Rencana tiga sekawan

7.6K 285 27
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi beberapa menit lalu. Segera saja tiga sekawan itu menarik Arjuna keluar dari kelas. Arjuna tidak banyak bicara, ia hanya mengikuti apa yang sedang teman-temannya itu lakukan. Mereka tidak mengatakan apa pun saat Arjuna bertanya. Seperti biasa sapaan manis dari para gadis di Koridor membuat jiwa-jiwa playboy Nakula semakin bergerilya.

“Hai, bang Nakula. Kok makin ganteng aja sih? Mau ke mana buru-buru gitu?” tanya salah satu siswi di Koridor.

“Ei, hai juga. Biasa babang Nakula lagi ada urusan mendesak,” katanya sambil memainkan rambutnya. Sok ganteng.

“Abang pergi dulu ya, nanti kita calling, calling.”
Sadewa yang kesal tidak mampu lagi menahan diri. Ia mengetuk kepala Nakula dengan kepalan tanganya. Bisa-bisanya dia menggoda para gadis di saat waktu semepet ini.

Nakula yang tidak terima diperlakukan begitu menatap Sadewa dengan pandangan sengit.
“Apaan sih, Sad. Perasaan elo selalu ganggu gue mulu!”

“Eh, Bangsul! Siapa suruh goda cewek? Kita ini lagi ada misi rahasia!”

“Gue tahu Sat! Tapi nggak bisa dong lo main getok pala gue. Anak babe rojak itu berharga.”

“Inik bibi Rijik birhirgi, kirik bilih digitik. Pret! Kalo elo jadi anak gue ya, udah gue masukin ke kolam buaya, gue pertemukan sama para sodara lo!”

“Sad, Nak. Lo berdua bisa nggak, sehari aja nggak ribut?” sela Yudistira yang sudah sangat bosan meladeni kebisingan dua anak ajaib itu.

“Iya, Yud. Sorry.”

“Karna lo pada kita semua masih di sini. Lo pada ingat nggak, sih sama rencana kita?”

“Iya, Yud. Kita minta maaf,” balas Sadewa dan Nakula bersamaan.

Kini mereka sudah tiba di depan kelas Bima. Yudistira clingak- clinguk mencari keberadaan junior mereka itu. Namun batang hidungnya pun tidak terlihat.

“Si bontot ke mana ya?” tanya Yudistira pada diri sendiri. Yudistira bertanya kepada salah satu siswa berkaca mata yang tengah membaca buku. Setelah mendapat informasi ia segera keluar dari kelas. Yudistira memimpin langkah ke tiga temannya menuju toilet pria. Kebetulan sekali Bima baru saja keluar dari balik toilet. Segera saja Yudistira memukul kepala bagian belakang Bima. Siswa yang melihat Bima yang jatuh terkapar dengan mata tutup, melotot kaget. Yudistira meminta mereka diam dengan telunjuk yang menempel di bibir. Arjuna pun sempat dibuat ternganga, ia benar-benar merasa bersalah pada Bima. Sebenarnya rencana apa yang teman-temannya ini lakukan. Mengapa sampai menggunakan kekerasan?

Mereka berlima saat ini masih di toilet pria. Menunggu bunyi Bel. Baiklah mereka akan bolos hari ini. Tak lama suara yang mereka tunggu akhirnya tiba, setelah merasa semua aman dan koridor sudah sepi mereka menggotong tubuh Bima menuju gudang sekolah. Tindakan ini sangat menantang, apalagi hampir saja mereka tertangkap basah oleh Pak Edison—si guru BK super killer.

Bima tersadar saat dirinya mencium bau minyak wangi yang begitu pekat di hidungnya. Ia terkejut saat dirinya duduk di kursi dengan tali tambang yang mengikat tangan dan kaki. Rasa pusing belum sepenuhnya menghilang tapi ia semakin dibuat semakin pusing dengan keberadaan empat seniornya. Bima meronta, berteriak. Namun, nihil mulutnya sudah ditutup dengan lakban hitam. Bima bertanya-tanya ada apa dengan para seniornya itu. Apa Bima akan dibunuh seperti di flm- flm India yang ia tonton? Kenapa sekarang wajah seniornya begitu menakutkan.

“Bawa leps guea!” pinta Bima, suaranya tidak jelas karena bibirnya tertutup erat oleh lakban.

“Bima, lo harus ikutin perintah kita. Kita cuman mau minta bantuan elo,” balas Nakula sembari membuka penutup mulut Bima.

“Minta bantuan apaan yang kayak gini bang? Lo pada udah kayak penculik,” ujar Bima emosi. “ Bang Arjuna. Ini maksudnya apa sih? Kenapa gue diikat di sini?”

Arjuna hanya diam sambil menggeleng karena memang dia tidak tahu.

“Kan kita uda bilang, mau minta bantuan elo,” balas Sadewa.

“Iya bantuan apa, Bang? Kenapa mesti diikat gini!” seru Bima yang sudah sangat kesal dengan ucapan Nakula yang bertele-tele.

“Jadi kita mau lo bawa Mila jalan-jalan,” ungkap Yudistira.

Bima tersenyum manis. “ Aduh, Bang, nggak perlu lo minta gue juga bakalan lakuin itu.”

“Eh, jangan seneng dulu. Selain ajak Mila jalan-jalan lo harus bantuin kita nata tempat.”

“Nata buat apa?”

“Kita mau bikin suprise buat Mila. Jadi intinya ya kayak pengakuan cinta Arjuna ke Mila.”

“Gue nggak mau! Nggak rela gue Bang!” tolak Bima mentah-mentah.

“Eh, Bima. Lo cowok apaan. Di mana- mana cewek yang ngerusak rumah tangga orang, ini malah elu cowok! Uda lah iklasin Mila buat Arjuna,” pinta Sadewa.

“Nah kan untung lo pada nurut apa kata gue buat ikat si Bima. Ni nak emang bener-bener meresahkan,” ucap Nakula.

“Ayolah Bima, cinta lo itu salah, bukan pada orang yang tepat. Mila emang lebih cocok buat Arjuna. Mila itu ibu dari anak Arjuna,” bisik Yudistira.

“Tapi, Bang, gue sayang sama dia. Gue juga sayang sama anaknya dia. Gue janji bakalan bahagia in dia juga, lepasin Mila buat gue aja, Bang?” pinta Bima kepada Arjuna.

“Oi, bocil! Tahu apa lo masalah sayang-sayangan anak orang, lo harus mikirin perasaan Mila juga dong. Mila itu cintanya sama Arjuna.”

“Gue cinta sama dia, tolong lepasin dia,” kata Arjuna lirih.

“Gue serius sayang sama mereka, Bang. Selama ini Mila tertekan sama elo, selama ini lo ke mana ARJUNA DWIPANDU! Di saat Mila sedih lo dimana? Dan sekarang seenak jidatnya lo bilang mau ungkapin cinta ke dia? Cih.” Bima tersenyum sinis dengan mata yang terbakar api amarah.

“Gue sadar selama ini gue jahat sama dia, tapi gue beneran mau perbaiki hubungan gue. Please lo lepasin Mila. Dia istri gue, Bima. Gue makasih banget selama ini lo uda jaga dia dan lindungi dia. Tapi tolong lo mikirin anak gue. Lo boleh ambil Mila, lo boleh mukul gue sampe gue mati kalo seandainya gue kembali bikin dia terluka.” Kini Arjuna tertunduk dalam, matanya sudah memerah. Bima ternyata memang sangat mencintai istrinya. Arjuna benar-benar berjanji akan memperbaiki semuanya.

Bima menarik napas kasar, sulit sekali rasanya begitu saja melepaskan orang yang teramat dia cintai. Mengapa sekalinya Bima merasakan cinta, orang itu harus sudah terikat dengan orang lain. Dada Bima rasanya sesak sekali. Apakah sekarang memang waktunya Bima merelakan Mila? Kenapa begitu berat rasanya.

“Oke, gua kasih Mila ke lo, Bang. Tapi kalo sampe gue tahu lo nyakitin dia... Gue akan bawa dia pergi jauh dari hidup lo!”

“Makasih Bima, gue benar-benar akan nepatin janji gue,” kata Arjuna memeluk Bima erat.

“Siapa yang naro bawang di sini! Siapa woi!” seru Nakula sambil menutup matanya. Ia sudah menahan tangis sedari tadi. Begitu pula dengan Sadewa dan Yudistira mereka merasa sangat terharu. Juga merasa kasihan terhadap Bima. Si pemuda humoris bisa berubah bengis karena orang yang dicintai.

“Lepasin gue, Bang. Sakit ini!” kata Bima bercanda.

Yudistira membuka ikatan Bima lalu mereka berlima berpelukan. Hubungan mereka memang tidak sekental hubungan darah. Namun ketulusan dan eratnya hubungan mereka dapat mengalahkan hubungan darah sekalipun.


Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang