Janji

4.1K 174 0
                                    

Hari ini tepat ke empat bulan sepuluh hari keluarnya Mila dari SMA International School. Beberapa orang masih bertanya-tanya mengapa si primadona menghilang tanpa jejak. Bahkan cokelat, surat dan bunga dari beberapa bulan yang lalu masih memenuhi lokernya.



Banyak yang merasa sedih saat ia hilang tanpa kabar, banyak yang patah hati saat ia disembunyikan. Namun semua masih berjalan selayaknya sekolah.



Hanya satu orang yang sampai detik ini masih terus mencari keberadaan si penaung hati. Kevin Dirgantara-- saat ini menatap papan dengan tidak minat. Ia menopang dagu sembari mengetukan pulpen ke meja. Sebentar lagi Kevin akan menyelesaikan masa Putih Abu. Namun ia masih belum tahu kapan ia akan kembali dipertemukan dengan Mila. Hilangnya Mila menjadi tanda tanya besar untuk Kevin. Hubungan mereka saat itu sedang baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran atau pun saling mengkhianati. Tiba-tiba saja Mila menghilang, Kevin cinta. Cinta mati kepadanya.



Bel istirahat berbunyi dua kali. Segera semua siswa berlarian keluar kelas. Tapi Kevin masih setia duduk di kursinya.



"Vin, ayo ngantin!" ajak salah satu teman sekelas Kevin.



"Makasih. Lo duluan aja, gue ada urusan sebentar," tolak Kevin halus.



"Oke, duluan."



Kevin mengangguk singkat. Kevin sudah mencoba untuk melupakan Mila, namun semakin ia coba melupakan kenangan manis mereka berdua selalu muncul kembali dalam ingatan. Kenapa Mila harus pergi? Pertanyaan itu tidak pernah lepas dari pikiran Kevin. Ia merasa semua semakin hampa tanpa hadirnya Mila.



Kevin bangkit dari kursi. Ia berjalan menuju ruang ekstrakurikuler musik. Biasanya dulu setelah latihan basket Kevin akan melihat Mila memainkan gitar lewat jendela kaca besar ini.



Ia tidak peduli dengan rasa lelah bermain basket, Kevin tetap berdiri di sana sampai Kelas selesai. Tapi sekarang, kelas itu tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik. Melainkan kenangan yang begitu menyesakkan.



Kevin berjalan meninggalkan ruangan ekstrakurikuler musik. Ia bergerak menuju taman. Duduk di sana dengan tatapan sayu. Di sini, di bangku kayu ini. Kevin dan Mila selalu duduk berdua, kadang Kevin yang lebih dulu menunggu atau terkadang Mila. Biasanya mereka akan mengobrol banyak hal di sini. Membahas pelajaran, guru super killer, guru terkocak atau guru-guru yang paling Mila sayangi. Memang tidak penting. Tapi, untuk Kevin semua yang berkaitan dengan kekasihnya adalah sesuatu yang lebih dari kata penting.



Kenangan dirinya dan Mila suda terlalu banyak, sulit sekali untuk melupakannya.



"Mil, kamu di mana? Kapan kamu balik. Aku udah kangen banget sama kamu," ujar Kevin lirih.



Ia menarik napas kasar, kepalanya tertunduk lesu. Kini mata Almond nya menatap tanah dengan tatapan kosong. Kevin tidak berdaya tanpa adanya Mila. Bayangan Mila yang tersenyum kini mulai kembali terlintas di benaknya.



"Kak Kevin, lihat deh Mila imut kan pake bando ini?" tanya Mila dulu saat dia masih duduk di kelas sepuluh.



"Imut. Imut banget," jawab Kevin tersenyum sembari mengusap lembut kepala Mila.


"Mila. Suka ngga jalan sama Kak Kevin?"



"Suka. Kak Kevin baik."



"Kalo gitu... Mila mau ngga, jadi pacar kakak?"



"Eh? Maksudnya. .. Kak Kevin nembak aku nih?"



"Iya, kamu mau ngga? Kak Kevin suka Mila dari dulu loh. He he cuman baru berani ungkapinnya sekarang."



"Mila itu cantik, manis lembut kaya bidadari buat Kak Kevin. Kamu itu obat penyemangat Kakak," goda Kevin. Ia sangat senang melihat rona merah di pipi Mila.



Mila terlihat malu-malu. Ia menutup wajahnya dengan tangan. Lalu menganggukkan kepala pertanda setuju atas ajakan pacaran yang ditawarkan Kevin. Semua begitu indah saat itu. Mila dan Kevin saling menyayangi. Banyak yang iri dengan hubungan keduanya yang begitu sempurna. Primadona sekolah dan si kapten basket kesayangan guru sungguh pasangan serasi.



Tapi semua itu hannyalah bayangan masa lalu. Itu hanya harapan yang ingin Kevin ulang kembali. Nyatanya Mila sudah jadi milik sang Arjuna tanpa ia ketahui. Namun dengan semangat membara Kevin tersenyum lebar. Dia tidak bisa menyerah sekarang. Bagaimana pun caranya ia harus kembali bersama Mila-kekasihnya.



"Ngga, gue nggak boleh nyerah. Gue yakin Mila bakal tetap sama gue. Gue yakin bakal bersatu kembali sama dia!" ucap Kevin yakin.



Malam ini langit di atas sana tampaknya sedang tertutup kabut. Bintang yang ditunggu kehadirannya seakan tertahan untuk menampakkan diri. Kevin berjalan menuju balkon membawa serta boneka beruang besar yang pernah Mila berikan sebagai kado ulang tahunnya yang ke tuju belas. Setiap malam boneka yang diberi nama-Bobo itu selalu ia peluk saat tidur, ketika ia begitu rindu boneka itu pun menjadi saksi bisu tetes air mata Kevin. Sama halnya dengan sekarang. Kevin memeluk Bobo dengan erat, matanya setia menatap langit. Dinginnya angin malam sama sekali tidak ia hiraukan. Besok ia akan kembali menuju satu-satunya tujuan yang pasti yaitu kediaman Aditama. Kevin yakin suatu hari nanti, ia akan menemukan titik terang.



"Bobo, menurut Bobo sekarang Mila lagi apa ya?"



"Apa dia Udah makan?"



"Atau jangan-jangan dia udah punya cowok baru?"



"Atau apa dia juga rindu sama Kevin?"



Kevin tak pernah serapuh ini. Namun hilangnya Mila membawa pengaruh besar untuknya. Sudah Kevin katakan, saat ini Kevin sedang sakit dan Mila adalah obatnya. Kevin tidak pernah menyangka bahwa kehilangan kekasih tanpa ada alasan begitu memuakkan. Membuat ia gila, putus asa dan tidak bersemangat. Dulu dengan lancarnya Kevin menertawakan temanya yang begitu mencintai pacar mereka. Dengan suara lantang ia berkata 'Bucin banget jadi cowok' ternyata ucapan itu menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.



Sekarang Kevin paham rasanya seperti apa. Terkadang ketika dia hilang semua rasa yang sebelumnya tidak ada satu persatu mulai muncul. Memenuhi dada dengan penyesalan. Yah Kevin menyesal tidak menjaga Mila sepenuh hati. Ia menyesal tidak selalu ada untuk Mila saat wanita itu ditinggal keluarganya.



Jika Mila pergi, kenapa ia tidak lari menghampirinya? Jawabannya hanya satu Mila merasa dia bukanlah tempat ternyaman. Namun sekarang Kevin akan berusaha memperbaiki semuanya. Ia akan selalu ada untuk Mila seandainya wanita itu kembali. Bahkan bila perlu ia tidak akan membiarkan Mila pergi ke mana pun tanpa dirinya. Ini adalah janjinya. Kevin benar-benar berjanji tidak akan pernah lagi membiarkan wanita itu pergi jauh. Sekali Kevin bertemu Mila, makan Kevin akan mengurung Mila dengan kenyamanan yang ia punya. Janji ini sampai kapan pun akan selalu Kevin tepati.



"Mil, ngga papa. Seberapa jauh kamu lari dari aku, aku yakin kita bakalan bertemu suatu saat nanti. Dan saat itu tiba. Tidak akan aku biarkan kamu melangkah kemanapun tanpa pengawasan aku."



"Im promise. "




Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang