Jangan lupa vote dan komen ya ges ya!! Thankyuu
"SELURUH SISWA DAN SISWI. DIMOHON UNTUK SEGERA MENUJU LAPANGAN. HARI INI SEKOLAH KITA KEDATANGAN TAMU. DARI INTERNASIONAL SCHOOL. ANAK-ANAK DIHIMBAU UNTUK TERTIB." Suara pak kepala sekolah terdengar nyaring dari pengeras suara. Arjuna yang masih berada di kelas dengan rasa kesal menguap malas, ia mengusap wajah gusar. Masih memikirkan tentang video yang Kevin bicarakan.
"Woi, Jun-jun! Ayo ke lapangan!" ajak Nakula di depan pintu kelas.
Arjuna mengangguk. Lalu ikut berjalan beriringan dengan Nakula. Arjuna yang tampak gelisah membuat Nakula menatap Arjuna dengan tatapan menyelidik.
"Lo kenapa? Kaya ada masalah gitu?"
"Ngga ada. Im ok."
"Lo serius? Meski ekspresi lo selalu gitu. Tapi gue ngerasa kaya ada sesuatu yang lo tutup-tutupi. Cerita aja, Jun," bujuk Nakula.
Arjuna menggeleng. Masalah seperti ini tidak mungkin ia ceritakan kepada siapa-siapa, Arjuna takut Nakula yang polos akan dipermainkan oleh Kevin.
"Thanks, Nak. Tapi gue baik-baik aja." Arjuna tersenyum tipis, mencoba meyakinkan Nakula.
Suasana lapangan begitu ramai, sangat bising di telinga Arjuna. Apalagi kebisingan itu datang dari mulut para siswi yang memuji ketampanan anak-anak dari internasional school. Cih, wanita memang tidak bisa diam jika sudah melihat lelaki tampan. Mila juga begitu, istri gembulnnya itu akan sangat senang melihat artis-artis tampan idolanya. Membayangkan wajah Mila yang entah sedang apa di apartemen membuat Arjuna tersenyum, seketika rasanya ingin bertemu. Dasar bucin.
"Baik anak-anak, terima kasih sudah berkumpul. Hari ini Jumat, tanggal 9 September, sekolah kita akan bertanding basket dan football serta olah raga lainya, sebagai partisipasi untuk merayakan hari olahraga nasional Dan lawan kita adalah anak-anak berbakat dari internasional school. Ini bukan ajang untuk bermusuhan. Tapi mempererat tali silaturahmi dengan sahata-sahabat kita ini. Bapak harap kalian bisa bermain sportif, menang atau kalah tidak masalah. Karena tujuan dari permainan ini adalah sebagai wujud nyata rasa nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia."
"Anak-anak dari klub olahraga dipersilahkan untuk bersiap!"
Arjuna sempat lupa, bahwa hari ini adalah tanggal 9 September yaitu hari memperingati, hari olahraga nasional. Ia biasanya akan sangat antusias. Tapi karena hadirnya Kevin membuat rasa bahagia yang ia rasakan berubah menjadi rasa kesal.
Arjuna dan kawan-kawan segera mengganti seragam, timnya akan dibagi menjadi dua tim. Tim senior dan tim junior, hal itu mereka lakukan karena sekolah international school membawa dua tingkatan tim.
Masing-masing tim bersiap di sisi lapangan, tribune-tribune penonton sudah diisi, pertandingan dipisah antar permainan basket dan olah raga lainnya. Meski tim internasional school merangkap sebagai tamu. Tapi pendukungnya tidak kalah banyak dari tuan rumah. Mereka tampak bersemangat, saling membanggakan keunggulan sekolah masing-masing.
Arjuna dan timnya berbaris berjejer, begitu juga dengan tim basket dari sekolah Kevin. Mereka saling berjabat tangan. Jika yang lainya melontarkan tatapan persahabatan, justru berbeda dengan Kevin, pemuda itu menatap Arjuna dengan pandangan permusuhan dengan seringai meremehkan.
Kevin mendekatkan diri di hadapan Arjuna, tangannya tidak ia lepaskan. Kevin berbisik di telinga Arjuna, mengancam. "Lo dan tim lo harus kalah, kalau ngga? Bom! Video mesum lo itu akan tersebar ke seluruh penjuru dunia! Haha, lo tahu kan, gue bukan tipe orang yang cuman ngomong doang? Jadi... lo tinggal pilih, KALAH ATAU TERSEBAR!" ucap Kevin, ia tersenyum lebar sampai giginya terlihat lalu menepuk pundak Arjuna kencang.
Sial! Sekarang apa yang harus Arjuna lakukan. Ia sangat tahu betul dengan sikap Kevin. Tapi Arjuna tidak akan mungkin tega membiarkan timnya kalah. Apa yang akan orang lain katakan, tim mereka selalu menang berturut-turut dalam ajang basket tingkat provinsi. Tapi melawan sekolah yang hanya masuk tingkat kota saja mereka tidak bisa, itu jelas akan membuat banyak persepsi negatif. Bisa saja, kemahiran mereka selama ini dianggap telah menyogok.
"Jun, lo kenapa sih? Bilang sama kita?" Sadewa membujuk, ia menangkap raut cemas dari wajah Arjuna. Semulanya Arjuna terlihat baik-baik saja, tapi setelah bertemu Kevin wajah Arjuna tampak seperti orang yang menahan sesuatu. Sadewa merasa Arjuna sedang tidak baik-baik saja.
Baiklah, mungkin tidak semua hal harus dipendam sendiri. Arjuna tidak ingin melibatkan siapa-siapa, namun kali ini ia tidak bisa menanggung beban itu sendirian. Arjuna tahu, meski ia sendirian tidak bermain dengan baik, timnya memiliki kualitas yang baik untuk menang.
"Kevin ngancem gue, dia mau nyebarin video gue dan istri gue, yang di kelab malam itu, saat gue minta lo untuk pulang duluan," kata Arjuna frustrasi.
"Gila! Emang sinting banget tu orang! Trus lo mau kita gimana? Kita kalah aja?" Sadewa keki, ingin sekali ia memukul wajah Kevin saat ini juga. Sadewa bukan lagi dia tiga tahun lalu, Sadewa tidak lagi takut dengan orang seperti Kevin-- seorang titisan iblis.
"Gue ngga tau. Ngga mungkin kita sengaja kalah lawan mereka, gimana sama anak-anak yang lain? Sekolah sama pendukung kita gimana?" Arjuna mengacak rambutnya, berkali-kali menarik napas lalu mengembuskannya lagi. Mencoba menetralkan degup jantungnya yang kian memburu. Emosinya terus ia coba untuk stabil.
"Ngga apa-apa, Jun. Lagi pula kita cuman main biasa, gue dan yang lainnya siap kalah demi lo. Anggap aja kita lagi sedekahkan ring kita buat mereka, biar mereka bahagia, bisa ngerasain tanding dan menang melawan tim pemenang tingkat nasional," ujar Sadewa meyakinkan.
"Tapi... ."
"Udah-udah. Ngga usah pusing, gue bilang ke nakula sama sadewa. Tenang aja, gue ngga akan biarin nama baik lo dan mila tercemar. Ini bukan sesuatu yang harus lo cemaskan." Sadewa berjalan menjauh, ia berlari kecil menghampiri Nakula dan Yudistira, yang tengah pemanasan di pinggir lapangan.
"Woi, lo berdua, sini!" panggil Sadewa.
Nakula dan Yudistira segera menghampiri Sadewa.
"Kenapa, Sad?" tanya Yudistira." Kita harus kalah. Minimal dua atau tiga tembakan," kata Sadewa serius.
Nakula dan Yudistira tercengang. Yudistira yang sedang minum sampai terbatuk-batuk, ia segera memukul dadanya lalu memandang Sadewa.
Sementara Nakula, dia langsung mengorek-orek kupingnya, siapa tahu dia salah dengar. " Gue emang seminggu ini belum bersihin kuping sih. Tapi masa iya, gue dengar si Sad-Sad, minta tim kita kalah?"
"Gue ngga budeg kan, Sad?" tanya Nakula.
"Maksud lo apa? Kenapa tiba-tiba kita harus kalah?"
"Lo ngga budeg, Nak. Yang lo dengar itu benar, kita harus kalah. Ini demi Arjuna, cerita lengkapnya kita bicarakan usai pertandingan. Sekarang gue minta, lo berdua mainnya jagan pake power. Main santai aja."
"Lo berdua ngga keberatan kan? Gue tahu abis ini pasti kita bakal dibicarain, jadi bahan gibahan anak-anak. Tapi kita ngga mungkin dong biarin Arjuna nanggung masalahnya sendirian, kita uda berteman lama."
"Aelah, Sad. Masalah gini mah gampang, ngga usah lo jelasin kita berdua akan ngelakuin. Yakan, Yud?"
Yudistira mengangguk, meski kekalahan adalah sesuatu yang memalukan untuk laki-laki. Tapi demi sahabat, tidak ada sesuatu yang berat, selagi itu bisa dipikul bersama-sama.
"Yos! Ayok kita kalah!" bisik Nakula yang hanya bisa didengar oleh Yudistira dan Sadewa.
Yudistira dan Sadewa hanya terkekeh.
"Semoga kita kalah!" sahut Sadewa dan Yudistira.Hari yang lucu untuk keempat sahabat itu, jika orang lain mengharapkan kemenangan, mereka justru mendambakan kekalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi Beda
Teen FictionJudul Sebelumnya [BECAUSE ACCIDENT] [TAHAP REVISI] Cerita ini tak terduga loh☡ alurnya bisa membuat kalian terkejut☺ cerita klasik yang bikin kamu penasaran tentunya😉 kalo tidak percaya sini buktikan sendiri❗ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA😉 Part awa...