Barata Yuda vs Pelita

9.1K 599 10
                                    

Mila bangkit dari tidurnya, aroma lejat masakan tercium panca indranya. Aroma itu berasal dari arah dapur, Mila buru-buru membasuh wajah di dalam kamar mandi. Matanya melirik jam dinding pukul 05. 57. Apa mungkin Arjuna tengah memasak di dapur? Ranjang sebelahnya sudah kosong saat Mila bangun, itu artinya yang ada di dapur memang Arjuna.

Mila mengikat asal rambutnya, membiarkan beberapa helai anak-anak rambut jatuh menutupi matanya. Apa yang Mila pikirkan memang benar, Arjuna lelaki itu sedang sibuk mengutak atik alat dapur, Mila mendudukkan dirinya di atas kursi Pantry sambil menopang dagu. Pandangannya tertuju kepada Arjuna, tangan besar Arjuna terlihat lihai memotong-motong bawang, apalagi celemek yang ia pakai menambah kesan imut di mata Mila.
Arjuna sadar sedari tadi ia di perhatikan Mila, ia hanya tersenyum tipis. Arjuna membawa dua piring nasi goreng, menghidangkannya di meja. Ia memberikan satu piring untuk Mila dan satunya lagi untuknya. Mila terlihat bingung beberapa saat, wajahnya yang kebingungan membuat Arjuna gemas, Arjuna meletakan sebelah tangannya di atas puncak kepala Mila mengelus pelan rambut wanita itu, kemudian tersenyum lebar.

Mila bingung dengan perlakuan Arjuna tadi, Mila memegangi kepalanya. Ia menatap Arjuna yang masih setia menyunggingkan senyum manis ke arahnya.

"Yuk makan!” ajak Arjuna masih dengan senyum hangat yang sama.

Mila terdiam beberapa saat, ia menyendokkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya. Enak, itu yang Mila rasakan, ia tidak menyangka kalau suaminya ini bisa memasak. Bahkan masakannya saja kalah dengan masakan Arjuna. Mila memakan makanannya dengan rakus tak sampai sepuluh menit makanan di piringnya sudah habis tanpa tersisa. Arjuna tersenyum tipis, ini adalah usaha pertama Arjuna untuk merebut hati Mila--Ibu dari anaknya.

"Hari ini kamu ikut nonton pertandingan basket di SMA Baratayuda?" Arjuna membuka pembicaraan, ia sangat ingin mengobrol dengan wanitanya itu.
Mila terenyak kaget mendengar kata 'kamu' keluar dari bibir Arjuna. bukankah biasanya dia selalu berkata 'Lo-gue?'

"Iya kak." Mila mengangguk singkat, ia bukan tidak senang di perlakukan manis oleh Arjuna, hanya saja ia masih bingung otaknya tidak dapat mencerna perubahan yang ada pada Arjuna.

"Hati-hati, Aku gak mau kamu kenapa-kenapa." Arjuna menatap Manik mata Mila, wanita itu mengangguk singkat.
Suasana kembali sunyi, tidak ada yang kembali membuka pembicaraan, Arjuna sibuk dengan pikirannya sendiri Mila pun demikian.

"Aku anter?" Arjuna menunggu persetujuan dari wanita di hadapannya itu.

Mila menggeleng, "Gak usah, kak, Bima mau jemput."

Kecewa, itulah yang di rasakan Arjuna sekarang, apa ia sebegitu tidak pentingnya untuk Mila? padahal dia sudah berusaha. Arjuna tersenyum  berusaha menetralkan raut wajahnya.

"Okey."

Mila keluar dari Apartemen , ia berjalan beriringan dengan Arjuna menuju parkirkan. Mobil sport merah Bima sudah terparkir di depan jalan raya menunggu sang wanita masuk ke dalam, Bima menurunkan kaca Mobilnya. Di sana Mila dan Arjuna berdiri berdampingan di depan mobil Arjuna, Bima menghampiri keduanya.
Bima melakukan hingtfive dengan sang kapten, ia memegangi pergelangan tangan Mila membawa tangan itu tertaut  dengan jari-jarinya.

"Duluan, Bang," ujar Bima kepada Arjuna. Arjuna mengangguk singkat, ada rasa kecewa dan juga sakit menjalar ke dalam dada ketika melihat wanita yang ia sayangi pergi tanpa berpaling ke arahnya.

Arjuna masuk ke dalam mobilnya, meninju setir mobil bak samsak. Menyalurkan kekesalannya di sana. Mila wanita itu, apakah dia sudah menetapkan Bima sebagai pilihannya? Arjuna takut sungguh takut kehilangan Mila.

***







Pukul 08: 00 seluruh kelas di bubarkan, pertandingan Basket antara kedua sekolah akan di laksanakan sekarang. Walaupun SMA pelita tidak menjadi tuan rumah tapi pendukung mereka tidak kalah jauh dari sang tuan rumah SMA Baratayuda.

Suara teriakan-teriakan menggema memenuhi lapangan, masing-masing kubu menyorakkan dukungan kepada masing-masing jagoan mereka. sorak-sorak kian menggema saat kedua tim memasuki lapangan, kedua tim lawan saling berjabat tangan tanda sportivitas. Pertandingan akan di mulai beberapa menit lagi.

Bima berjalan ke arah kursi penonton, ia tak menghiraukan suara yang terus memanggil- manggil namanya, pandangannya fokus ke arah Mila. Wanita itu sedang asyik memakan permen kapas tanpa memedulikan tatapan Bima yang terarah kepadanya, Bima berjongkok menarik hidung Mila pelan. Mila mendongkak menatap kesal laki-laki yang berjongkok di hadapannya itu.




"Apaan sih Bim," ujar Mila malu, bagaimana tidak. berpasang-pasang mata saat ini tengah menatap keduanya.

"Kus, jangan lupa semangat in gua, ya." Bima tersenyum menampakkan gigi-gigi putihnya juga gigi gingsul yang membuatnya makin terlihat manis, beberapa siswa merekam kegiatan itu ada yang berdedak kesal juga iri kepada keduanya.

"Aaaa... Bima manis banget gila!"

"Uwuuwu banget!"

"Gua cemburu!"

"Andai gua jadi Mila!"

"Kak Bima hiks.. gua cembokur!"
Dan banyak lagi decak iri dari para penonton aksi Bima dan Mila. Sementara Arjuna mengepalkan tangannya, buku-buku tangannya sampai memerah akibat terlalu kuat di tekan oleh kukunya.

Yudistira yang melihat itu tersenyum miring, si bontot mereka memang tidak bisa di tebak. Ia juga merasa iba pada Arjuna sahabatnya. Tidak ada orang yang lebih tahu bagaimana Arjuna selain dirinya. Ia dan Arjuna sudah berteman sejak kecil bahkan dia tidak dekat dengan siapa pun selain dengan dirinya.

Wasit meniup peluit mengumumkan pertandingan akan di mulai, Arjuna dan para timnya berdoa semoga kemenangan kembali mereka raih. Kedua kapten dari Masing-masing tim berdiri berbalik badan.

"Pelita kepala, Baratayuda ekor?" tanya wasit, koin sudah ada di tangganya tinggal menunggu di lemparkan ke atas.

"Ya," ucap keduanya bersamaan. Wasit melempar koin ke udara, Ia menutup koin yang mendarat tepat di atas telapak tangannya, terdapat gambar kepala di atas koin itu. Itu artinya tin dari SMA Pelita yang akan memimpin pertandingan terlebih dahulu.

Mesing-masih tim mengatur posisi mereka masing-masing, untuk penyerangan pertama tim Arjuna menggunakan pola set offense mereka berdiri di posisi masing-masing sesuai dengan tugas mereka.

Yudistira membawa bola mengoperkannya kepada Nakula, Nakula menerima bola, ia memberikan pasing kepada Bima. Namun dengan cepat bola di raih oleh tim lawan, ia membawa bola memantul-mantulkan bola ke lapangan, ia bersiap untuk menembak. Dengan cepat Bima merebut bola, ia melakukan teknik rebont agar bola tak kembali ketangan musuh, Bima melemparkan bola ke arah Arjuna, dengan sigap Arjuna menangkap bola.

Ia melakukan lay -up dari jarak yang lumayan jauh. Bola masuk ke dalam ring, Arjuna mencetak angka, suasana yang tadinya sempat hening kini kembali riuh oleh teriakan serta sorakan para penonton.

"Yey kak Arjuna semangat!"

"SMA Pelita pasti menang huuu yeey."

"Semangat!"

"Arjuna semangat, love you, Beb!" Saras berteriak heboh.

Mata Arjuna menangkap sosok Mila yang duduk diam di kusi penonton, ia mengharapkan dukungan dari Mila tapi wanita itu hanya diam. Apa yang Arjuna harapkan? Dilihat dari mana pun sudah jelas bahwa Mila menyukai Bima juniornya.

Dulu teriakan Saras menjadi vitamin untuknya, Tapi sekarang entah mengapa teriakan semangat dari Saras tidak berarti apa-apa lagi untuknya.
Ronde pertama di menangkan oleh tim dari SMA Pelita, Arjuna berhasil mendapatkan dua poin karena tadi dia melakukan lay up di dalam titik penalti (2 poin field goal area). Terlihat raut cemas dari tim Baratayuda, tampak mereka saling berselisih paham antar sesama anggota, hal itu justru makin menambah peluang kemenangan untuk Arjuna dan timnya.

Ronde kedua di mulai oleh tim lawan salah satu pemain yang bernama Dito berhasil merebut bola dari tangan Yudistira. Tim lawan menggunakan pola free stayl kali ini. Bola kali ini benar-benar di kuasai tim lawan, Bima sampai kewalahan menghadapi sang leader bertubuh tinggi dari SMA Baratayuda.

"Bima semangat!"

"Semangat Bima, gua dukung lo nih!"

"Semangat!"
Mila terus berteriak menyemangati Bima, laki-laki itu tersenyum senang di dalam lapangan. Beberapa saat setelahnya suara riuh dari SMA Baratayuda makin histeris saat Dito sang kapten berhasil mencetak satu poin, ia melakukan shooting melalui titik penalti. Hal itu membuat tim dari SMA Baratayuda berbangga diri, mereka menatap cemooh ke arah tim dari SMA Pelita. Arjuna dan timnya hanya tersenyum sinis, bagaimana bisa mereka sesombong itu? Apa mereka tidak tahu di atas langit masih ada langit, lagi pula ini baru permulaan.


Ronde ketiga SMA Pelita kembali menguasai bola, Arjuna dan timnya menggunakan pola fasth break (serangan kilat). Yudistira melakukan passing, ia mengumpan bola kepada Bima, Bima mengoper bola kepada Arjuna. Dengan sigap Arjuna kembali melakukan lay up. Center yang menjaga ring tidak mampu menyaingi kecepatan lompatan Arjuna. Alhasil Arjuna dan timnya kembali berhasil mencetak angka.

Ronde terakhir sebagai akhir permainan dan juga babak penentu siapa yang akan memenangkan pertandingan, baik penonton maupun para pemain sama-sama merasakan ketegangan yang amat besar. Kali ini bola bergulir tanpa berhenti, masing-masing tim dengan susah payah merebut bola dari tim lawan, berusaha mengambil kendali.

Bola terus memantul ke sana- kemari sampai-sampai para penonton di buat deg-degan tak karuan. Pada Akhirnya Nakula berhasil merebut bola dari tim lawan, ia melempar bola di luar titik penalti. Nakula mencetak poin istimewa tree poin dengan sempurna, dengan begitu pertandingan berakhir dan di menangkan oleh tim dari SMA Pelita.

Sorak-sorak gembira bergema memenuhi lapangan SMA Baratayuda, mereka kalah telak. sementara Arjuna dan timnya pulang dengan kemenangan.




Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang