Untuk Mereka: Lantai Satu

600 87 17
                                    

Ardhani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardhani

Pertama kali tinggal di rumah cowok, gue enggak menyangka kalau konsepnya benar-benar mirip seperti rumah. Yang memang membuat sedikit berbeda adalah jumlah kamarnya. Kamarnya ada lima, tiga kamar di lantai satu dan dua kamar di lantai dua.

Pas gue baru sampai di sana, Kella bilang kamar atas udah ada yang isi dan satu kamar di lantai satu pun udah ada orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pas gue baru sampai di sana, Kella bilang kamar atas udah ada yang isi dan satu kamar di lantai satu pun udah ada orang. Jadi tinggal dua kamar di mana letak AC-nya sengaja dibagi dua. Syukurlah, gue memang enggak kuat dingin. Gue mengisi kamar yang letaknya di sebelah kiri.

Pertama kali memindahkan barang-barang, gue bertemu dengan Vino yang sibuk membawa goodie bag besar dan bersiap menaiki tangga. Cowok yang bahkan awalnya gue enggak tahu siapa namanya saat itu. Enggak ada tegur sapa di sana dan gue pun memang enggak berniat menyapanya. Gue kira Vino akan melanjutkan aksinya menaiki anak tangga satu persatu, tapi ternyata enggak.

"Kamar yang paling kanan udah diisi Beruang. Lo bisa pilih yang sebelah kiri atau tengah." Lalu dia berjalan menaiki tangganya satu per satu.

Udah diisi beruang? Ini rumah atau tempat penyeludupan hewan coba?

Kesan pertama gue bertemu Vino adalah dia tipe orang yang enggak mau ikut campur urusan orang lain. Hidup lo yang hidup lo, hidup gue ya hidup gue. Iya, awalnya gue berpikir seperti itu. Namun, semakin lama gue mengenal Vino, dia adalah orang yang sangat peduli terhadap orang lain. Orangnya memang brengsek, suka tidurin anak orang, tapi Vino enggak akan bertindak brengsek ke orang yang sangat dia peduli.

Enggak lama gue beres-beres barang, gue melihat seseorang yang tengah memakai kaos polos berwarna tosca masuk ke dalam kamar yang Vino bilang udah diisi beruang. Ketika cowok itu keluar lagi sambil menenteng dompetnya, gue seakan berucap dalam hati, "Ini yang tadi dipanggil Beruang?"

Kesan pertama gue bertemu Adriel adalah dia orang yang berwibawa. Gue sempat syok dan enggak begitu percaya kalau Adriel ternyata saudara kembarnya Elvino. Secara mereka terlihat jungkir balik jika baru bertemu pertama kali. Tapi walaupun orang-orang bilang Vino dan Adriel bagaikan bumi dan langit, bagi gue Vino dan Adriel adalah sepasang sepatu.

KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang