Untuk Ardhani & Hanesha: Arti

934 113 36
                                    

Selasa, 1 Maret 2016

Hanesha, Rilia, dan Raven berusaha menahan kantuk sekuat mungkin. Sesekali mereka melirik ke baris paling belakang yang tengah menelungkupkan kepala di atas meja dengan tas sebagai penghalang. Ada beberapa yang asik mengobrol sendiri, ada yang sibuk dengan ponselnya, sedangkan mereka bertiga memperhatikan Pak Tony, sang dosen Hukum Bisnis dengan baik. Lebih tepatnya terpaksa karena mereka duduk di barisan paling depan.

"Setengah jem lagi aja lama banget kayanya," bisik Hanesha pada Rilia.

"Sabar, Hanes. Setengah jam lagi kok, gak lama."

Masalahnya Pak Tony ini bukan becerita tentang fungsi asuransi, tapi malah bercerita tentang orang-orang di sekitarnya. Kalau seru sih tidak apa, masalahnya ini layaknya dongeng tidur.

"Sekian ya untuk hari ini."

"Makasih, Pak."

Semua anak yang ada di kelas langsung semangat 45 keluar dari kelas, buru-buru cuci muka sepertinya. Atau mengisi perut karena akan ada kelas lagi setengah dua nanti.

"Nes, belajar buat kuis yuk. Lumayan sekalian nyicil UTS juga," ajak Rilia.

"Yah gue harus urusin KTM gue lagi," ucap Hanesha.

"Lah, lo kemarin pas belajar bareng Kak Vino gak bisa. Sekarang juga gak bisa? Kuisnya besok," jelas Raven.

"Yah mau gimana nih, gue belajar tar malem kayanya. Kalian pulang duluan aja gak apa."

"Beneran?" tanya Rilia.

"Iya, gak apa kok."

🌠🌠🌠

Hanesha bernapas lega ketika mendapati tiga kakak tingkatnya sedang berjalan beriringan menuju kantin. Setengah berlari, Hanesha menyusul tiga laki-laki itu. Hanesha mengedarkan pandangannya ke sekitar kantin, akhirnya Hanesha menemukan mereka yang tengah duduk di bilik sofa kantin.

"Lo gak bareng Raven Rilia, Nes?" tanya Adriel ketika mendapati Hanesha datang sendirian. Biasanya karena mereka selalu sekelas, pasti setiap saat jalan bertiga. Tidak juga sih, Hanesha lebih sering dengan Rilia, sedangkan Raven lebih sering bersama anak cowok.

"Udah pada pulang, Kak Yel. Gue yang suruh duluan sih, soalnya gue mau urus KTM."

Hanesha kembali mengeluarkan suara, "Kak Vino, KTM lo pernah ketelen kan?" tanya Hanesha pada Elvino yang sibuk dengan lemon tea-nya.

"Iya, dua bulan lalu ketelen," jawab Elvino yang masih sibuk dengan menyeruput lemon tea-nya.

"Punya lo juga, Nes?" tanya Adriel langsung.

"Gak ketelen, Kak, tapi error. Pas tadi gue mau nyetor, tiba-tiba gak bisa transaksi, gak bisa tarik uang, gak bisa apa-apa."

"Ke bank-nya aja, ada di Roxy, Nes," sahut Elvino yang sudah tidak sibuk mengurusi lemon tea.

"Nah itu Kak, gue gak tahu tempatnya. Gue juga kurang ngerti, boleh minta tolong gak temenin gue?" tanya Hanesha pelan dan sopan.

Walaupun Hanesha lumayan mengenal anak cowok, ia masih sedikit sungkan jika meminta tolong pada Elvino. Ah tidak, ia juga sungkan dengan Julian. Mengingat dirinya berbeda dua tahun dengan Julian, rasanya agak sulit jika harus bicara santai.

"Oh, yaudah. Mau sekarang?" tanya Elvino ketika lemon tea-nya sudah habis.

"Heh Rubah, kita udah ada janji sama anak-anak Metta Karuna," sahut Adriel dengan mata yang menatap tajam Elvino.

"Eh iya ya, gue lupa. Gak usah pake ngatain segala, Beruang," Elvino menatap Adriel kemudian beralih ke Hanesha, "Sorry Nes, gue udah ada janji. Lo sama Ardhan aja perginya."

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang