Untuk Julian & Akella: Melepas

555 74 47
                                    

Halo semuanya 🙋👏

Biasanya aku enggak pernah rekomen lagu apa pun yang dijadikan sebagai playlist untuk baca tulisan aku.

Tapi, kali ini, ada beberapa lagu yang mau aku rekomen ke temen-temen saat baca part ini karena cocok banget.

1. Before You Go - Lewis Capaldi
2. Working For You - Jake Scott
3. Forever - Lewis Capaldi
4. Be Alright - Dean Lewis
5. Letting Go - Day6

Jangan lupa vote dan komen ya, vote dan komen kalian sangat berarti supaya bisa menulis dengan baik lagi hehe. Luv u 😚

❁❁❁❁❁

Rabu, 16 Desember 2015

Hampir setahun memutuskan untuk menaiki sebuah perahu kecil dengan angin kencang dan mendayungnya tanpa henti, akhirnya baik Julian dan Akella tahu jika ini sudah saatnya mereka berhenti mendayung perahu di tengah sungai yang tak berujung.

Satu tahun yang lebih sering dipenuhi air mata dibandingkan senyum dan tawa, akhirnya Julian dan Akella menghentikan perahunya ketika melihat sebuah tempat kecil. Tempat kecil yang bisa mereka pakai untuk menepikan perahunya setelah sekian lama mendayung tanpa henti.

Karena, baik Julian dan Akella tahu, jika mereka tetap memaksakan diri untuk tetap mendayung, perahu mereka akan tetap melaju bersama angin kencang tanpa ujung. Jadi, selagi mereka akhirnya mendapat tempat untuk menepikan perahu, mereka memutuskan untuk berhenti dan menepikannya.

Dibandingkan mendayung tanpa ujung, Julian dan Akella memutuskan berhenti sampai di sini dan menepikan perahu mereka.

Setelah menceritakannya pada Reinada dan Handerra, secara perlahan Julian tahu caranya untuk merelakan Akella walaupun terasa berat. Membiasakan diri untuk melakukan semuanya sendiri di saat sejak sekolah Julian sudah terbiasa melalukan kesehariannya bersama Akella.

Sedangkan Akella, ia sudah tidak tahu seberapa sering Arza harus melihat dirinya menangis dalam diam. Padahal Arza tahu seberapa keras kakaknya itu menahan air mata, serta seberapa seringnya sang kakak menutupi air matanya agar tidak terlihat di depan orang banyak.

Akella selalu menangis di depan Arza dan menceritakan kerumitannya pada Nediva.

"Kel, gue tahu kok ini berat. Tapi kalau lo secara terus menerus berusaha melepaskan dan merelakan, walau butuh waktu, hati lo akan lega nantinya."

Akella ingat ucapan Nediva ketika perempuan itu mengajaknya untuk makan es campur Tante Erna setelah pulang kuliah.

"Walau kita beda cerita, tapi gue pernah ngerasa jadi lo."

Nediva kembali bercerita, "Dulu gue selalu denger ucapan 'Diva jangan dimakan dulu, harus tunggu Papa pulang bentar lagi' atau 'yah Diva kuenya kamu berantakin, nanti Mama marah lho' setiap saat."

Mata Akella yang memerah mendapati mata Nediva yang terlihat menerawang jauh ke sana. "Lalu gue juga akan selalu ngomong 'Ma, Pa, aku udah pulang nih ayo makan' setiap pulang agak malem."

"Terus sekarang, gue cuma bisa panggil salah satu sebutin itu tergantung gue tinggal di rumah mana." Nediva tersenyum ke arah Akella sambil sesekali mengaduk es campurnya.

"Gue tahu kok kita memang beda banget ceritanya, orang yang kita sayanginya beda status. Tapi setidaknya, ada satu kemiripan, Kel. Gue dan lo sama-sama belajar untuk terbiasa melakukannya sendiri."

Sejak itu, Akella sering mendengar Julian berbicara dengan what if di depan kalimatnya. Julian juga tak lupa menyematkan kata 'kalau' di depan kalimatnya setiap bicara pada Akella. Akella juga lebih sering mendengar kata maaf dan janji dari Julian dibandingkan suara tawa Julian yang ikut serta memeriahkan hatinya.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang