Istri rasa pacar

9.1K 359 16
                                    

GODA ISTRI ITU PAHALA

Pagi ini udara terasa begitu dingin, seakan dapat menembus sampai ke tulang. Seperti yang dirasakan Arjuna sekarang. Selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya dan berpelukan erat dengan sang istri guna menghilangkan rasa tidak menyenangkan ini. Lain halnya dengan Mila. Wanita itu merasa seolah berada dalam kolam pemandian air panas. Panas, pengap dan risi. Sudah berulang kali ia mencoba lepas dari pelukan Arjuna, namun selalu ditahan dengan alasan.

“Mbul, dingin. Ini juga masih belum terang,” katanya lima belas menit lalu.

Mila merasa tidak sanggup lagi kalau harus seperti ini. Sekuat tenaga ia mencoba keluar dari tangan yang masih setia melingkar di lehernya itu. Namun, Arjuna tetap saja tidak membiarkannya lolos.
“Kak... Ayo bangun, aku nggak kuat lagi. Panas banget, aku nggak bisa napas,” rengek Mila sembari mengguncang bahu Arjuna.

“Tapi, Mbul, ini nyaman banget.”

“Kak Juna ngga kasihan sama dedek bayi? Dia juga udah nggak kuat. Kita mau cari udara segar, please, Kak.”

Lingkaran di leher Mila mulai mengendur, sebenarnya Arjuna tidak ingin lepas dari Mila. Selain karena memang dingin, ia juga ingin mencuri kesempatan dalam kesempitan dengan istrinya itu.

Tapi sepertinya rencana Arjuna harus berhenti di tengah jalan, si dedek sudah merengek dalam kandungan ibunya. Atau memang akal-akalan Mila saja yang ingin lepas dari kungkuhannya? Sekarang tangan itu sudah terlepas sepenuhnya, tapi Mila masih belum keluar dari selimut tebal yang menutupi tubuh mereka. Mila justru memandangi wajah Arjuna yang masih setia menutup mata. Tangan mungilnya menyentuh hidung tinggi milik Arjuna. Merasakan sentuhan itu Arjuna hanya tersenyum, lalu membuka mata perlahan. Tatapan mereka saling beradu. Bersama-sama menyelami dalamnya arti tatapan itu. Lalu... Satu kecupan mendarat di kening Mila. Dinginnya bibir Arjuna menyentuh halus kening Mila. Lalu ciuman itu mendarat di hidung, pipi kanan dan kiri lalu ke bawah dagu. Jujur saja rasanya jantung Mila sedang maraton saat ini. Tapi entah dari mana datangnya rasa memabukkan ini. Mila menantikan kecupan manis selanjutnya di area... eer..Bibir. Mila sudah menutup mata dari tadi, ia terus menunggu tanpa ia sadari bibirnya sudah mengerucut seperti bibir ikan.

Arjuna yang melihat tingkah lucu istrinya tidak mampu lagi menahan tawa. Tawa lepas meledak begitu saja, mengingat wajah Mila yang merah dengan bibir monyong adalah pemandangan baru dan lucu untuk Arjuna. Ah sayang sekali andai saja ia memotret wajah Mila saat itu. Pasti akan sangat menyenangkan.

Malu, itu yang Mila rasakan sekarang, ia menutup seluruh wajah dengan kedua tangan. Merutuki setiap tingkahnya yang memalukan. Arjuna berhasil membuatnya terbuai, tapi lelaki itu malah menertawakannya seperti ini. Mila tidak suka! Segera saja Mila keluar dari selimut, ia berjalan menjauh dengan wajah tertunduk malu. Rasanya Mila tidak ingin lagi melihat wajah Arjuna saking malunya.

“Aaah bego... Kenapa juga gue harus kayak gitu sih. Malu banget!” lirih Mila gusar, ia memukul pelan keningnya dengan kepalan tangan. Rasa malu itu sungguh menyiksa, Mila rasanya ingin hilang saja dari dunia. Tak lama Arjuna menyusul ke dapur. Ia melihat Mila yang terduduk di bar stool sembari menutup mata tanpa menyadari kehadirannya.

“Kenapa sih, Mbul? Ada yang ganggu kamu?” goda Arjuna.

Arjuna menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Mila. Ia merasa senang melihat Mila agresif, itu tandanya Mila benar-benar sudah menerimanya. Tapi kenapa wanita itu harus malu? Arjuna kan suaminya.
“Hm.”
Hanya deheman yang mampu keluar dari bibir Mila. Ia segera beranjak, menuju pantry. Mencuci semua bahan masakan, ia pura-pura bersikap seolah Arjuna tidak di sana. Mau tidak mau ia harus berusaha terlihat biasa saja, mau di taruh di mana harga dirinya sebagai perempuan. Kejadian memalukan seperti ini seharusnya tidak terjadi. Arjuna di belakang sana mengamati setiap pergerakan Mila dalam diam. Senyum manis tertahan membuat bibirnya mati rasa.

“Kak Juna ngga mandi? Bentar lagi masuk loh,” kata Mila cuek.

“Nggak mandi hari ini.”

“Idih, nggak malu apa ya kecium bau asemnya. Aku aja sampe mau muntah.”

“Masa sih? Aku nggak mandi juga tetap ganteng, oiya ya. Tadi siapa ya yang mau dicium padahal aku belum gosok gigi. Mbul, Kira-kira siapa ya orangnya?”

Skak, ucapan Arjuna tadi sangat benar. Mila semakin dibuat malu. Apakah ini namanya senjata makan tuan? Kenapa Arjuna harus membalas seperti itu. Mila tidak mau kalah. Ia bersikap biasa saja dan berkata.
“Oh.”

Kenapa Arjuna tidak segera pergi, dia masih saja duduk di sana. Membuat Mila makin dibuat geram.

“Kak, bentar lagi masuk. Ih kenapa sih nggak menghargai sekolah? Kalo kak Juna ngga mau biar aku aja yang sekolah!”

Tiba-tiba suasana begitu canggung, luka lama dan rasa bersalah mulai merasuk batin Arjuna. Senyum manis tadi telah sirna menjelma menjadi wajah penuh kesesakan. Memang benar, Mila tidak bisa lagi mengenyam pendidikan karena dirinya. Seharusnya Arjuna malu telah bersikap seenaknya kepada Mila.
“Maaf.”
Setelah mengucapkan itu Arjuna pergi meninggalkan Mila dengan rasa bersalah. Mila tidak bermaksud jahat, ia hanya, hanya ah sudah lah. Mila kembali menyelesaikan acara masaknya dengan hati tidak lagi sesenang tadi.

Lebih baik ia malu seperti tadi daripada sekarang semua menjadi dingin. Setelah menata makananya di bar stool. Mila berjalan menuju kamar. Arjuna terlihat telah rapi dengan seragam putih abunya. Tapi baju masih keluar dari tempatnya.

“Kak, bajunya dimasukin dalam celana. Nanti dihukum kalo guru lihat.”

Arjuna tidak merespon dengan ucapan. Ia langsung memasukkan baju ke dalam celana. Lalu mengapai tas di bawah meja belajar.

“Sarapan dulu kak.”

Arjuna menurut, ia berjalan ke dapur lalu menikmati masakan Mila dengan lesu. Tidak ada pembicaraan apa pun. Tidak ada senyuman, semua tindakan Arjuna membuat Mila semakin tidak enak hati. Setelah selesai dengan acara makannya. Arjuna berjalan menuju rak sepatu, Mila masih mengekor di belakangnya.

“Kak Juna marah?”

Masih tidak ada balasan. Arjuna hanya mencium kening Mila. Lalu cepat-cepat memakai sepatu dan berjalan keluar pintu.

Apakah sebegitu kasar kah ucapan Mila? Kenapa Arjuna harus marah. Apa yang ia katakan tidak sepenuhnya salah. Kenapa Arjuna harus meninggalkannya seperti ini. Kemarin mereka baru saja berbaikan. Bahkan cincin perak itu masih melekat erat di jari manisnya. Satu tetes air mata meluncur begitu saja tanpa ia perintah. Mila mengelus perutnya bertanya pada nyawa yang ada dan rahimnya.

“Dedek, apa Mama salah? Papa marah, ya,  sama Mama?”
“Hiks.. Mama salah ya? Kenapa Papa jadi jauhin Mama.”





Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang