Untuk Elvino & Nediva: Baskara

447 51 61
                                    

Sabtu, 17 Maret 2018

Gagal sudah rencana mereka untuk pergi ke pantai sebelum terik. Bermula dari Elvino yang harus menginjak rem karena mobil di depan mereka sibuk berputar arah. Ketika mobil putih itu sudah sempurna berputar arah, seorang pria paruh baya itu menahan mobil dan mengarahkan mereka untuk parkir.

"Perasaan kita gak ngapa-ngapain. Kenapa disuruh parkir?" tanya Elvino bingung.

"Bapaknya kenal lo mungkin?"

"Ya mana mungkin Div? Gue siapa astaga dikenal sampe sini."

Jadi akhirnya Elvino memarkirkan terpaksa memarkirkan mobil. Ia diberhentikan oleh seoarang pria tepat di depan sebuah Bar & Resto. Restoran yang nampaknya belum buka karena sekarang masih jam sebelas pagi.

"Eh, ini Baskara terkenal banget lho tempatnya, No. Konsepnya beachfront restaurant gitu. Kalau udah sore bener-bener rame karena incer sunset sambil makan."

"Iya, terkenal sih terkenal Div, tapi kalau kita tiba-tiba diberentiin gini, apa gak serem?" tanya Elvino masih tak percaya ketika mobil yang ia bawa sudah terparkir di tempat khusus parkir restoran itu.

Setelah Elvino dan Nediva turun kemudian mengunci mobil, hal pertama yang didapati oleh mereka ada keterkejutan dari pria yang memberhentikan mereka tadi.

"Lho? Ini bukannya mobil Gus Jeriff?" tanyanya bingung.

"Lho, iya, Pak. Kok Bapak bisa tahu?" Elvino ikut bertanya karena bingung.

Laki-laki dengan jaket kulit hitam itu memerhatikan secara teliti CX-5 berwarna merah di depannya. Elvino pikir ada sticker tersembunyi bertuliskan nama Jeriff sehingga pria itu dapat mengenali mobil milik sepupunya.

Dalam hati Elvino bertanya dari segi mana sang Bapak ini bisa tahu bahwa mobil ini milik Jeriff. Sebab tidak ada tanda yang spesial. Kecuali jika mobil yang ia bawa sekarang adalah RX 300 yang selalu dipakai Jeriff sehari-hari. Itu memang terlalu mencolok.

Oh, platnya, batin Elvino. Ia memandang plat hitam dengan tulisan putih yang berisi B 159 JJN. Deretan kombinasi angka dan huruf itu memang terlalu mencolok.

"Kok bisa Gus yang bawa mobilnya?" tanya pria itu penuh kecurigaan.

"Ya bisa-bisa aja, Pak." Nediva membulatkan mata ketika mendengar balasan Elvino yang malah terdengar seperti memancing keributan. Nediva dengan cepat menyenggol lengan laki-laki itu sambil memincingkan mata.

"Kami kenal Bli Jeriff, Pak," ucap Nediva sopan.

"Yang benar, Geg?" tanya pria itu masih tak percaya.

"Iya, Pak, benar kok." Suara pria itu masih terdengar ragu.

Sedangkan Elvino sudah menarik napasnya dalam-dalam. Mencoba menahan umpatan yang akan keluar dari bibirnya kapan saja. Jika Nediva tidak menyenggolnya tadi, mungkin Elvino sudah mengumpat lalu diteriaki maling oleh pria berkemeja krem ini.

Di saat Nediva mencoba untuk bicara baik-baik pada pria di depan mereka, yang dilakukan Elvino adalah menelepon sepupunya itu.

"Aduh, apaan lagi sih?"

"Lo gak bisa ngomong halo apa ke gue? Tiap angkat telepon gue jawabnya aduh mulu jir," ucap Elvino sewot.

Nediva menggelengkan kepala. Buru-buru meraih ponsel yang berada digenggam Elvino.

"Lagian nelepon gue mulu udah kaya customer service asuransi yang maksa mulu tahu gak." Suara itu terdengar di telinga Nediva.

"Emm ... Kak? Ini temennya Elvino, kebetulan kita lagi ditahan di depan Baskara."

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang