Mencari sang kekasih

9K 577 10
                                    

   “Kak Kevin,  kakak mau ke mana?  Boleh aku pulang bareng kamu? “ tanya Mona saat Kevin baru saja menstater motor Ninja miliknya. Kevin mengangguk dan memberikan helm kepada Mona. Mona meraihnya dengan senang hati,  mimpi apa dia semalam sampai bisa pulang bareng dengan Kevin. Sebuah ide brilian terlintas di benak Mona, ia sengaja berpura-pura kesusahan memasang helm.

“Kak,  maaf ya ngerepotin.  Aku ngga bisa masang helmnya,” ujar Mona tersenyum kikuk.  Sungguh akting yang sempurna,  Kevin langsung memasangkan kaitan helm Mona yang katanya tidak bisa gadis itu masukkan.

Setelah Mona duduk di jok belakang,  Kevin langsung menyalakan motornya.  Saat ini ia tengah kalang kabut memikirkan Mila, makan tidak semangat, sekolah tidak semangat bahkan beberapa hari ini Kevin merasa harus mengundurkan diri dari tim basket. Berhari-hari Kevin menunggu kabar Mila,  namun wanita itu tak kunjung berkabar. Hari ini Kevin berniat kembali mengunjungi kediaman Aditama. Siapa tahu, pemilik rumah sudah pulang dan dia menemukan titik terang keberadaan wanitanya.

Dalam hati Mona berteriak kegirangan,  tangan yang sedari tadi ia pangku,  kini mulai menyusup memegang ujung jaket yang Kevin kenakan. Ah, Mona berharap, andai saja setiap hari ia selalu seperti ini bersama pujaan hatinya.  Kevin tidak merespons,  ia hanya fokus menatap jalan.  Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya,  terpaksa mereka berteduh di warung kopi. Tampaknya tuhan mendukung langkah Mona untuk bersama Kevin.  Sesuatu yang sangat di nanti-nanti Mona,  tidak masalah berhari-hari kehujanan yang penting bersama Kevin,  begitu pikir Mona. Kevin dan Mona duduk berdua di kursi panjang yang ada di warung kopi sederhana itu. 

      “Kamu minum kopi?” tanya Kevin,  ini bukan sikap perhatian.  Kevin seorang manusia yang juga punya rasa iba dan peduli pada sesama. Jadi tidak ada alasan kalau seandainya ada yang terbawa perasaan karenanya.

      “Iya kak,  minum.”

Kevin berjalan menuju pemilik warung,  dia bisa saja langsung memanggil untuk memesan.  Tapi Kevin memilih menemuinya langsung karena tidak nyaman dengan Mona,  Kevin cukup sadar tatapan yang Mona tunjukkan padanya adalah tatapan seorang wanita kepada pria.

Kevin tidak ingin memberi harapan,  lagi pula. Selama ini Kevin dekat dengan Mona hanya untuk mencari Informasi tentang Mila. Sengaja Kevin berlama-lama mengobrol dengan pemilik warung, ia melirik Mona dengan ekor mantannya. Gadis itu terus saja melihat ke arahnya dengan senyuman yang tampak di tahan. Ayolah,  sekarang Kevin menyesal sudah membiarkan Mona bersamanya.  Bagaimana kalau gadis itu semakin jatuh hati?

  “Ini, Dek,  kopinya,” ujar bapak pemilik warung.
 
“Makasih,  Pak.”

Dengan langkah santai dan wajah dibuat setenang mungkin,  Kevin menyerahkan segelas kopi ke pada Mona, dan langsung di balas dengan ucapan terima kasih dan senyum lebar dari gadis itu. Kevin menatap ke depan,  hujan  masih saja awet. Sementara Kevin sudah sangat tidak sabar untuk pergi ke rumah orang tua Mila.

    “Kak,  aku lihat sekarang kamu jarang masuk sekolah,  kamu ada masalah ya kak?” tanya Mona, sembari menyeruput kopi miliknya.

“Tidak,  hanya aku sedang ada urusan.  Btw,  kamu sudah tahu di mana Mila?”

Mona menggeleng lemah, tangannya mengepal erat. “Sialan,  kenapa, sih. Kak Kevin selalu membawa nama Mila di setiap obrolan kita?!  Gue muak!  Kenapa lo nggak mati aja sih,  Mila jalang! “ raung Mona dalam hati.

“Aku nggak tahu kak,  aku juga kangen banget sama dia. Padahal kami sahabatan. Tapi... Mila nggak pernah ngabarin aku,  terakhir aku llihat,  Mila pergi di bonceng cowok,” ujar Mona dengan tubuh bergetar menahan isak tangis yang ia buat-buat. Di sela isaknya, Mona tersenyum senang,  ia merasa bangga dengan kemampuan aktingnya.  Kevin menautkan alis,  apa mungkin benar,  Mila meninggalkannya dan memilih menghilang dengan laki-laki lain?

  Tapi mengapa?  Selama ini Kevin sudah berusaha membuat Mila bahagia, dia bahkan cuek dengan teman-teman ceweknya.  Kevin menepis pikiran buruk di kepalanya,  Mila bukan gadis seperti itu.  Mungkin saja apa yang Mona katakan itu tidak benar.

Setelah lama menunggu,  akhirnya hujan reda,  senyum penuh semangat kembali terpancar di wajah rupawan milik Kevin. Segera saja ia menuju motornya dan meminta Mona naik. Dengan rasa kecewa yang teramat besar,  Mona terpaksa mengikuti ucapan Kevin.  Sayang sekali,  proses pendekatannya dengan Kevin tidak berjalan seperti espektasinya.

***

Kevin sudah berdiri di depan kediaman Aditama,  ia terus berulang kali memencet bel. Namun, pemilik rumah tak kunjung membuka pintu. Kevin melirik jendela, mencoba mencari kehidupan di dalam sana. Tapi nihil,  tidak ada seorang pun yang terlihat.

“Cari siapa,  Nak?” tanya Bi Linda yang baru saja pulang dari pasar. Ia menenteng satu tas  belanja berisi sayuran dan buah.

“Tante Rosa dan om Giliran di mana ya, Bi?” tanya Kevin sopan.

“Oh,  tuan dan nyonya sedang di luar kota.”

“Kalau Mila nya?  Apa dia ikut juga ke luar kota?”
  “I-iya,  non Mila juga ikut ayah bundanya,” balas Bi Linda gugup. Ia sengaja berbohong agar Kevin tidak curiga.

“Kira-kira kapan mereka akan kembali ya, Bi? “

“Maaf, Den,  Bibi kurang tahu.”
“Oh yasudah, Bi.  Terimakasih atas waktunya,  kalau bisa tolong kabari saya kalau mereka sidak kembali.”

“Iya,  Den.”

Kevin menyerahkan secarik kertas bertuliskan kartu namanya kepada Bi Linda,  setelah di terima.  Kevin kembali mengucapkan terima kasih,  lalu ia pamit.  Sepeninggalan Kevin.  Linda langsung mengelus dada,  ia sangat lega karena ia berhasil membohongi Kevin.  Linda rasa anak laki-laki itu memang tidak boleh tahu kondisi dan keberadaan Mila sekarang.

Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang