Sabtu, 10 September 2016
Raven dengan cepat memarkirkan motornya di depan rumah. Membuka gembok dan kunci pintu agar dapat masuk ke dalam mengambil dompet dan ponsel. Raven mengutuk dirinya yang bisa lupa membawa dompet dan ponsel. Ia tidak mau jika ketika dirinya sampai di studio, Ardhani memaksanya push up, squat thrusts, squat jump, dan sit up masing-masing sebanyak berapa menit ia telat. Mereka semua memang dekat, tapi kalau soal sanksi karena telat tetap saja seperti manusia yang memukul kecoa terbang seenak jidat.
Ponsel Raven harus berbunyi di tengah dirinya yang sedang buru-buru mengunci rumah dan pagar tinggi itu. Ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Raven bernapas lega.
Lega karena tulisan yang muncul adalah 'Bunda'. Coba kalau yang muncul 'Kak Ardhan' atau anak Galaxy lainnya, sudah dimaki habis-habisan oleh Raven dengan kalimat seperti ini kurang lebih,
"Lo suruh gue buru-buru, tapi siapa yang makin bikin gue ngaret? Bodo tar lo yang gantiin gue push up, squat thrusts, squat jump sama sit up."Untung saja yang meneleponnya adalah Bunda. Dengan senyum lebar Raven menggeser layar ponselnya untuk menerima telepon.
"Halo, Bun?"
"Mas tar sore keluar gak?"
"Kalau latihannya udah selesai, aku pulang, Bun. Itu kalau gak diajak pergi sama anak-anak, Bun."
"Oalah, nanti ada yang dateng ke tempat kamu, Mas. Kayanya entar sore deh atau mungkin habis maghrib."
"Siapa, Bun?"
"Ada, kamu tunggu aja nanti."
Raven mengerutkan dahi sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tak biasanya sang Bunda menelepon sambil memberi teka-teki seperti itu. Kalau memang Bunda datang, pasti Bunda Raven akan segera mengabarinya to the point. Tak merasa kedatangan seseorang yang dibicarakan Bundanya cukup penting, Raven jadi terkesan melupakannya. Bahkan benar-benar lupa kerena ia jadi membuat janji dengan orang lain jam dua. Mereka rasa latihan sudah cukup karena hampir tiga jam. Lagi pula, perut selalu diutamakan dan paling utama.
"Ven, lo sendiri gak apa?" tanya Adriel sambil menyandangkan tas gitar di kedua bahu lebarnya.
"Lah terus piye, Kak Yel? Motor gue mau digerek tali pake mobil Kak Jul?" tanya Raven balik.
Mereka semua pergi ke studio menggunakan mobil Julian, sedangkan Raven tidak. Untung saja Raven datang ke kampus tadi menggunakan motor, tidak jadi nebeng mobil Julian. Jika iya, bisa keseleo Raven harus push up, squat thrusts, squat jump, dan sit up masing-masing sebanyak lima belas kali.
"Tapi kita mau makan di Tanjung Duren, gak ngikut?" tanya Ardhani sambil menyandangkan tasnya di bahu sebelah kanan.
"Oh iya?" tanya Raven balik.
"Iya, anak cewek ikut kok."
"Lho, Rili malah ngajak gue pergi." Raven kelihatan bingung.
"Wih, mau ngedate?" tanya Julian cepat sambil berusaha mengubah mata sipitnya menjadi sebesar bola.
"Ya enggaklah. Rili juga gak ngomong mau ke mana."
"Ciyee Dedek kita sudah besar," canda Elvino.
Sedangkan Raven hanya menggelengkan kepala. Kadang Raven suka bingung kenapa orang-orang-bukan anak Galaxy-selalu berpikir jika hubungan laki-laki dan perempuan harus selalu bertemakan cinta-cintaan.
"Berarti Rili nyusul lo ke sini, Eve bilang Rili ikut mereka," ucap Elvino setelah meminum air dari botol air yang ia bawa.
"Oh anak cewek nyusul ke sini? Naik apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaharsa
General Fiction"Semua tokoh utama Disney aja harus berjuang biar punya ending yang bahagia." Ada dua sisi yang bisa ditentukan oleh setiap manusia. Sisi cerah yang diselimuti kebahagiaan dan sisi gelap yang dirundung kesedihan. "Lantas semua tokoh kartun aja perlu...