40- BERANGKAT BERSAMA

1.4K 92 262
                                    

CHAPTER 40| BERANGKAT BERSAMA

Now playing~ Death bed

Now playing~ Death bed

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngeteh dulu yuk gais

Ucul banget mereka berdua Masya Allah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ucul banget mereka berdua Masya Allah. Gemoyy

***
Andai awan lebih mengerti setiap insan yang membenci rintikan hujan. Mungkin dia tidak akan turut menggelapkan warna dasaran. Dan andai pelangi hanya punya satu warna, mungkin sang penikmat tidak akan kecewa dengan hilangnya secara tiba-tiba.

**

Tak berasa lamanya, semua berjalan dengan seksama. Berbagai canda serta duka terlalui seiring menipisnya derapan waktu yang tersisa. Hingga membuat kedekatan yang semakin hari semakin merekat. Kata canggung yang kerap menengahi bergulir lembut menjadi tidak tau malu.

H-1 sebelum hari puncak perayaan SMA Sevilla, membuat siswa bergulat keras pada bidangnya masing-masing. Terutama para anggota OSIS yang berkontribusi menjadi panitia jalannya acara. Tiap-tiap anggota ekstrakulikuler, juga disibukkan dengan latihan terakhir—sebelum besok dipentaskan.

Sejujurnya malam ini diharuskan untuk bermalam di sekolah. Namun karena kondisi Bulan yang tidak cukup memungkinkan. Pilihan tepat hanya dia yang pulang ke rumah dan menanggalkan sepucuk rasa tidak enak hati kepada anggota band lainnya.

"Mars, gue mau ikut nginep sama lo semua," rengekan manja agaknya tidak mempengaruhi pilihan. Mars hanya bisa memandang malas kearahnya.

"Jangan batu, Bulbul. Bisa-bisa gue dimarahin sama abang gue,"

Lengkuhan kasar lolos, menerjang anak rambut yang tersisa di depan muka. Tak sengaja iris mata menangkap sosok jangkung mendekat. Yang justru membuat wajahnya kembali ceria.

Pemilik bola mata senada dengan cokelat kayu itu mengikis jarak. Tidak ada selaput ketajaman. Tatapan meneduh, seakan turut mendalami mata hazel di depannya.

"Pulang. Besok pagi gue jemput."

Kata datarnya menghipnotis cara berpikir. Terpikir untuk menolak dengan balasan manja, sebelum anggukan yang berhasil mendahuluinya. Bulan benci ini. Seolah dia ini boneka yang sekalinya nurut dengan perintah majikan.

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang