Untuk Mereka: Meniti Asa

415 33 28
                                    

April 2020

Bel rumah yang berbunyi membuat fokus dua perempuan yang tengah menutup kotak kue terakhir itu langsung teralihkan. Salah satu dari perempuan itu meminta tolong pada wanita paruh baya yang baru saja selesai menyiram tanaman untuk membukakan pagar rumahnya. Tak lama kemudian, laki-laki berkaos putih menghampiri mereka yang sibuk di dapur.

"Halo, Kak Kal." Sapaan ramah dari laki-laki itu dibalas dengan sebuah senyum oleh perempuan berambut pendek.

"Eh, kamu belum selesai, ya?" Laki-laki itu kembali mengeluarkan suara, tetapi ditujukan untuk perempuan yang lain.

Masih lengkap dengan apron dan juga rambut yang terkuncir satu, perempuan itu menggeleng pelan. "Ini yang terakhir kok."

Raven, laki-laki berkaos putih itu ikut serta membereskan peralatan dapur dan sisa-sisa bahan kue yang berada di atas meja walaupun dua perempuan itu mengatakan tidak perlu repot-repot membantu. Setelah semuanya selesai dibereskan dan sebuah kotak kue sudah berada di genggaman tangan Raven, mereka berdua berpamitan pada perempuan bersurai pendek tersebut.

Kalana, perempuan berambut pendek yang tengah melepas apronnya tersenyum. "Kalian ati-ati, ya."

Walau sudah berpamitan, Hanesha yang tengah membenarkan ikatan rambutnya tidak kunjung berniat meninggalkan dapur rumah Kalana.

"Kak Kala nanti sendiri gak apa?" tanya Hanesha memastikan.

"Gak apa, Nes. Kan enggak sendiri, ada Bi Diah sama Pak Rahman."

"Kalau enggak nanti aku balik lagi ke sini, gimana?" tanya Hanesha lagi.

"Gak usah, Nes, gak apa. Mending jalan sama Raven sana, mau ketemu sama temen-temen kamu juga kan? Jarang-jarang bisa kumpul loh. Have fun, ya."

Hanesha sedikit mendongak agar bisa menatap Raven kemudian kembali menatap Kalana yang tersenyum. Sehingga akhirnya Hanesha mengangguk dan berpamitan sekali lagi pada Kalana, begitu juga dengan Raven.

"Loh, kamu bawa mobil Kak Vino?" tanya Hanesha ketika sadar bahwa civic hitam yang tak asing terparkir di halaman rumah Kalana.

Raven mengangguk sambil menunjuk langit yang terlihat mulai gelap walaupun sekarang masih jam tiga sore. "Disuruh sama Kakak-Kakak, takut ujan katanya."

"Emangnya Kak Vino gak pake?"

Raven menggeleng. "Mobil pada nganggur semua di rumah."

Di tengah perjalanan mereka pulang ke rumah, telepon genggam milik Hanesha berdering. Tertera nama Everina di layar telepon genggam miliknya. Sehingga ia cepat-cepat menerima panggilan itu dan menekan ikon loud speaker.

"Halo Kak Eve. Ada apa, Kak?"

"Nes, Ven. Boleh minta tolong gak mampir ke supermarket dulu? Sekalian arah pulang."

Raven langsung melirik ke arah Hanesha, menunggu kekasihnya itu menjawab permintaan tolong dari Everina.

"Boleh, Kak. Mau beli apa?"

"Gak apa nih, Nes?" tanya Everina memastikan.

"Gak apa, Kak."

Walau hampir tiga tahun Hanesha bersama Raven, tidak banyak orang yang mengetahui hubungan mereka berdua. Ini karena Hanesha yang memilih demikian dan Raven pun tak pernah masalah akan hal tersebut.

Bagi Hanesha, bersama dengan Raven selama tiga tahun pun tetap membuat dirinya masih sulit percaya jika ia benar-benar layak untuk mendapatkan semuanya. Terlebih ketika Galaxy semakin lama semakin dikenal banyak orang, ia benar-benar merasa lebih baik tidak banyak orang yang tahu tentang hubungannya dengan Raven. Dan bagi Raven, ia tidak pernah mempermasalahkan permintaan Hanesha.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang