Untuk Mereka: Integrasi

286 35 31
                                    

Januari 2020

Laki-laki dalam balutan kemeja putih dipadu kardigan krem muda itu memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah bercat senada dengan kardigannya, setelah memutari perumahan ini sebanyak tiga kali untuk mencari sebuah alamat. Laki-laki itu dengan sigap membuka pintu mobil dan bersiap memanggil seseorang yang berada dalam rumah ini.

Baru saja laki-laki itu bersiap mengeluarkan suaranya untuk memanggil seseorang, tetapi perempuan dengan rambut yang dikuncir asal itu menampakkan dirinya dibalik pagar rumah.

"Oh God. Hello Mr. Jevera, are you insane?" tanya perempuan itu kaget. Benar-benar kaget ketika mendapati tamu tak diundang yang berada di depan pagar rumahnya.

Yang disindir malah menatap perempuan yang ada di depannya dengan mata sumringah dan tersenyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang disindir malah menatap perempuan yang ada di depannya dengan mata sumringah dan tersenyum lebar.

"I just wanna kill Adriel and Vino after coming back, but you just save them."

Julian, laki-laki itu malah tersenyum ketika Everina, perempuan yang ada di depannya ini sudah siap menghujani ia dengan berbagai pertanyaan.

"Kenapa bisa ke sini?"

Laki-laki itu terlihat berpikir. "Mau aja."

"Kan jauh? Ngapain orang sibuk malah dateng jauh-jauh ke sini deh, Jul?"

"Ih jutek amat? Mau ketemu padahal."

Everina tak henti-hentinya menggelengkan kepala melihat kedatangan Julian yang bahkan belum pernah datang ke rumahnya.

"Lo tahu alamatnya dari Vino Adriel, ya?"

"Gue kira gue bakal dikerjain sama mereka berdua. Jadi Ayu Ting Ting, dikasih alamat palsu. Untungnya enggak ternyata."

"Enggak nyasar ke sini? Kenapa enggak bilang-bilang mau ke sini? Kalau enggak ada orang di rumah gimana?"

Julian tersenyum mendengar rentetan pertanyaan dari Everina dengan segala kekhawatirannya. Julian sendiri tidak tahu alasan pasti yang harus ia katakan pada Everina kenpa tiba-tiba bisa muncul di rumahnya. Ia hanya sedang merasa bosan berada di studio tanpa henti selama tiga hari berturut-turut.

"Lo mau pergi, ya?" tanya Julian ketika sadar akan raut wajah Everina yang belum berubah sejak tadi.

Mendengar pertanyaan Julian, Everina terlihat semakin berpikir. Ia sudah berencana untuk pergi hari ini sejak satu minggu lalu. Terlebih sang Mama tengah pergi bersama Kakak dan kakak iparnya serta hari ini hari Sabtu. Jadi Everina merasa akan jauh lebih baik ia pergi sendirian hari ini apalagi besok masih ada hari Minggu untuk istirahat.

"Eve?" panggil Julian pelan.

"Lo mau pergi dan gue enggak bisa ikut lo pergi kan?"

Everina selalu salut bagaimana Julian bisa dengan cepat memahami situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya, tanpa merasa kecewa ataupun terdengar menyalahkan.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang