Kak Juna mesum

4K 179 4
                                    

Di perjalanan pulang Arjuna menyempatkan diri membeli martabak telur kesukaan Mila. Ia merutuki diri sendiri karena bisa-bisanya ia melupakan istri tercintanya itu. Sekarang sudah pukul setengah tujuh malam, langit kian menghitam juga udara yang semakin dingin. Netra setajam elang itu fokus menatap ke depan, berpacu dengan waktu.

Sekarang Mila sedang apa ya? Apa dia menunggunya pulang?  Pertanyaan itu terus berputar ulang di kepalanya, semoga martabak telur akan menghapus amarah sang istri.

Arjuna tidak tega harus membuat Mila marah atau tertekan apalagi istrinya itu kini sedang hamil tujuh bulan, kadang-kadang Mila akan mengeluh pinggangnya sakit, beberapa kali pun ia menangis karena susah makan. Hari ini pun ia tidak membantu pekerjaan rumah, haduh, semakin banyak saja kesalahannya.

"Mbul?" Arjuna memasuki apartemen dengan langkah ringan, netranya langsung disambut pemandangan gelap. Sudah semalam ini dan Mila belum juga menyalakan lampu? Ada apa ini. Napas Arjuna memburu, ia segera menyalakan lampu dan berlari menuju kamar. Kamar pun sama, semuanya gelap. Arjuna menekan sakelar lampu, matanya terpaku di depan sana di mana seorang ibu hamil tengah tertidur lelap dengan keadaan selimut sampai dada.

Arjuna menarik napas lega, segera saja ia mendekati Mila. Ia pendudukan diri di sebelah Mila, mengelus rambutnya pelan. Mungkin istrinya itu sangat lelah, Arjuna tidak tega membangunkannya. Tapi kalau tidak dibangunkan ia tidak akan tahu wanita itu sudah makan atau belum.

"Mbul, bangun," bisik Arjuna pelan.

Mila tidak menyahut, wanita itu masih setia memejamkan mata. Sebenarnya Mila sudah bangun, ia hanya ingin tahu bagaimana usaha Arjuna untuk membangunkan.

"Mbul, Sayang. Bangun, aku bawa martabak telur." Kali ini Arjuna menepuk pelan wajah Mila. Tidak biasanya istri mungilnya ini susah dibangunkan. Atau jangan-jangan ia sedang dibodoh-bodohi.

"Yasudah, aku pergi dulu ya, kalo kamu gak bangun juga aku makan sendiri martabaknya." Arjuna menyunggingkan senyum tipis, ia sudah tahu sekarang, istrinya itu tampaknya memang ingin bermain-main. Arjuna berjalan menjauh dengan langka hati-hati. Ia menyembunyikan dirinya di samping nakas.

Mila mengintip keadaan dengan mata kananya, merasa Arjuna sudah benar-benar hilang dari pandangan, Mila menarik lengkungan manis di bibir, ternyata dia padai juga bersandiwara. Saat Mila baru saja akan duduk Arjuna mengagetkan dengan menyentuh keras bahunya.

"Kena!" seru Arjuna dan dibalas dengan pekikan keras dari Mila,

"Aaaaa!"

Jantung wanita itu berdetak cepat dua kali lipat dari biasanya. Mila marah, kesal pokoknya ingin sekali ia tenggelamkan Arjuna ke bumi, eh tidak jadi, masa Iya Mila mau jadi janda muda, ih ngeri.

Arjuna tertawa terbahak-bahak, sembari memegangi perut, matanya juga mengeluarkan air karena tidak sanggup menahan tawa.

"Ishhh Kak Juna! Aku kaget tauk!" kesal Mila, Ia melemparkan semua bantal di sisinya ke arah Arjuna, biar saja dia rasakan. Tapi bukanya mengadu kesakitan pria itu justru terus saja tertawa membuat Mila semakin kesal dibuatnya.

"Kak Juna, ihhhh kesel banget!" Merasa semakin kesal Mila berjalan keluar dari kamar, sengaja ia membanting pintu keras-keras. Matanya juga sudah mulai berkaca-kaca, mungkin ini lah definisi senjata makan tuan. Pokoknya Mila benar-benar kesal kepada Arjuna!

"Mbul, sorry. Aku gak akan gini lagi, maaf ya?"

Kini keduanya duduk berdua di depan TV, mata Mila fokus menatap layar di depannya, ia sama sekali tidak memedulikan Arjuna di sebelahnya yang terus mengomel kata maaf. Biar saja, dikira enak apa dibecandai seperti itu. Dan martabak telur yang Arjuna bawa tadi kini sudah dipangku oleh Mila. Mila tidak bisa menahan diri untuk mengamati Arjuna dari ekor matanya, Mila senang saat suaminya itu kini terlihat frustrasi.

"Kemana aja, kenapa baru pulang sekarang?" tanya Mila dengan nada ketus.

"Aku mampir ke rumah Yudistira, Nakula dan Sadewa maksa."

"Kenapa gak ngabarin aku dulu?"

"Lupa--"

"Lupa?! Kamu bilang lupa? Jadi selama ini aku kamu angep apa, Kak? Aku capek nungguin kamu, nungguin kabar kamu. Tapi kamu bilang lupa? Heh, bangus banget ya!" ujar Mila kesal, tatapan tajam ia Arahkan ke Arjuna lalu ia kembali menatap layar TV dengan mulut yang mengunyah cepat martabak ditangannya.

"Dengerin dulu, aku matiin HP seharian, dan ada yang perlu aku bahas sama teman-teman."

"Bahas apa!"

"Materi buat ujian, iya buat ujian. Bentar lagi kan aku bakalan tamat sekolah jadi kita bahas masalah mata pelajaran," balas Arjuna sembari menggaruk leher tak gatal, Arjuna merasa gugup, ia saat ini sedang berbohong dan Mila masih diam, bahkan wanita itu sekarang menatapnya tajam dengan tangan bersedekap di dada.

"Kamu gak bohongin aku kan, Kak?" Mila memicing curiga.

"E-enggak, ngapain aku bohongin istri tercintaku ini... ciup pipi aku dong..." balas Arjuna dengan alis naik turun, wajahnya sengaja ia dekatkan ke wajah Mila.

"Nggak! Kamu bau, belum mandi, belum ganti seragam! Kucel, banyak kumannya!"

Arjuna nelangsa, ia menampakkan wajah memelas. "Satu kali aja... abis ini aku pergi mandi, suami kamu ini masih ganteng loh. Satu ciuman di pipi eh di tambah satu di bibir ya?"

"Kok jadi banyak, sih? Gak mau! Sekali enggak tetap enggak, sana pergi mandi, bau asem tauk!"

"Iya, iya. Untung sayang kalo nggak ...."

"Kalo gak apa?! Mau mukul aku?"

"Ah, suuzon banget sih istriku, kalo gak ya tetap akan dicintai sampai matiiiiiiiii." Arjuna berdiri, ia merenggangkan otot yang sekarang agak kaku, memasukkan tangan ke saku celana dan mencuri ciuman kilat di pipi sang istri.

"Kak Juna!" tatap Mila dengan kilatan amarah.

"Apa sayang?" balas Arjuna santai dengan senyum lebar di wajah, hal itu membuat Mila tidak kuasa menahan senyum, ia sengaja melirik ke sembarang arah agar Arjuna tidak melihat rona merah di pipinya.

"Mandi, sana-sana, bau banget! Dasar tukang gombal, mulutnya manis banget kayak bisa ular cobra."

"Eh, gak boleh ngomong kasar gitu, ingat benar lagi mau punya buntut."

"Ups, yauda sana pergi.... pergi..."

Arjuna berjalan menjauh, langkahnya terhenti beberapa saat, lalu ia berbalik menghadap istrinya yang kini sedang menatapnya juga.

"Mbul, ntar malam... lagi ya? Aku pengen..."

"Pengen?" tanya Mila tidak mengerti, ia sungguh tidak tahu Arjuna pengen apa maksudnya, makan bakso, atau makan mie ayam seperti kemarin malam? Kemarin malam pun mereka makan di luar karena Arjuna 'pengen' katanya.

"Masa kamu gak tahu sih. Atau pura-pura?"

"Lah, iya, aku beneran gak tahu. Pengen ngebakso lagi?"

"Pengen... olahraga berdua sama kamu di ranjang," balas Arjuna dengan wajah tanpa dosa.

"Ih mesum, omessss, cabul!!!"

"Sama istri sendiri gak pa-pa dong, jangan lupa siap-siap, pake parfum mawar juga ya, ada di tas, tadi aku beliin di super market," kata Arjuna dan menghilang dari pandangan Mila.

Sementara Mila dia sudah malu berat, tidak mau! Pokoknya kali ini ia harus menolak. Tapi... ah sudahla. Otak Mila sudah traveling sekarang.


Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang