CHAPTER 74|KANVAS
dih, iri?
canda iri✌🏻
***
Satu semester bukanlah waktu yang terlalu lama bagi masing-masing orang yang melaluinya dengan hal bahagia. Sebentar. Sangat terasa sebentar waktu enam bulan berlalu ketika Bulan menghabiskannya dengan Bintang—sumber tawanya.
Awal-awal mereka menjadi pasangan memang benar saling menunjukan kasih sayang. Terlebih-lebih sikap Bintang yang begitu manis setiap kali perjumpaan. Satu sekolah bahkan sempat dibuat gempar atas kabar yang dengan cepatnya tersebar.
Namun seiring berjalan—apalagi akhir-akhir minggu ini, Bintang mulai disibukkan dengan hal-hal yang menjuru untuk kelulusan. Bulan memahami. Tentang ujian, tentang tes untuk dunia perkuliahan—yang sepertinya akan membuat mereka merenggang akibat jarak yang memisahkan.
Kini, tepat di depan pintu utama rumah Bintang, Bulan menghela napas tidak tenang. "Semoga hari Minggu ini Kak Bintang di rumah dan nggak sibuk deh. Kangen berat astaghfirullah…"
Bulan berdeham disertai membenarkan beberapa peralatan yang sengaja dia bawa dari rumah untuk kejutan. Agak ragu ketika tangannya akan terulur mengetuk pintu. Bertepatan dengan niat yang semestinya dilakukan, namun itu tadi terhalang oleh kepala yang tiba-tiba saja berdenyut kencang.
"Adoh, punya kepala sering sakit, pengen nggak punya kepala tapi nanti serem." Rintihnya dengan gerutuan kesal. Selebihnya Bulan hanya bisa menetralisir sembari menggeleng pelan. Bagusnya rasa sakit tadi hanya sesaat.
"As—eh adik ipar!" Bulan menggantungkan kepalan tangan ketika tiba-tiba saja pintu terbuka—menampakkan Mars dengan mata yang masih setengah terbuka.
Mars menguap lebar tanpa ada niat untuk menutupnya. "Ngapain lo?"
Sedang Bulan yang merasakan bau-bau tidak sedap, menutup hidung dengan cepat. "Napas lo bau tikus anjir! Bau mulut lo giveaway. Sangat bedosa berperilaku tidak sopan kepada kakak ipar lo ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...