64- KALIAN SEMUA ... SIAPA?

1.6K 88 217
                                    

CHAPTER 64|KALIAN SEMUA … SIAPA?

CHAPTER 64|KALIAN SEMUA … SIAPA?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Gatau, capek.

**

Berbicara soal waktu, sama saja seperti berbicara tentang keajaiban. Waktu yang diam-diam membawa sesuatu baru yang mulanya tidak seindah dulu. Mengubah berbagai keadaan—baik yang diinginkan maupun yang sama sekali tidak diharapkan.

Satu pekan berlalu.

Tidak ada hal aneh lagi yang menimpa Bintang selama itu. Mungkin ada beberapa hal sempat yang menyelingi hari, seperti; kedua orang tuanya yang tidak bersikap sedingin dulu. Entahlah, semenjak hari—dimana papanya menjelaskan semua, perilakunya sedikit berbeda. Meski tidak menutup kemungkinan, kalau Bintang masih belum terbiasa.

Dan dalam jeda waktu selama itu, Bintang masih belum bisa menyaksikan paparan lukisan indah dari lengkung kurva Bulan. Ini yang paling menyedihkan. Beruntung saat peristiwa—dimana Wira mencoba menghilangkan nyawa Bulan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lebih dari kondisinya. Semua penangan tepat waktu dan aman terkendali.

"Gue bosen liat lo merem terus." Celetuk Bintang yang kini berada di ruang Bulan. Sendiri, sepi. "Banyak hal yang pengin gue ceritain. Lo nggak pengen denger? Tentang Papa, tentang Tesya dan Wira, tentang Lola,"

Ah,
Tesya dan Wira. Dua sosok manusia itu seolah hirap tanpa ada bekas jejak. Terakhir saat Wira mengirim pesan untuk tidak mencarinya. Setelah itu, keberadaannya entah ada dimana. Bahkan selama di sekolah, Tesya pun sama sekali tidak terlihat raganya.

Padahal Bintang masih geram dengan perbuatan Wira pada hari itu. Ingin menindaklanjuti dan mengorek segenap informasi—tentang motif Wira berlaku demikian. Tapi karena keberadaan yang sulit ditemukan, sekaligus nasehat dari teman-temannya untuk—sebaiknya fokus saja ke Bulan.

Itu jauh lebih. Setidaknya sampai sekarang pun, tidak ada ancaman dan gangguan di kehidupan.

Kemudian, kekeh merdu menjelajahi setiap isi ruang. "Gue heran. Kenapa kalau ada di deket lo, gue jadi sosok yang banyak omong?" Tangan menjulur, mengusap puncak kepala. "Kebiasaan. Lo bawa pengaruh buruk untuk kewarasan gue."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang