CHAPTER 42| PERAYAAN SEVILLA [2]
Now playing~ Rayu
***
Kalaupun ujung cinta adalah kecewa, lalu mengapa ada akhir bahagia di setiap cerita? Andai semudah itu. Mengikhlaskan setiap rasa yang memang tidak bisa di paksa. Atau, lebih memilih berdamai di sela pertengkaran yang ada. Tapi nyatanya, kadang manusia tidak bisa semudah itu untuk menurunkan sedikit egonya.
***
Acara demi acara terlaksana dan mengulur langit senja. Masih di tempat yang sama, suasana yang sama. Bedanya semakin petang, semakin banyak ribuan siswa yang bertingkah seenaknya. Untuk hari ini, anggap saja mereka bebas dari jeratan lengkingan Miss Ipeh, dan kutukan maut Pak Broto selaku guru kesiswaan.
Berhubung senja berlabuh, mereka menghentikan aktivitas sejenak. Berdiam meresapi panggilan yang menjuru mengajak. Beberapa masingnya juga ada yang menunaikan kewajiban sebagai umat muslim.
"Van, gue chat nggak dibales masa," sembari merapihkan mukena di sepanjang jalan menuju seberang, Bulan bercakap lantang.
"Dih, kapan lo chat gue sahabat."
Mendelik tatap mematikan. Lalu kemudian disusul gertakan mulut dengan pura-pura merasa mual. "Van, geli jangan ngomong sahabat gitu! Gue kan jadi keinget mbak-mbak yang sempet menuhin beranda instagram gue!"
Lancang tawa mengumbar kehangatan semesta. Hingga kehangatan menjelajahi setiap isi pasokan udara. Sudah lama jerat waktu yang tega memisahkan keduanya. Sunyi yang dulunya menempati kasta, melebur menempati sisi terendah dari biasa.
Tawa jahil Revan masih mengudara. Tidak biasa menghentikan tawa memang sudah menjadi kelemahan. Ibarat uang kertas disandingkan beribu uang logam, maka bisa disebut Revan lah recehnya.
"Lan..." Ucapannya kembali gagal, tersaingi oleh gelak tawa. "Sumpah nih, lo mirip sama mbak mbaknya!" Ledakannya makin kencang. Urat malu terkikis di sepanjang jalan. Pasang mata mencoba menghiraukan, namun justru tertularkan oleh ulas tawa Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...