33- HILANG ARAH

1.6K 114 245
                                    

CHAPTER 33| HILANG ARAH

TRAILER ANURADHA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Disuguhkan dalam dua hal yang sama-sama relevan, itu membingungkan. Mengorbankan diri sendiri untuk orang lain, atau mengorbankan orang lain untuk kebahagiaan diri sendiri?
Hingga sampai saat ini pun, pertanyaan itu tak memiliki jawaban.

****

"Selamat pagi Malaikat Tampan!"

Terhitung sudah 67 kali kalimat itu terlantun tanpa ada balasan. Mulai dari gerbang depan sekolah sampai sudah menaiki setengah tangga. Mungkin memang sosok yang mengatakan terlahir dengan jiwa pantang menyerah. Sehingga sampai detik ujung ini pun dia masih bertahan.

Padahal sudah bermacam-macam gaya yang di praktekkan. Dari yang imut sampai meng-ilfeelkan. Bagai kertas putih yang ditulisi oleh tinta putih pula. Sama sekali tidak berpengaruh. Cowok berseragam setengah rapi dengan jaket hitam yang disampirkan di pundak, tetap berlenggang santai—tanpa mengindahkan suara yang persis seperti kicauan burung.

"Selamat pagi Malaikat Tampan!"

Ucapan yang sama kembali mendengung di udara.

"Nih aku ajarin, kalau aku bilang 'selamat pagi', maka Kak Bintang wajib jawab 'PAGI, PAGI, PAGI!' gitu Kak!"

Ringisan kecewa mulai sedikit tertera di sudut bibir tipisnya. Melihat sosok cowok yang dia cintai setengah mati tidak bereaksi sama sekali.

"Kak Bintang, kok diem aja sih," lirihnya kemudian.

Bintang merapatkan kaki. Melepas earphone yang menyumpal telinga. Setelahnya, menatap datar sosok Bulan yang kini juga tengah menatapnya.

"Gue pake earphone."

Seakan bunga layu yang disiram dengan air baru. Muka masam tadi telah berganti dengan muka sumringah. Mesem-mesem tidak jelas seperti orang kesemsem. Ternyata ada alasan dibalik sisi hirauan tadi.

Bulan mengulum senyum ke dalam. "Ooh, bilang dong. Kan tadi aku udah zuudzon duluan,"

Gue pake earphone juga nggak ada lagunya, batin membalas.

Mengedikan bahu acuh, lalu tanpa peduli Bintang kembali melenggang. Seperti anak ayam yang selalu mengikuti induknya. Kali ini Bulan mengekori Bintang dari belakang. Sesekali sambil menggoda atau mungkin berpantun ala kadarnya.

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang