"Mil, nanti malam diner yuk!” ajak Bima kepada Mila yang sedang berjalan beriringan dengan Aina.
"Tumben, tapi gue makannya banyak loh, Bim," ujar Mila memperingati, ia fokus menatap lantai koridor tanpa melirik Bima yang berjalan di sampingnya.
"Nggak pa-pa, lo kira gue orang tak berada?" tanya Bima sembari menaikkan sebelah alis.
"Sombong bangat," balas Mila acuh.
"Gimana, mau kan?"
"Bim, aku nggak di ajak, nih?" sela Aina, dia pura-pura kesal karena dari tadi ia di abaikan.
"Kapan-kapan ya, Na, bareng lunya. Gue mau diner sama Mila dulu he he," jawab Bima menyengir kuda.
"Halah... bilang aja kamu mau modus ke Mila, iya kan?" Aina tersenyum masam.
"Kasihan ya, aku jomblo," sambung Aina dengan nada frustrasi yang dibuat-buat.
"Nggak pa-pa Na, sama babang Gino aja yuk!" tiba-tiba Gino datang mencolek dagu Aina.
"Ihh... amit-amit, No.” Aina tertawa geli.
"Yee... bilangnya sih amit-amit. Jangan-jangan dalam hati Amiin-amiin..." Semua tertawa mendengar celotehkah Gino. Gino dan Aina berjalan duluan sementara Bima dan Mila berjalan di belakang keduanya.
"Gimana Mil, mau kan?" ulang Bima meminta kepastian.
"Boleh, Tapi lo jangan ngeluh kalo nantinya gue makan banyak."
"Asyap bos kyuuu," pekik Bima bersemangat, ia mengangkat tangan memberi hormat kepada Mila. Mila tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Bima. Mila mencubit gemas pipi pemuda itu, bukanya marah si empunya pipi tersenyum kegirangan.
"Nanti gue jemput di rumah elo ya?"
"Hm... jangan Bim, lo sharelok aja."
"Yaaa, masa gitu, sih." beoh Bima kecewa.
"Yaudah-yaudah, lo tunggu di gang dekat rumah gue aja."
"Okey, deh."
***
Pukul 20.15
Mila sudah berpakaian rapi, ia memoles sedikit wajah ayunya dengan make up natural. Mila memakai dress selutut berwarna hitam berpadu dengan sepatu bertumit pendek, rambut sebahunya dibiarkan tergerai tanpa sentuhan apa pun, sebelumnya Mila sangat suka memakai haihels tapi dokter mewanti-wantinya agar tidak menggunakan benda bertumit panjang itu.
Mila melangkah keluar dari kamar, ia berjalan menuju ruang tamu atau ruang serbaguna apartemen. Di sana Arjuna sedang sibuk dengan layar laptopnya. Pandangan Arjuna tertuju kepada wanita cantik yang tengah membenarkan posisi sepatunya di dekat pintu, satu kata melintas dalam benak Arjuna 'imut’.
"Lo mau ke mana?" tanya Arjuna sinis.
"Kenapa emangnya?"
"Jawab aja nggak usah nannya balik.”
"Diner, sama Bima.” mendengar ucapan Mila Arjuna jadi marah, dia menatap tak suka pada Mila yang juga sedang menatapnya.
"Oh," balas Arjuna ketus.
"Aku pamit kak," Mila melangkah menjauh dari hadapan Arjuna, sebenarnya Mila berharap Arjuna menahannya. Ayolah Mila ini bukan dunia fiksi ujar Mila dalam hati.
Tangan Arjuna terkepal. Ia kesal saat Mila dekat dengan seorang laki-laki khususnya dengan Bima.
Mila berhenti di depan gang menunggu Bima datang menjemputnya, sebuah mobil sport berwarna biru berhenti tepat di sebelahnya. Bima turun dari dalam mobil, ia berjalan mengitari Mobil membukakan pintu untuk Mila.
"Kita ke mana nih Bim?"
"Ke resto nyokap gue," info Bima tersenyum manis.
"Pantesan aja lo gak banyak komen pas gue bilang gue banyak makan," balas Mila mempoutkan bibir.
"Jangan manyun gitu ntar gue cium," ujar Bima menggoda dengan mengedipkan sebelah mata.
"Lo mau ini!" Mendengar itu Mila memperlihatkan kepalan tangannya pada Bima, Bima tersenyum lebar.
"Nggak apa-apa, tabok aja sini," interupsi Bima menepuk-nepuk sebelah pipinya.
"Ogah, gue jadi bad mood gara-gara lo," kata Mila keki sambil tersenyum masam.
"Bim, gue putar lagu ya?" Bima mengangguk singkat matanya memandang lurus ke depan jalan raya.
Pilihan Mila jatuh pada lagu Dia, ciptaan Anji.
'Di suatu hari tanpa sengaja kita bertemu.
Aku yang pernah terluka kembali mengenal cinta.
Hati ini kembali temukan cinta yang hilang semua itu karna dia...
Oh tuhan ku cinta diaa.. kusayang dia, rindu dia.. ingin kan diaa.
Utuhkanlah rasa cinta di hati ku... hanya padanya untuk dia...
Tanpa sadar air mata Mila menetes, lagu itu benar-benar mewakili hatinya. Mila sangat mencintai Arjuna tapi lelaki itu sama sekali tidak peduli padanya. Bima melirik bingung Mila yang saat ini terisak kecil. Bima menggenggam tangan Mila dengan sebelah tangannya, tangannya yang satu masih setia memegang setir. Ini kali kedua Bima melihat air mata jatuh dari pelupuk mata indah wanita yang sejak sebulan ini telah mengisi kekosongan di hatinya. Ya, Bima menyadari dia sudah jatuh cinta pada seorang Mila Hauri Aditama. Wanita berparas cantik dengan luka di sorot matanya.
Bima tidak bersuara juga tidak menghapus air mata Mila. Ia membiarkan wanita itu menangis, mengeluarkan lukanya lewat air mata.
**
Mila dan Bima menduduki sebuah kursi yang telah Bima pesan sebelumnya, restoran itu terlihat mewah dan elegan. sudah di pastikan orang-orang yang datang kesini tentunya dari kalangan atas.
Semua hidangan favorit sudah tersaji di atas meja, menyejukkan mata dengan tampilannya yang menggiurkan.
"Ayo. Mil dimakan," Bima tersenyum manis menatap wajah Ayu Mila yang hanya di poles dengan make up tipis.
"Wahh... Bim, ternyata lo udah antisipasi dulu ya," Mila tersenyum lebar.
Seperti yang Mila ucapkan tadi siang. Mila memang banyak makan, semenjak hamil nafsu makanya bertambah dua kali lipat, bukanya ilfeeal Bima malah senang melihat wanitanya makan dengan lahap.
"Gue kira lo boongan banyak makan, taunnya emang beneran," Bima menyunggingkan senyum manisnya.
"Kenapa? Lo gak suka?" Mila mengangkat sebelah alis, menatap Bima di seberangnya.
"Gue suka, suka banget malah," tangan Bima terulur mencubit gemas pipi Mila yang makin chuby.
Mila tak menolak, ia masih fokus pada makanannya.
'Mil seandainya gue berani, gue rasa ini saat yang tepat buat gua ngungkapin perasaan gue ke elo, tapi mungkin itu terlalu cepat buat lo. Gue takut lo menjauh dari gua, gua emang pengecut, Bima membatin. Pandangannya tak beralih ke mana pun, kedua bola matanya masih setia menatap wanita cantik yang tengah sibuk menikmati makanan di hadapannya itu.
Bima mengeluarkan ponsel dari kantung jaketnya. Ia memotret Mila yang masa asyik melahap makanan.
"Lo foto gue ya? Jangan ambil foto candit dong! Mana coba gue liat, awas aja kalo jelek!"
"Jangan kepedean, mana mau gue foto cewek jelek kaya lo!" cetus Bima menjitak pelan kening Mila.
"Yauda sih,” ucap Mila kesal.
***
Bima membaringkan dirinya di atas ranjang usai mengantar Mila kembali ke rumahnya, ia mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya tadi. Bima memandangi hasil jepretannya sambil tersenyum lebar.
"Mil, kenapa sih lo cantik banget? Makasih udah hadir di hidup gue." Bima mengusap-usap pelan layar handphonenya, Bima merasa dunianya kini makin berwarna setelah berbulan-bulan ia berada dalam keterpurukan. Mendung hitam yang semulanya ia sembunyikan kini berganti dengan secercah sinar harapan, Semua itu karena hadirnya Mila dalam kehidupan Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaksa Nikah SMA ( Tamat) Ada Di Dreame Dlm Versi Beda
Teen FictionJudul Sebelumnya [BECAUSE ACCIDENT] [TAHAP REVISI] Cerita ini tak terduga loh☡ alurnya bisa membuat kalian terkejut☺ cerita klasik yang bikin kamu penasaran tentunya😉 kalo tidak percaya sini buktikan sendiri❗ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA😉 Part awa...