Jumat, 23 Februari 2018
"Kel, kalau gue pergi, lo bakal relain gue pergi gak?"
Kella yang tengah memakan sesuap nasi dan ayam goreng dari kotak bekalnya hampir tersedak ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir gue.
Kini, Kella memberhentikan aktivitas makannya. Dia menatap gue sepenuhnya dengan tatapan yang sudah gue hafal. Tatapan yang menunggu gue untuk menjelaskan lebih tanpa berniat mencela terlebih dahulu kalimat gue.
"Gue tahu Div kita semua stres mikirin skripsi, apalagi Januari nanti jadwal sidang mulai keluar. Makan tidur juga susah, ngapa-ngapain gak tenang. Tapi kita pasti bisa kok."
Gue tertawa cukup kencang kita mendengar reaksi Kella yang menyangka diri gue sudah amat sangat stres dengan skripsi. Sehingga gue nampaknya putus asa ingin menyerah detik ini juga.
"Bukan itu kok, Kel. Ini tentang pergi dan mungkin enggak ... kembali?"
Ada jeda ketika gue menyebutkan kembali, karena gue sendiri pun enggak yakin akan hal itu.
"Is everything okay, Div? Mind to share with me?"
Bukan bertanya gue yang ingin pergi ke mana, Kella malah menanyakan hal berbeda.
Pertanyaan ini baru gue tanyakan pada dua teman gue. Namun, setiap kali bertanya, gue selalu mendapatkan jawaban yang berbeda. Pertanyaan ini gue tanyakan pertama kali pada sosok cowok yang enggak pernah absen dan selalu keras kepala untuk jemput gue dari bandara setiap kali pulang dari Bangka atau Bali.
"Yel, kalau gue pergi, lo bakal relain gue pergi gak?"
Waktu itu gue ingat reaksi Adriel, ekspresinya tidak sekaget Kella yang sampai tersedak makanannya. Namun, gue menemukan jeda sebelum Adriel menatap gue.
"Kalau gue maksa lo untuk gak pergi, berarti gue egois, Div."
Ternyata, definisi pergi untuk setiap orang itu beda.
Lalu Adriel kembali mengeluarkan suara. "Tapi boleh gak gue jadi egois meminta lo untuk tetap tinggal?"
Walaupun definisi pergi setiap orang itu beda, selalu ada kemiripan. Kita cenderung enggan untuk melepas orang itu pergi.
Gue tersenyum pada Kella sambil mengatakan bahwa diri gue baik-baik saja dan tidak ada yang perlu ia cemaskan. Setidaknya, ya, gue berhasil meyakinkan Kella dan Adriel yang cemas terhadap pertanyaan gue.
Setidaknya itu yang gue pikirkan hingga akhirnya detik ini. Setelah akhirnya mendapat Surat Keterangan Lulus dari kampus, gue cuma diam aja di rumah. Sedangkan yang lain udah sibuk dengan urusan kerjanya masing-masing.
Kella kerja dan Ardhan internship di KAP daerah Kuningan. Kalau Kak Jul, dia lebih dulu di sana, tapi sekarang mau resign di akhir bulan nanti. Adriel sama Elvino, entah apa yang mereka kerjakan, tapi mereka berdua tentunya bantu usaha keluarganya. Dan pastinya, anak-anak rumah cowok akan menyempatkan diri setiap weekend untuk manggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaharsa
General Fiction"Semua tokoh utama Disney aja harus berjuang biar punya ending yang bahagia." Ada dua sisi yang bisa ditentukan oleh setiap manusia. Sisi cerah yang diselimuti kebahagiaan dan sisi gelap yang dirundung kesedihan. "Lantas semua tokoh kartun aja perlu...