Mengenali

2.5K 152 0
                                    

"Hai, kenalin aku... Kevin. Kevin Dirgantara!"

Deg

Jantung Mila rasanya ingin keluar dari tempatnya, detak jantung wanita itu mulai menggila, keringat dingin mulai membasahi pelipis juga tangan yang semulanya terasa panas kini mulai mendingin karena basah oleh keringat. Mila bergerak dengan gelisah, dia sengaja membuang muka, tidak mau sampai Kevin mengetahui dirinya.

"Hei, aku Kevin. Nama kamu?" Kevin berujar, dia mengulurkan tangan sembari mengamati gerak-gerik Mila yang tampak aneh, seperti orang yang ingin melarikan diri.

Mila ragu-ragu untuk membuka mulut, ia tidak bisa diam saja, kalau tidak Kevin akan curiga. Beruntung tadi pagi Arjuna memberikan maskernya yang hampir tertinggal "Eh, ha-hai, aku... Marisa," kata Mila terbata.

"Marisa? Omong-omong suara kamu mirip sama orang yang aku kenal." Kevin mengamati Mila sebentar, lalu kepalanya menengadah ke atas langit.

"O-oya." Mila merasa yakin orang yang Kevin maksud adalah dirinya. Mila benar-benar merasa tidak tenang, dia ingin Kevin segera pergi dari hadapannya.

"Iya, dia pergi tanpa pamit. Padahal aku sudah sayang banget sama dia, aku pikir dia akan jadi satu-satunya cinta pertama dan terakhir buat aku." Kevin menatap Mila, mata kelamnya menatap manik mata cokelat milik wanita di hadapannya itu dengan tatapan intens. Seolah Kevin tahu bahwa wanita yang ada di hadapannya itu adalah Mila, orang yang selama ini dia cari tanpa kenal lelah.

Mila yang ditatap demikian semakin gugup, sorot mata pilu dari kelabu milik cinta pertamanya itu membuat dia kembali mengenang masa lalu. Masa-masa di mana dia dan pemuda tinggi yang kini berambut jabrik itu begitu bahagia.

Kevin menarik napas dalam, menyiratkan betapa besarnya beban dan rasa sesak di hatinya saat ini. "Tapi... Aku ngga bakalan menyerah cari dia, sampai ke ujung kota bahkan dunia akan aku cari dia sampai dapat, setelah aku dapatin dia kembali, takan pernah aku biarkan dia pergi," ucap Kevin, matanya menyala, menampakkan kobaran semangat dari apa yang dia sampaikan.

Entah harus merasa bahagia karena begitu dicintai atau dia harus waspada, Mila merasa semua ini membuatnya semakin takut dengan Kevin. Ucapan Kevin menyiratkan seolah dia adalah barang milik pemuda itu, Mila merasa tatapan membara itu bukan tatapan cinta seperti dulu, melainkan hanya obsesi.


Ternyata Kevin sudah sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Kevin yang Mila kenal dulu tidak ambisius seperti ini, tidak berpenampilan berantakan seperti ini. Jujur saja, melihat kondisi Kevin sekarang membuat Mila merasa kasihan. Bagai mana pun, Kevin pernah menjadi bagian dari kisah hidupnya. Mila pikir pemuda itu akan segera melupakannya setelah dia menghilang tanpa kabar, ternyata yang terjadi justru sebaliknya.

Lalu apa mungkin Kevin akan terus mencintainya, setelah tahu wanita yang dia cintai telah menikah dan mempunyai calon anak dengan pria lain? Menurut Mila, Kevin tidak akan pernah bisa terima. Apakah dengan menampakkan diri di hadapan Kevin membuat pemuda itu akan langsung pergi dan melupakannya?


Bodoh, Mila menggeleng samar, mungkin yang akan terjadi justru sebaliknya. Akan lebih baik jika ia tidak pernah menampakkan diri lagi, itu akan membuat Kevin terbiasa, hubungan tanpa komunikasi tidak akan pernah bertahan lama, begitu pula dengan rasa, jika terlalu lama berjarak, makan semua cerita akan terasa asing dan itu hanya akan menjadi kenangan.

"Kamu ngga sekolah?" tanya Mila, mencoba mengusir Kevin secara halus.

"Hm, sekolah kok. Ini udah jam berapa?"

Mila melirik arlojinya. " Udah jam sembilan tepat, kamu belum mau pergi?"

"Kalau aku pergi kamu sama siapa?"

"A-aku ngga apa-apa sendirian. Nanti suami aku bakalan jemput," Mila beralibi, dalam hati ia ingin sekali memaki Kevin karena belum juga paham dengan usiran halus itu.

"Aku temenin. Lagi pula, kamu tadi nangis. Apa dia berbuat kasar sama kamu?"

Sungguh, rasanya Mila ingin melempar Kevin sejauh mungkin. Kenapa sih pemuda itu tidak mau juga pergi dari hadapannya! Mila merasa sangat lelah. Dia juga merasa tersinggung, suaminya dituduh melakukan hal seperti itu.

"Nggak. Suami aku baik, aku cuman langi ada sedikit masalah. Tapi bukan karena suami, ibu hamil emang suka naik turun emosinya."

"Sekarang mending kamu pergi, orang-orang lihatin kita di sini. Aku ngga mau mereka salah paham,” lanjut nya, masih berharap semoga Kevin segera pergi.

" Kenapa juga harus peduli, lagi pula kita ngga ngapa-ngapain."

"Uhhh, nyebelin banget sih Kak Kevinnn! Pergi aja sana ke pluto!" batin Mila menjerit.

"Mila!"

"He he he, yaud---" ucapan Mila terpotong oleh panggilan Kak Rina dari seberang jalan. Ketiga kawan Kak Rina tadi mengekor dibelakannya.

Melihat keempat wanita itu membuat Mila tersenyum, dia akan selamat dari Kevin. Ini bisa jadi alasan untuk kabur dari pemuda itu. Tapi, tunggu. Bukanya Kak Rina tadi memanggilnya dengan nama aslinya?!

Mila melirik Kevin takut-takut, sekarang bagaimana caranya dia bisa bersembunyi. Ah beruntung, sepertinya dewi fortuna mau berbaik hati kepadanya hari ini. Kevin tampak sibuk menerima panggilan dari gawainya. Mila menghela napas lega. Mendengar helaan napas Mila membuat atensi Kevin teralih ke arahnya. Dia mengangkat sebelah alis seolah bertanya, 'kenapa'.

Mila menggeleng sebagai jawaban. Sementara Kak Rina tampak mengamati Kevin. "Kalian temanan?" tanya Kak Rina yang baru saja bergabung dengan Kevin dan Mila di bangku bundar itu.

Mila terdiam sejenak. "Hm, iya?"

"Kita nyariin kamu kemana-mana loh. Taunya malah di sini."

"Duh, maaf ya, Kak. Aku ngga bilang, aku pikir kalian langsung nyari aku ke sini. Kan tadi janjian rehat di taman ini."

"Iya, ngga pa-pa."

"Kita kembali sekarang saja ya? Suami aku sudah balik nih," ujar Kak Rina.

"Ayo kak!" ujar Mila senang, ini yang dia tunggu-tunggu dari tadi.

"Anu, Kevin. Aku duluan ya!" pamit Mila kepada Kevin, bukan apa-apa. Mila hanya tidak enak hati saja bila tidak menegur meski Kevin masih terlihat sibuk berbicara dengan seseorang di balik gawai itu.

"Oky, hati-hati ya."

Setelah memastikan mereka sudah berjalan menjauh, Kevin memasukkan handphone miliknya ke dalam saku celana. Matanya mengekor, mengamati kelima wanita hamil yang tampak tertawa, tapi otak dan mata Kevin melirik wanita yang katanya bernama Marisa itu dengan pandangan yang sulit di artikan. Pepatah mengatakan, meski dia bersembunyi dibalik cadar pun, untuk seseorang yang telah lama bersama tidak akan mungkin tidak mengenalinya. Lagi pula itu hanya masker, sepotong kain yang tidak akan mungkin membuat Kevin tidak mengenali bagaimana wajah Mila.

"Jadi kamu mau bersembunyi, Sayang?" Kevin menyeringai.

Siapa bilang Kevin tidak mendengar suara wanita tadi. Selama wanita itu berbicara tadi, Kevin mendengarkan mereka dengan saksama. Juga ponsel yang dia tempelkan di telinga sebenarnya tidak bersuara. Tidak pernah ada yang menelepon Kevin. Itu hanya cara pemuda itu mengelabui mereka.



Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang