Awal dari penyesalan

2.9K 140 0
                                    

Sadewa masih terus menatap Arjuna dengan pandangan khawatir. Tapi Arjuna terus saja mendesak agar ia pulang. Mau tidak mau, Sadewa mengalah. Air matanya bahkan sudah luruh menjatuhi pipi, kala melihat Arjuna tidak lagi tampak di matanya. Sadewa memilih segera pergi dengan langkah diseret.



Rasanya hatinya begitu berat meninggalkan Arjuna. Sadewa merasa gagal sebagai seorang teman, dari tiga tahun lalu Arjuna lah yang selalu membuat ia aman. Tapi, sekarang Arjuna malah kembali masuk ke dalam jerat iblis demi dirinya.



"Shit! Kenapa gue ngga pernah bisa jaga diri gue sendiri?! Kenapa harus selalu ada orang yang berkorban buat gue... dan orang itu adalah Arjuna. Hiks.... kenapa gue kaya banci, gue emang pecundang!" teriak Sadewa, ia kecewa dengan dirinya sendiri. Ia benci dengan situasi ini, namun dia tidak punya pilihan lain untuk keluar dari zona bahayanya.




***


Arjuna duduk di meja bar dengan pandangan yang semakin berkabut. Ia tidak akan mungkin memperlihatkan sisi lemahnya di depan titisan iblis seperti Kevin, pemuda itu akan semakin senang bila melihat lawannya tidak berdaya.



"Maksud lo apa? Minta Sadewa ke sini?" tanya Arjuna dengan nada santai, namun terdengar tegas.



Kevin mengetikkan bahu acuh, ia menyeringai senang. Tangan kananya, memainkan gelas kaca berisi vodka yang ia pegang. "Gue cuman ngajak dia seneng-seneng aja. Sebagai bentuk permintaan maaf gue setelah tiga tahun bully dia," katanya santai. Seolah yang ia lakukan bukanlah kesalahan.



"Seneng-seneng? Jadi seneng-seneng versi lo itu kaya gini?" Arjuna mengembuskan napas berat, ia tidak menyangka perubahan seperti ini yang ia lihat dari sahabat lamanya. Arjuna kira Kevin telah berubah lebih baik, nyatanya dia berubah menjadi lebih bejat dari sebelumnya.



"Iya. Ada yang salah? Gue baik sama Sadewa, ngajak dia seneng-seneng. Nikmatin masa muda yang bentar lagi kelar, daripada sama lo? Dia terkekang, Bro! Dia butuh hiburan kaya gini. Santai nikmatin surga dunia. Ha ha ha." Kevin tertawa lepas, ia semakin senang melihat wajah Arjuna yang tampak memerah.



Tangan Arjuna terkepal. Rasanya ingin sekali meninju rahang orang bodoh di depannya itu. "Lo emang ngga waras!"



"Bodoh amat!"



"Sadewa udah cukup tersiksa sama perlakuan lo selama ini. Setelah hidup dia tenang, kenapa lo malah balik lagi? Segitu nggak relannya lo ngelihat dia bahagia?"



"Udahlah. Ngga penting, lagi pula. Lo lebih milih sama dia kan, dibanding sama gue yang udah lo kenal dari bocah ingusan. Your Fake friend, papa belum tau aja gimana sifat asli lo itu. Najis, kaya sampah!" Kevin tertawa mengejek.



"Gue ngga peduli sama penilaian lo. Dan asal lo tau, sikap lo yang kaya gini yang bikin gue menjauh. Berkali-kali gue ingatkan tapi lo ngga pernah tanggapi. Lalu apa gue harus bertahan sama orang yang gak bisa menghargai gue? Gue ngga pernah cari muka di hadapan papa lo. Papa lo yang datang ke gue, gue ngga pernah minta dipuji, disayangi sama dia. Toh dia bukan ortu gue. Tapi gue menghargai dia. Sementara lo? Sikap baik apa yang lo kasih ke pria malang seperti bokap lo?"



Buk!



Kevin mengeram marah, ia memukul meja dengan keras. Apa yang Arjuna katakan itu salah. Selama ini Kevin sudah berusaha, ia membully Sadewa hanya untuk mendapatkan perhatian. Perhatian ayahnya. Tapi apa yang ia lakukan malah membuat ayahnya benci dan selalu membandingkan dia dan Arjuna. Kevin benci itu.



"Ngga usah ngebacot! Lo bukan Tuhan yang maha tau! Bahkan Tuhan sendiri pun ngga pernah mau tau sama kehidupan gue!"



Arjuna tersenyum miris. " Itu bedanya orang berilmu dan orang bodoh. Orang berilmu jika diberitahu dia akan diam dan berpikir, kalau orang bodoh? Dia tidak ingin mendengarkan dan mencari berbagai alasan untuk pembenaran."



"Lo pikir lo suci?!" Suara Kevin naik satu oktaf, urat-urat di lehernya tampak menonjol, ia sangat dibuat marah oleh Arjuna.



Arjuna menggeleng. "Ngga, gue ngga pernah merasa gue suci atau lebih suci dari lo. Setidaknya gue berusaha membuat akal dan hati gue berfungsi. Ngga mati kaya hati lo."



"Ha ha. Oya? Gue yakin, setelah hari ini lo akan menelan sendiri air liur lo itu. Mampus, makanya jangan cari gara-gara sama gue."



Kepala Arjuna semakin memberat. Ia bahkan tidak bisa mencerna dengan baik apa yang telah Kevin ucapkan. Matanya semakin berat, ada sesuatu yang aneh dalam tubuhnya. Rasanya panas membakar, ia ingin melepaskan rasa aneh ini. Arjuna terus menahan kesadarannya, ia meringis, berusaha membuat dirinya merasa dingin dengan kibasan tangan pelan.




Perkataan yang ingin ia sampaikan tertinggal di tenggorokan. Sekarang Arjuna inginkan hanya melepas hasrat gila yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Arjuna tidak tahan lagi dengan sensasi aneh itu. Arjuna lemas, ia terkulai di meja bar. Kepala dan wajahnya sudah benar-benar menempel dengan sempurna di meja bercat hitam itu.



Kevin melipat kedua tangan di dada. Dia berhasil, sayang sekali sebenarnya Kevin telah berbaik hati membayar kenikmatan untuk Sadewa. Tapi tidak apa-apa, ini justru lebih baik untuk membungkam mulut sok pintar dari sahabat lama.



Kevin memapah tubuh lemah Arjuna dengan susah payah. Arjuna meracau tidak jelas, bukannya terganggu, Kevin justru semakin senang. Arjuna telah benar-benar mabuk berat.



Kevin berjalan naik ke lantai dua kelab. Tempat sewa kamar, kamar-kamar penuh lenguhan dan erangan erotiss menjijikkan. Tempat yang jelas-jelas tidak pantas untuk menikmati manisnya dunia. Ia terus melangkah, melewati pintu-pintu yang semuanya bercat cokelat itu.



Tiba di depan kamar, Kevin langsung menghempaskan tubuh Arjuna ke lantai. Ruangan kamar itu remang-remang, lampu tidak dihidupkan. Tapi bayangan seorang wanita di atas tempat tidur membuat Kevin tersenyum puas.



Hari ini akan menjadi hari yang indah untuk egonya, dan akan menjadi hari yang indah untuk Arjuna. Sebelum meninggalkan kamar itu, Kevin kembali mengangkat tubuh Arjuna, membawa pemuda mabuk itu ke atas tempat tidur, bergabung dengan wanita bayaran yang Kevin sewa beberapa jam lalu.



Kevin segera memasang kamera, mungkin tidak akan begitu jelas. Tapi itu akan cukup membuat mental Arjuna down dan tentunya sebagai senjata Pamungkas kalau dia berani macam-macam lagi padannya. Setalah dirasa sempurna. Kevin meninggalkan tempat itu dengan perasaan bahagia.



Kevin berjalan cepat menuju mobil. Sekarang ia bisa beristirahat dengan tenang. Baru saja Kevin menyalakan mesin mobil, sebuah panggilan dari nomor yang ia kenal membuat Kevin mengerutkan alis bingung. Jika dia di sini, lalu yang di dalam tadi?



"Halo. Bos, ini kamar kok uda ada suara pelacur. Bukanya lo mesan gue buat di sini? Kok uda ada yang ngisi?" tanya wanita di seberang sana, ia sudah mendapat transferan dari Kevin untuk melayani tamu malam ini.



Kevin terkesiap. "Bukanya... ." Kevin menggeleng samar, tidak mungkin wanita itu berbohong. "Yasuda. Biarin aja, itu uang ngga usah lo balikin. Anggap aja itu hadiah perayaan kemenangan gue. Lo mau ke mana aja terserah, menjauh dari kamar itu!"



Wanita di seberang sana tersenyum bahagia. "Siap, Bos!"



Panggilan terputus. Kevin merasa tidak ada beban sama sekali, meski ada rasa aneh yang menghinggapi hatinya. Ia terus melajukan mobilnya dengan senyum merekah di wajah.





Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang