21- PASUKAN #SYABIN

1.9K 139 116
                                    

CHAPTER 21|PASUKAN #SYABIN

•••

Fungsi dari sebuah pertemanan itu bukan hanya tempat untuk bergurau ria. Tetapi juga tempat untuk saling berbagi antar sesama. Baik itu tentang suka maupun lara.

****

"BULAN!"

Suara lengkingan itu berhasil membuat Bulan mendongakan kepalanya. Mata sembab, hidung merah, wajah kusut dari Bulan membuat orang yang barusan meneriakan namanya terlihat khawatir.

"Ya ampun Bulan lo kenapa?!" tanya Sindur seraya berlari tergopoh-gopoh menuju Bulan.

Bulan yang belum selesai sesi menangisnya, seketika menambahkan volume isakannya.

"G.. Gue nggak a..apa-apa," jawab Bulan terisak.

Sindur menggeleng mendekati Bulan. Diusapnya punggung Bulan agar sedikit lebih tenang. Kali ini Sindur sendiri. Jhiva dan Taran masih sibuk menyaksikan adegan romance di luar.

"Minum dulu ya?"

Bulan menggeleng lemah. Tangisnya sudah sedikit mereda. Hanya isakan-isakan kecil yang masih tersisa. Untung saja Sindur datang untuk menenangkan. Boleh dibilang, baru kali ini Bulan merasakan perhatian dari teman perempuan. Sebelumnya di Bandung, tidak pernah Bulan mendapati teman perempuan yang benar-benar peduli padanya.

"Yang lain pada kemana?" tanya Bulan.

"Jhiva sama Taran masih di parkiran. Biasa, anak alay mah suka gitu," celetuk Sindur dengan diakhiri kekehan.

Bulan tersenyum kecut. Benar kan dugaannya.

"Padahal nih ya kalau menurut gue sih Kak Bintang sama Kak Tesya biasa-biasa aja. Cuma anak-anak Sevilla aja yang selalu berlebihan. Katanya pasangan romantis lah, cocok seratus persen lah, pasangan goals banget lah. Sampai-sampai buat grup-grup gajelas. Cih! Kampungan!" maki Sindur.

Bulan mengkerutkan alis setelah mendengar penuturan Sindur. Tiba-tiba rasa sedihnya meluap dan terganti dengan rasa penasaran. Bukankah penuturan Sindur tadi terdengar keki atau mungkin iri? Jadi bisa Bulan simpulkan, apa temannya ini juga mempunyai rasa khusus kepada Bintang?

"Kenapa lo bilang gitu? Bukannya bener kan, mereka pasangan yang...cocok?" Bulan memelankan kata 'cocok' diakhir kalimatnya. Entah lah rasanya lidah nya kelu, hatinya ngilu. Seolah kata itu tidak seharusnya keluar dari bibirnya.

Sindur memandang lekat Bulan. Tatapannya memicing, seolah sedang mencari sesuatu. Lalu selang beberapa detik, tawa Sindur menyembur begitu saja. Tidak peduli dengan siswa yang mulai memasuki kelas, Sindur tetap tertawa kencang. Teman sekalasnya pun memandang Sindur heran. Apa dia sudah gila?

"Lo kenapa ketawa gitu?" tanya Bulan bingung sambil mengelap ingus yang tersisa di hidung.

Perlahan Sindur menguraikan tawanya.

"Jangan bilang lo berpikiran kalau gue cemburu sama Tesya?"

Bulan mendelik tidak percaya. Bagaimana mungkin opininya mudah diketahui oleh Sindur.

"Lo cenayang?" bukannya menjawab, Bulan malah bertanya balik.

"Jadi bener? HAHA!! Gila aja gue cemburu sama Kak Tesya!" Sindur kembali tertawa. Kali ini tawanya lebih parah. Sampai-sampai meja tak berdosa berhasil dipukul-pukul oleh Sindur.

"Ya abisnya perkataan lo barusan kayak nunjukin kalau lo itu cemburu sama Kak Tesya."

"Ya kali gue suka sama sepupu gue sendiri."

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang