Dari Akella: Kenangan

377 46 25
                                    

Selasa, 30 Januari 2018

Gue selalu bertanya-tanya bagaimana sebagian orang yang baru putus udah bisa punya pacar baru dua bulan kemudian bahkan satu bulan.

Atau sebagian orang yang bisa dengan mudah melupakan teman yang sudah lama bersamanya dan beberapa saat kemudian sudah memiliki teman baru.

Dan di tahap lebih tinggi adalah sebagian mereka yang berpisah dan memutuskan cerai. Kemudian dalam waktu singkat sudah bersama dengan pasangan hidup barunya.

Bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri tanpa memakan waktu yang lama, sedangkan sebagian lainnya membutuhkan waktu bertahun-tahun atau bahkan sepanjang hidupnya untuk bisa berhasil merealisasikan kata 'moving on'.

Sebagian orang yang kesulitan untuk memahami kata 'moving on' itu sendiri. Sebagian orang yang merasa bahwa kadang 'moving on' bukan sebuah penyelesaian masalah.

Gak ada yang bilang melupakan itu hal gampang. Ketika lo semakin berusaha keras melupakan sesuatu atau seseorang, lo malah berujung semakin mengingatnya tanpa henti. Karena untuk kebanyakan orang, hal yang ingin dilupakan adalah hal yang sebenarnya memiliki dampak penting untuk diri mereka.

Makanya Julian selalu bilang, "Bukan berusaha melupakan, tapi berusaha merelakan."

Karena ketika merelakan, kita enggak mati-matian untuk berusaha melupakan kenangan-kenangan yang sebelumnya selalu ingin kita ingat tanpa henti.

Karena ketika merelakan, kenangan itu akan tetap ada. Hanya artinya yang sekarang berbeda.

Dulu kenangan-kenangan itu adalah sesuatu yang sangat berharga dan lo enggak mau melupakannya barang sehari pun. Namun, setelah lo merelakan, kenangan-kenangan itu menjadi bagian dari sesuatu yang pernah singgah.

Sesuatu yang pernah singgah dan punya artinya sendiri dalam hidup. Terlebih, enggak semua ingatan harus dilupakan.

Dan untuk berhasil membuatnya menjadi sesuatu yang pernah singgah, gue membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terbiasa.

Setiap Arza setel lagu secara acak dan yang terputar adalah lagu Sepatu milik Tulus, dia akan nyanyi kenceng banget.

"KITA ADALAH SEPASANG SEPATUUU. SELALU BERSAMA TAK BISA BERSATUUU."

Arza suka banget nyanyi dengan suara asal-asalannya yang berat. Padahal, suara dia bagus banget. Cuma kalau nyanyi apalagi depan gue, dia malah selalu dijelek-jelekin. Kayanya dia sengaja bikin gue bete denger suaranya dan gue akan berujung teriak berisik ke dia.

"Eh, kok tumben lo gak ngoceh?" Tuh kan, gue juga bilang apa.

Padahal gue udah siap-siap ngoceh ini.

"Tolong Za nyanyi pake suara bagus loh, ngapain sih dijelek-jelekin?!"

"Kan suara juga suara gue, Kel?!"

Tuh kan, kita akhirnya malah aduh bacot. Tapi sejak putus sama Julian, enggak ada lagi gue yang protes ketika Arza nyanyi lagu Sepatu. Adanya gue yang malah memperhatikan setiap lirik lagu itu dan juga Arza yang paham akan gue. Sehingga dia malah bernyanyi dengan suara merdunya.

Gue dan Julian terlalu punya banyak persamaan. Kita punya kebiasaan dan kesukaan yang hampir sama. Kita suka warna dan model untuk suatu barang yang setipe.

Kita punya kesukaan genre film yang sama. Enggak jarang kita nonton film horor dan berujung teriak enggak jelas. Teriak bukan karena kaget dengan setan yang tiba-tiba muncul di layar bioskop yang segede gaban itu, melainkan kaget karena denger orang-orang teriak kenceng banget. Bener-bener kenceng karena posisinya di samping gue atau Julian.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang