Januari 2020
Perempuan dalam balutan blouse kuning muda itu tersentak ketika sadar ada seseorang yang tengah menunggunya. Ia bahkan sampai menghentikan langkah kakinya sehingga gadis kecil berkuncir dua dalam genggaman tangannya itu juga ikut menghentikan langkah kakinya.
"Miss, are you okay?"
"Ah, I am okay, Sam." Ia tersenyum pada gadis kecil berkuncir dua yang tengah menunggu dijemput. Mengalihkan pandangannya dari sosok laki-laki yang tengah menggunakan turtleneck hitam dipadu dengan jaket kulit berwarna senada.
"Ooah, finally my Mom comes. Can I hug you, Miss?" tanya gadis kecil itu sambil mendongak agar bisa menatap perempuan di sampingnya.
"For sure, Samantha." Perempuan itu langsung berjongkok agar bisa menyamakan tinggi tubuhnya dengan gadis kecil berkuncir dua. Kemudian memeluk tubuh mungilnya dengan erat sebagai tanda perpisahan.
"Goodbye, Miss Diva!" Samantha melambaikan tangannya tanpa henti sebelum mobil yang ia naiki menjauh dari sekolahnya.
Dari kejauhan, laki-laki dalam balutan turtleneck dan jaket kulit berwarna hitam hanya mematung dalam diam. Ia hanya menatap interaksi Nediva dengan muridnya dalam diam, bahkan tanpa menyapa perempuan itu lebih dulu.
Sedangkan Nediva yang sudah selesai memastikan semua murid-murid di sekolah sudah pulang langsung menghampiri sebuah mobil dengan warna cukup mencolak serta nomor plat yang tak kalah menarik perhatian orang.
"Kenapa deh suka muncul tiba-tiba gini?"
Nediva mengernyitkan dahi karena laki-laki di depannya tak kunjung menjawab pertanyaannya. Ia mendapati laki-laki itu hanya diam sambil menatap lekat kedua matanya, sangat lekat hingga cukup membuat Nediva salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Cuma lo doang deh No, Jakarta - Bali udah berasa kaya Jakarta - Tangerang. Emangnya enggak capek? Istirahat sana, jangan sering-sering keluyuran Jakarta - Bali."
Yang diajak bicara tetap tidak mengeluarkan reaksi. Ia masih tetap menatap Nediva tanpa henti.
"Elvino?" Nediva sampai melambaikan tangannya beberapa kali di depan wajah laki-laki itu, "ada sesuatu di muka gue?"
Sedetik kemudian, Elvino sukses tertawa melihat Nediva yang sibuk memegangi wajahnya sendiri.
"Enggak, enggak ada apa-apa. I just wanna stare you for long. Then I realize, staring at you become my new hobby."
"Apaan deh?" protes Nediva sambil menjauhkan tubuhnya dari Elvino cepat-cepat.
Kemudian Nediva meminta Elvino untuk menunggu dirinya selama beberapa menit untuk membereskan barang-barangnya yang masih ada di dalam gedung sekolah.
"Are you going somewhere?" tanya Elvino setelah beberapa menit telah berlalu sambil meraih sebuah kotak berukuran sedang yang ada di tangan Nediva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaharsa
Ficción General"Semua tokoh utama Disney aja harus berjuang biar punya ending yang bahagia." Ada dua sisi yang bisa ditentukan oleh setiap manusia. Sisi cerah yang diselimuti kebahagiaan dan sisi gelap yang dirundung kesedihan. "Lantas semua tokoh kartun aja perlu...