CHAPTER 52|BULAN MENGETAHUI SEMUA
Now playing~ Keep Your Head Up Princess
Tetew
**
Pengen beli bumi. Serius. Lumayan buat ngusir orang-orang yang enggak pernah tau diri. Maunya menang sendiri. Nggak peduli sama orang-orang yang mati-matian jaga hati ngadepin tingkah sehari-hari.
**
"Dih, kenapa lo senyum-senyum gaje gitu?" Sindur menoel bahu Bulan yang sedari tadi kerjaannya hanya tergelak sendirian. Mau tidak mau, terlintas pikiran buruk di benak Sindur. Karena memang sepertinya, kewarasan tengah tidak berpihak kepadanya.
"Lan, sadar. Gue tau di sekolah emang banyak setannya. Tapi ya jangan sampe lo ikut kena godaannya gitu. Serem njir." Kian lama, Sindur bergidik ngeri. Bulu kuduknya meremang. Apalagi setelah menyadari, kalau suasana kelas masih sunyi. Hanya ada dirinya dan Bulan yang sudah berada di sekolah sepagi ini.
Lantas, decak kasar lolos. Sebenarnya, niat Bulan berangkat sepagi ini karena ingin menikmati kesendirian. Menikmati bayang-bayang manis antara dirinya dan Bintang yang terjadi kemarin malam. Bukankah itu hal yang sulit dilupakan dan hal yang sangat wajib untuk dikenang.
Tapi, yang terjadi justru, Bulan sudah mendapati Sindur di dalam kelas. Masih mending jika Sindur bisa diam. Sayangnya, sangat jauh berbanding balik dengan kata demikian. Sindur, terus saja mengoceh mengenai hal omong kosong.
"Lo apaan sih, Sin. Nggak bakal ada syaiton yang berani nempel ke gue." Sewot Bulan.
"Lah sok iya lo. Emang kenapa btw?"
"Karena gue cantik, lucu, dan gemesin."
Tidak bisa menahan sabar, Sindur menepuk bahu Bulan brutal. "Anjir banget nggak sih, lo. Masi mending jawaban lo itu pake embel-embel amal ibadah, rajin berbuat baik, rajin kasih sedekah berupa contekan ulangan. Lah, jawaban yang gue denger sama sekali enggak nyambung maemunah!"
"Bagian mana yang nggak nyambung, hah? Sini gue kasi tau. Gue itu emang cantik, lucu dan gemesin. Sampe syaiton aja kalau mau ngerasukin gue pikir-pikir beratus-ratus kali dulu. Secara, baru lima meter deket gue aja itu syaiton udah gemeter. Nggak tahan sama pesona gue yang begitu-"
Sindur membekap mulut Bulan kejam. "Stop! Lo udah tertular jiwa-jiwa nggak enaknya dari Taran. Wudhu gih."
Kelakuan yang seenak jidat dengan menyebabkan terpotongnya kalimat yang belum usai, membuat Bulan kesal. Tentu, tidak pikir panjang, Bulan kembali menghempaskan tangan Sindur yang semula membekapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...