CHAPTER 37| MAKASIH BAPAK MAWAR
Now playing~ Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi.
***
Jangan main-main dengan semesta. Dia tak selucu itu untuk dibuat bercanda bersama.
***
Menyusuri sebuah ruangan yang dalam artian jarang dilintasi. Sesosok cewek dengan seragam lengkap berjalan dengan gaya anggun. Tak sepintas pun kepala menunduk, sehingga terus mendongak: menandakan kesombongan yang telah melekat.
Tidak dipungkiri dia sampai sejauh ini. Melakukan sebuah penghianatan terkesan kejam. Awal-awal memang terus terngiang akan dosa sebagai tebusan. Namun, perlahan sisi hitam seseorang mulai memasuki sehingga meracuni otak dan hati nurani.
"Thanks bang. Kerja lo bagus."
Setelah sampai di satu ruangan. Hanya ada dirinya dan Bara Samudera-sang ketua di geng JALI. Raut dingin tercetak jelas. Tak lama sunggingan senyum miring menyusul.
"Nggak nyangka lo se-licik ini," sosok Bara beranjak berdiri dari kursi. "But, it's oke no problem, suatu saat akal licik lo bisa berguna disini."
"Jangan salahin gue. Anak buah lo yang udah ngotorin otak suci gue ini. Jadi, dia penyebab utama. Huh, anak buah tolol."
Tawaan paksa mengudara. Cenderung mengerikan bagi yang mendengar. Seputar rasa takut menggerogoti, ditambah dengan reaksi Bara yang menggebrak meja tepat di depan cewek itu.
Selaput tajam tatapan, menggetarkan tubuh. Membuat dada naik turun bergemuruh. Tidak mampu menatap balik sosok Bara, cewek itu hanya menunduk.
Seakan hilang kesabaran, Bara menangkup kasar pipi lawan bicara.
"Jangan sekali-kali lo hina anak buah gue. Lo licik! Lo yang datang meminta bantuan, kemudian mentaktik-kan sedemikian, agar orang lain yang kena imbasan." melepas tangkupan tak luput dari kata lembut. "Untung aja lo sama geng JALI punya musuh yang sama. Dan tentu orang digunakan sebagai imbas lo, bukan anak buah gue. Maka itu, gue tetep diam."
"Tapi ingat, sekali gue denger mulut lo hina anak buah gue, gue nggak akan tinggal diam."
Terbatuk akibat cengkeraman leher begitu kuat. Tidak ingin membuat sosok Bara terlihat lebih marah, cewek itu hanya mengangguk mengiyakan peringatan yang diberikan. Dan itu tanpa ada bantahan.
"I-iya bang. Maaf..,"
Bara kembali duduk.
"Sampai perayaan HUT itu selesai, rencana ini kembali dimulai."
***
Terhenyak dalam suatu kesadaran. Setelah cukup lama denyutan waktu yang berlalu dengan mata terpejam, kini kembali terlihat dunia begitu temaram. Hanya lampu tidur yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...