Rival or friend

2.6K 149 2
                                    

Suara televisi yang menyala, menampilkan serial kartun anak-anak, menemani sepasang suami istri itu. Arjuna dan Mila duduk di sofa, berpelukan, sambil menikmati keripik pisang di tangan. Arjuna berulang kali mengecup rambut Mila, menghirup aroma sampo yang di pakai wanita itu. Wangi stroberi.

“Kak, tadi. Aku diajakin kenalan sama orang.”

Mila tahu, informasi yang akan ia ceritakan pada suaminya ini tidaklah penting. Namun, Mila hanya tidak ingin menyimpan sesuatu. Bagaimana pun, sudah sepantasnya Arjuna tahu apa saja yang Mila alami, meski itu. Tidak penting.

Tapi yang dipikirkan Arjuna justru sebaliknya. Lelaki itu menatap Mila dengan tatapan tanya.

“Siapa yang ngajakin kenalan? Cewek atau cowok?

“Cowok,” jawab Mila santai, masih memasukkan keripik ke dalam mulut , dengan kedua mata tertuju ke layar televisi.
“Namanya?”

“Lupa.”
Arjuna langsung menyentil kening Mila.

“Harusnya kamu inget-inget.”

“Ngapain? Kan ngga penting juga, Kak. Meski dianya baik juga sih. Nawarin aku minum pas haus tadi.”
Arjuna terlihat kesal sekarang .

“Aku kasih tahu ya. Itu modus cowok kalo mau deketin cewek cantik.”

“Tapi kan, aku hamil besar. Mana ada cowok yang mau ngedeketin. Kamu ada-ada aja deh, Kak.”

Mila mendongak. Karena posisi tubuhnya yang bersandar pada tubuh depan Arjuna, dengan keripik pisang di mulut. Arjuna segera menunduk, mengambil keripik tersebut dan mengunyahnya.

“Lain kali, kalo ada cowok gitu lagi. Ngga usah diladenin,” kata Arjuna.
Mila hanya menggumam sebagai jawaban.

Arjuna melirik ponselnya. Sekarang sudah pukul sepuluh malam.

“Mbul. Kamu belum nggantuk? Ngga baik loh bumil bergadang,” kata Arjuna khawatir.

“Ngga tau. Aku ngga bisa tidur,” keluh Mila, ia melirik Arjuna sekilas. Lalu memfokuskan pandangannya ke layar televisi.

“Mbul. Dingin, kita manja-manja yuk!” goda Arjuna.

“Ih. Mesuum! Nggak mau!”

“Iya deh. Tapi ayo tidur, aku ngga suka liat kamu bergadang. Mana lagi hamil ini.”

“Iya.”

Arjuna dan Mila beranjak dari sofa menuju kamar. Udara malam ini terasa dingin, apalagi di tambah AC yang masih menyala.

“Kak, matiin ACnya.”
Arjuna menurut, mematikan AC lalu bergabung bersama Mila di tempat tidur. Arjuna memeluk Mila erat, membenamkan wajahnya di bongkahan leher jenjang istrinya.

****
“Eh Pak tunggu!”

“Lah... Nak Arjuna, tumben sekali datang terlambat?”

“Belum terlalu telat, Pak. Masih jam tujuh kurang tiga menit.”

“Halah, Nak Juna ini suka alasan. Yasudahla, cepat masuk sana!”

Arjuna tersenyum tipis melewati pak satpam yang sudah akan menutup pintu gerbang sekolah. Sudah dua kali ini ia kembali datang terlambat, memang, setelah ada Mila dia jadi jarang sekali terlambat ke sekolah. Bisa dibilang Arjuna semakin disiplin karena istrinya itu.

Arjuna berjalan santai di koridor. Ia mengernyit heran saat melihat para siswi berlarian menuju lapangan. Arjuna tidak peduli. Ia terus melanjutkan langkahnya, sampai seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

“Arjuna Dwipandu!”

Arjuna menghentikan langkahnya, tidak berniat berbalik dan mencari tahu suara siapa yang mengusiknya pagi ini. Melihat respon Arjuna yang menggubrisnya membuat lelaki di belakang sana maju, menghampiri Arjuna. Ia berdiri di depan Arjuna dengan seringai mengejek.

“Long time no see, Bro!” sapa Kevin. Ia menepuk bahu Arjuna pelan. Tapi Arjuna segera menepisnya kasar.

“Wow.... wow... santai dong. Kaya ketemu musuh aja, kita kan temanan dari TK. Dari jaman-jaman ingusan,” kata Kevin lagi.

"Mau lo apa?" tanya Arjuna santai dengan wajah tanpa ekspresi.

Jujur saja Arjuna sudah sangat muak melihat wajah Kevin. Terlebih jika ia mengingat perbuatan lelaki sialan itu kepada Sadewa. Seharusnya dari dulu, Arjuna tidak perlu berteman dengan manusia titisan iblis seperti Kevin.

"Santai dong. Gue cuman nyapa doang, sensi banget. Uda kaya cewek PMS," jawab Kevin mengejek.

"Itu aja kan?" Arjuna melangkah maju. " Minggir!" ucap Arjuna lagi, menabrak pundak Kevin yang menghalangi jalannya.

Lelaki yang berpakaian seragam basket itu berdecak, menampilkan seringai andalannya.

"Lo nggak mau tau gitu alasan gue datang ke sini?"

Arjuna tidak peduli. Ia sengaja menulikan pendengarannya dari suara Kevin. Masa bodoh dengan apa yang dipikirkan oleh manusia titisan iblis itu.

"Gue punya video lo, perkosa cewek!" Langkah Arjuna terhenti.

"Ngga nyangka, cowok kaya lo ternyata munafik. Sok alim lo!" ujar Kevin lagi, ia senang melihat Arjuna yang kini berbalik menatapnya sengit.

"Tadinya gue nggak mikirin ini. Tapi... karena lo seolah menganggap gue orang asing." Jeda sesaat, Kevin mengeluarkan handphone mahalnya dari dalam saku celana. Ia berusaha menggertak Arjuna. "Jadi gue gak peduli, dan mungkin aja akan menyebar luaskan video mesum lo ini," ujar Kevin lagi. Ia kini tersenyum lebar. Seolah tidak terjadi apa-apa antara dia dan Arjuna.

Arjuna melirik koridor. Untung saja koridor sepi, para siswa saat ini mendominasi lapangan.

Arjuna berusaha bersikap tenang. Tidak mau sampai menimbulkan reaksi yang akan membuat Kevin merasa di atas awan.

"Tujuan lo apa? Lo benar-benar uda sangat merasa kalah dari gue? Karena orang tua dan semua keluarga lo lebih bangga sama gue ketimbang lo, anak mereka sendiri? Sefrustrasi itu lo sampe ngancem gue?" sindir Arjuna dengan nada santai, ia balas menatap Kevin dengan senyum mengejek.

Kevin melirik Arjuna tajam, tangannya terkepal dengan wajah memerah. Marah. Tidak, kali ini Kevin tidak akan kalah. Ia sudah memiliki kunci hidup Arjuna sekarang. Satu klikan jari saja, ia bisa menghancurkan hidup Arjuna detik ini juga.

"Heh! Lo merasa lo hebat? Setelah video ini tersebar luas, gue jamin. Wajah tampan dan segudang prestasi yang lo bangga kan itu nggak akan berguna lagi. Ha ha ha."

Arjuna bergeming. Merasa khawatir tentang ini. Apakah benar Kevin memiliki rekaman dirinya dan Mila di kelapb malam? Arjuna tidak peduli dengan dirinya, tapi Mila. Istrinya itu pasti akan terkena imbasnya jika video itu benar-benar tersebar luas.

Arjuna tersulut emosi. Ia menarik kerah baju Kevin. "Lo penyebab semua itu, lo yang menjebak Sadewa, Bangsaat!"

"Ha ha ha. Lalu? Gue harus peduli? Salah lo sendiri yang bego. Ngapain lo sok jadi jagoan, mau dipandang sebagai  pahlawan kesiangan, hah?!"

"Lo?!" Arjuna hampir saja mendaratkan tinjuannya di wajah Kevin. Tapi Yudistira dengan cepat menahan tangan Arjuna.

Yudistira berbisik ke telinga Arjuna untuk menyadarkan temanya itu dari situasi yang mulai tidak terkendali ini. " anak-anak ngelihatin lo. Hari ini kevin dan anak-anak international school jadi tamu di sekolah kita."

Beberapa siswa-siswi memandang ke arah Arjuna, menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Beruntung Yudistira segera datang sehingga tidak terjadi baku hantam dan malah membuat orang-orang curiga.

Arjuna melepaskan kerah baju Kevin. Ia berjalan menjauh, sejauh yang Arjuna tahu, Kevin tidak akan langsung melakukan apa yang ia katakan tadi. Arjuna yakin. Kevin akan memerasnya kali ini.

Yudistira menatap Kevin dengan pandangan yang sulit diartikan, sementara Kevin hanya tertawa mengejek. Ia menang. Kevin mencium  handphonenya lalu memasukkan senjata barunya itu ke dalam saku celana.

"Pecundang!" katanya kembali bergabung dengan teman-temannya di lapangan


Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang