CHAPTER 35|MALAIKAT TAMPAN & PUTRI ICE CREAM
Now playing~ Mata Ke Hati
***
Kamu lemah. Aku lemah. Kita semua lemah di hadapan sang Kuasa.
Spoiler mereka berdua di masa depan:)
***
+6285867234521
Kak Bintang, tolong aku. Aku disekap di gudang belakang sekolah.
Bulan.Segera menon-aktifkan ponsel. Beranjak dari markas Geng PMS atau biasa disebut rumah pohon. Perlakuannya yang terkesan bergegas tidak santai, menimbulkan banyak tanya dari teman yang berada di ruangan itu.
"Bin, mau kemana lo? Buru-buru amat,"
Pertanyaan yang terlontar dari Neon bahkan tak kurung membuat Bintang berhenti. Mengikat tali sepatu dengan asal, lalu dengan cepatnya kaki menuruni anak tangga.
Perasaannya kali ini benar-benar kalut. Aura-aura negatif berhasil menghantuinya. Ia takut. Takut kejadian yang dulu pernah terjadi, akan terulangi kembali.
***
+6282227638243
Ke belakang sekolah. Ada yg ingin gue omongin.
Bintang.Netra cokelat berulang memahami kalimat berented yang kini memenuhi layar ponsel. Terkejut sekaligus rasa senang meneriaki batinnya berkali-kali: Serius ini Kak Bintang?!
Dua belas digit nomor yang tidak dikenal, tidak membuatnya pusing guna memikirkan. Cukup dengan kalimat yang dikirimkan, bisa membuktikan kalau orang itu adalah orang yang ia kenal.
Ayunan kaki memutar balik arah. Juga mengubah niatan yang mulanya ingin ke kantin menusul teman yang lain. Tidak, cewek itu rasa yang ini lebih penting.
Sepasang sneakers biru muda telah menapak di tanah belakang sekolah. Matanya bergerak jeli kesana-kemari, demi menemukan seseorang yang menjadi tujuan ia datang kemari.
Tidak berselang lama, sosok cowok berbalut hoodie hitam tertangkap jelas di netra. Seulas kurva tipis menghiasi sudut bibirnya. Lantas kakinya melangkah riang menuju tempat Bintang.
"Kak Bintang,"
Bintang yang tengah duduk bersandar sambil memejamkan mata, terusik ketika suara yang memecah kesunyian. Tidak perlu repot-repot untuk membuka dan meladeni sosok yang kini sudah duduk di sebelah. Terus terpejam sampai kemudian memancing decakan yang kini mendengung di indra.
"Kak Bintang kok merem aja. Tadi katanya aku disuruh kesini." rajuk Bulan. "Ayo, cepeten ngomong. Aku siap buat dengerin nih,"
Sama sekali tidak mengubah keadaan. Sampai kemudian, Bulan pun turut terdiam. Duduk tersandar di samping Bintang, sambil sesekali mengagumi pahatan Tuhan yang sempurna sebagai kepemilikan cowok itu. Ditambah dengan hembusan angin yang menerpa. Terkesan nirmala di penglihatan Bulan yang kian membingkai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...