Harsh words detected.
Sabtu, 30 Januari 2016
"BANGSAT."
Satu kata itu sukses membangunkan tiga manusia yang tengah terlelap. Semua keluar dari kamar dengan muka suram karena dibangunkan terpaksa dengan teriakan yang luar biasa. Kecuali Raven yang memanfaatkan teriakan itu sebagai alarm-nya untuk sholat subuh.
Satu kata yang sukses membuat mereka terbangun itu, mereka tahu dengan jelas siapa pemiliknya. Jika kata bangsat dengan intonasi yang menggelegar satu rumah terdengar, itu berarti Julian sudah benar-benar gerah. Mereka jarang melihat Julian serius, apalagi Julian yang marah. Namun, ketika Julian dalam dua mode tersebut, mungkin pak RW atau polisi saja takut melihatnya. Siapa lagi kalau bukan Julian dan Elvino yang ribut? Hanya dua manusia itu saja yang tidur di lantai dua.
"Biasa aja kali. Gak usah teriak. Lebay, kaya baru kenal gue sehari." Itu reaksi laki-laki yang sudah diteriaki 'bangsat' tadi.
Ketiga orang yang baru saja terbangun itu mendapati sumber suara dari lantai dua. Bersamaan dengan sosok perempuan dengan baju sembarangan dan asal-asalan turun dari tangga dengan cepat. Melewati tiga laki-laki itu dengan menundukkan kepalanya, sedangkan Ardhani dan Raven cuma melongo.
"Iya gue biasa aja kalau lo gak bertingkahnya di rumah."
Ardhani dan Raven tengah berunding untuk naik ke lantai dua atau tidak, sedangkan Adriel hanya menggelengkan kepala sambil berucap, "Lagi-lagi ngisengin orang."
Lantas Ardhani dan Raven melongo sambil menatap Adriel dengan tatapan intimidasi dan sorot mata yang seakan berkata, "Maksud lo ngisengin orang itu apa?"
"Brisik ah, ini juga rumah gue. Gue juga bayar di sini."
"It's not about money. If we don't permit you to stay here, how much money that you spend nor intend to buy this house, it just useless."
Rungsing dan bingung. Adriel, Ardhani, dan Raven hanya mematung. Ah, lebih tepatnya Adriel cuek. Tidak ada satu pun dari mereka yang hendak melerai dua manusia yang ada di lantai dua, bahkan berniat untuk naik ke lantai dua pun tidak ada.
"Lo kenapa sih, Jul? Kok baper amat, kaya baru tau aja. Lagian yang gue lakuin gak sebangsat yang lo kira."
"Gue enggak akan banyak omong kalau lo gak ngelakuinnya di rumah. Punya etika dikit kek, lo udah gede, No."
"Who cares? She is just a whore."
Raven menatap kedua laki-laki yang lebih tua darinya. "Lo berdua, Kak. Gece kek pisahin Kak Jul sama Kak Vino. Tar kalau sampe bacok-bacokan gimana?"
Anggap saja yang waras hanya Raven di sini. Bukan, sebenarnya Raven juga sama saja. Ia berkata seperti itu agar sholat subuhnya nanti tidak terganggu dengan makian-makian kasar yang keluar dari mulut Julian dan Elvino.
Akhirnya tiga manusia di lantai satu itu beranjak naik ke lantai dua. Menyaksikan dua orang yang tengah beradu mulut di tengah-tengah lantai dua.
"Kaya lo enggak pernah aja? I hesitated if you never do that?" ejek Elvino.
"Sampah banget mulut lo," balas Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaharsa
General Fiction"Semua tokoh utama Disney aja harus berjuang biar punya ending yang bahagia." Ada dua sisi yang bisa ditentukan oleh setiap manusia. Sisi cerah yang diselimuti kebahagiaan dan sisi gelap yang dirundung kesedihan. "Lantas semua tokoh kartun aja perlu...