Dari Elvino: Bertemu

496 56 63
                                    

Sabtu, 10 Maret 2018

Elvino memegangi kepalanya yang berdenyut ketika terpaksa dibangunkan oleh suara ponselnya yang berdering lebih dari empat kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elvino memegangi kepalanya yang berdenyut ketika terpaksa dibangunkan oleh suara ponselnya yang berdering lebih dari empat kali. Rasanya, sudah cukup lama Elvino tidak merasakan sakit kepala karena terlalu banyak minum. Ia menengok jam kecil yang berada di meja samping ranjang kasurnya. Jam lima pagi lewat sepuluh menit.

Laki-laki itu mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk menemukan ponsel yang tidak diketahui keberadaannya. Jika bukan karena ponselnya yang terus berdering tanpa henti, Elvino akan mengabaikan ponselnya dan kembali tidur. Ketika Elvino mendapati posisi ponselnya, ia menyipitkan mata melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Akhirnya lo angkat! Sumpah, gue udah pake jaket sekarang biar bisa ke rumah cowok."

"Mau ngapain pagi buta ke sini?" Di saat kepalanya masih berdenyut, Elvino masih bisa memarahi perempuan di seberang sana.

"Lo habisnya enggak angkat-angkat untung akhirnya elo angkat."

"Sumpah Kel, lo enggak salah telepon orang kan?"

"Enggak woy. Jadi dengerin gue baik-baik, jangan nyela dulu."

❁❁❁

Elvino mematung dengan ransel yang tersandang di bahunya setelah pesawat yang ia naiki akhirnya landing dengan sempurna di bandara I Gusti Ngurah Rai.

Selama beberapa saat, ia hanya mematung tanpa berniat untuk memesan taksi. Padahal pikirannya sejak ia berada di pasawat adalah cepat-cepat ke Anjana Homestay yang letaknya di Jimbaran untuk mengambil mobil milik Jeriff. Lumanannya membuat ia tiba-tiba teringat konversasinya dengan Jeriff setelah Akella yang meneleponnya pagi butuh.

"Aduh sial."

"Pembuka percakapan dari daerah mana itu 'aduh sial'?"

"Ngapain telepon pagi-pagi sih? Gue baru mau tidur tahu gak."

"Gila lo habis ngapain jam segini baru tidur?"

"Shit, don't dare imagine it."

"Udah mau nikah lo, jangan aneh-aneh. Entar Opa marah dipecat jadi cucu abis lo."

"Gak usah sok-sokan ceramahin gue kalau lo sendirinya juga gak beres. I am better than you at least."

"Well ... I admit that."

Laki-laki di seberang sana masih setia berdiri di ambang pintu. Netranya hanya fokus memandangi perempuan yang akhirnya dapat memejamkan mata. Ia yang pada awalnya berniat untuk pulang akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang