Untuk Raven & Hanesha: Akhirnya

616 64 78
                                    

Sabtu, 18 Maret 2017

Raven

Gue berjalan beiringan bersama cewek dalam balutan kemeja hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue berjalan beiringan bersama cewek dalam balutan kemeja hitam. Kalau bukan karena dosen Manajemen Keuangan Lanjutan gue yang ngancem bakal kurangin nilai kalau gak dateng KP, gue ogah banget ke kampus sampe tengah malem gini.

Karena ada kelas malam, jadi hari Sabtu pun tetap ada kelas sampai setengah tujuh malam. Jadi, demi nilai yang aman, gue rela deh ikut kelas Manajemen Keuangan Lanjutan mereka dari jam empat sampai jam enam.

"Tahu gitu mending ikut batam sama Rili, dosennya Rili auto A lagi," sahut gue ketika kita menuruni anak tangga satu per satu.

Waktu input KRS, Rili dapet bagian terakhir, jadi Rili enggak bisa sekelas bareng gue dan Hanes.

"Ya mau gimana lagi Ven. Dosen kita untungya bukan auto C," sahut perempuan yang berada di samping gue.

Kita terus berjalan beriringan sampe parkiran motor. Lampu udah pada dimatiin, cuma lantai satu yang nyala, kantin udah pada tutup. Motor yang ada di parkiran aja bisa dihitung pakai jari. Begini amat ya kampus gue.

"Mau gue anterin ke stasiun gak? Atau lo nginep?"

"Emangnya lo sama Kakak yang lain gak latihan?" tanyanya balik.

Gue dengan cepat menggeleng kepala. Semuanya lagi pada sibuk urus urusan masing-masing. Kaya Kak Jul yang humas ke Lampung, Kak Dhan yang ke Jogja buat lomba, dan juga Kak Yel sama Kak Vino yang balik Serpong seperti biasa untuk jaga sekolah minggu.

Iya, gue sendirian lagi aja di rumah. Kalau enggak ada siapa-siapa di rumah, gue cuma kerepotan gak ada makan aja sebenernya. Soalnya Kak Dhan yang urus makan, entah dia beli atau emang dia masak. Kalau gue udah bener-bener males cari makan dan enggak ada tukang makanan apa pun yang lewat, biasanya gue gak tahu diri melas di depan Kak Eve.

"Jadi lo mau pulang ke mana?" tanya gue lagi karena dia enggak jawab setelah gue menggelengkan kepala.

Kalau enggak karena KP ini, kayanya gue sama dia tetap akan saling diam. Walaupun sebenernya Rili sejak seminggu lalu kelihatan banget effort-nya biar gue dan cewek di sebelah gue bisa ngobrol lagi.

"Ngobrol yuk? Tentang hal satu bulan yang lalu," tanyanya pada gue.

Iya, cewek yang ada di sebelah gue dari tadi sejak di kelas itu Hanes.

"Mau di mana?"

"Di mana aja, tapi jangan di tempat Tante Erna, please."

"Kenapa?" tanya gue cepat.

Ekspresinya terlihat kikuk ketika gue tanya mengapa. "Enggak kenapa-napa sih, yaudah biar gak mikir, ke rumah cowok aja deh."

Gue mengiyakan permintaannya lalu menjalankan motor gue. Selama perjalanan pulang, enggak ada satu pun percakapan yang terdengar.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang