kembali memandangi jalan raya, tiba-tiba ia merasa lapar.

"Mm... Kak, Bisa berhenti bentar?"

Arjuna tahu, pasti wanita di sampingnya itu sedang lapar. Setiap kali Mila  bertanya seperti itu tandanya dia sedang menginginkan sesuatu.

Arjuna memelankan kecepatan mobilnya. Ia berhenti di sebuah rumah makan sederhana, Mila yang ngotot menyuruhnya berhenti di sana. Wanita yang sudah tiga bulan menyandang status sebagai istrinya itu memang suka bertindak semaunya. Tapi, Arjuna menyukai setiap tindakan yang di lakukan wanita di hadapannya itu.

Mila memesan banyak makanan tradisional khas Semarang. Mulai dari: Garag Asem, tahu gimbal, bandeng presto, lumpia dan terakhir es teh. Arjuna tampak tak yakin Mila akan bisa menghabiskan semua pesanannya.

Arjuna menatap lekat ibu dari calon bayinya,  wanita itu cantik, juga tipe wanita yang ceria. rasa bersalah selalu menghantui Arjuna tapi selalu ia tepis, ia kembali meyakinkan  dirinya bahwa Mila hanya benalu dalam hidupnya. Di tengah lamunannya Arjuna di kagetkan oleh suara telepon dari dalam sakunya, senyum cerah memarka di wajah tampannya melihat nama Saras terpampang di atas layar  gawai miliknya.

"Halo Ras?"

"Jun, kamu lagi ngapain?"

"Lagi makan nih, kamu udah makan?"

"Udah."


"Di sana berapa hari Jun? Aku kangen." Arjuna tersenyum tipis, gadisnya itu entah sejak kapan manja padanya.

"Aku juga kangen kamu."

Mila sedari tadi terus mendengarkan percakapan kedua sejoli itu, sikap Arjuna yang dingin langsung menghangat ketika mendengar suara dari Saras kekasihnya. Mila iri dengan Saras yang dengan mudahnya mendapatkan perhatian dari Arjuna, sementara Mila istrinya tidak pernah ia pedulikan.

***

Acara peresmian anak cabang kafe Blackdemon milik Arjuna di hadiri banyak orang, semua hadir dari kalangan remaja maupun dewasa. Akhir-akhir ini kafe milik Arjuna lebih ramai dari biasanya. Kalau kata Wulan mamanya,  itu rezeki si jabang bayi.


"Jun, kamu ajak jalan-jalan Mila ke pantai gih,"  kata Wulan,  menatap putra dan menantunya itu bergantian.

"Iya, katanya Mila baru kali ini datang ke sini kan?" Tanya Brahmana pada menantunya, Mila mengangguk singkat sambil tersenyum kikuk.

"Kalo ke Semarang belum Afdol kalo nggak pergi ke pantai Marina, di sana pemandangannya indah banget kamu harus ke sana sayang," ujar Wulan menatap manik mata menantunya, Mila sebenarnya sangat ingin ke sana. Tapi, Mila tidak tahu apakah Arjuna akan membawanya ke sana atau tidak, Mila tidak berharap banyak, ia tahu Arjuna tida akan pernah sudi bersama dengannya.

"Kalao gitu Arjuna dan Mila pergi dulu, Ma, Pa." Arjuna menggandeng tangan Mila, menautkan jari-jarinya dengan jari-jari wanita itu. Pipi Mila bersemu merah menahan malu, dia tidak menyangka Arjuna akan setuju.
"Hati-hati, pulangnya jangan kemalaman nanti Mila masuk angin, gak baik buat ibu hamil," terang Wulan kepada Arjuna.

Mila dan Arjuna mengangguk bersamaan, mereka melangkah berdampingan menuju mobil Arjuna.

***

Udara sore menerpa wajah Mila. Membuat anak rambutnya menari-nari tertiup embusan angin, hamparan ombak meliuk-liuk di bibir pantai. Sang surya mulai turun menuju persemaian, langit jingga begitu indah di temani pantulan cahaya senja di atas air. Sangat indah, Mila menutup mata merasakan embusan angin menggelitik wajahnya, Arjuna kembali terpana. Dia memotret Mila diam-diam dengan ponselnya.

Wajah Ayu Mila membuatnya Arjuna terpaku, Wanita itu bahkan tidak ia kenal sebelumnya. Namun entah mengapa kini rasa hangat melingkupi reluh hatinya kala menatap wajah cantik wanitanya. Tanpa sadar Arjuna telah mengklaim Mila sebagai wanitanya. Rasa benci yang dulu melekat di hatinya kini hilang bak di sapu ombak, Namun ia hanya bisa menatap wanita itu dari kejauhan, Arjuna merasa masih ada tembok besar tak kasad mata yang menghalanginya untuk mendekati wanita itu.

Mila sungguh kagum dengan pemandangan pantai Marina ini, sungguh hari ini akan menjadi kenangan terindah dalam hidupnya. Mila menundukkan kepala menatap kakinya yang berpijak di atas pasir putih. Ia rindu orang tuanya, ia rindu dekapan hangat Bundanya. Ia rindu kecupan singkat di dahinya, ia rindu semua tentang kedua orang tuanya.

Setetes Air bening meluncur jatuh dari pelupuk matanya, ia berharap semua akan baik-baik saja.

Andai waktu bisa di putar kembali. Mila ingin mengulang semua kenangan yang ia lakukan bersama kedua orang tuanya, mengikuti estrakulikuler musik, bercanda tawa dengan Kevin mantan kekasihnya, atau sekedar hangout dengan teman-teman sebaya. Mila ingin itu semua kembali. Mila sadar semua itu tidak akan bisa kembali lagi. Semua itu hanya kenangan lama yang menjadi sejarah dalam hidupnya. Kini Mila hanya bisa berharap semoga hari esok bisa ia lalui dengan senyuman.

Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang