Maaf ya ini kecepetan up nya. Soalnya lagi kejar deadline:)
Kalian wajib banget dengerin mulmued untuk chapter ini.
CHAPTER 55|BULAN TENANG DISANA
Now playing~ Someone You Loved
Akan ada kalanya orang akan merasakan arti kehilangan yang sesungguhnya.***
Di bawah mega yang menyelubungi terik bagaskara, dua pasang sorot tajam saling beradu kemenangan. Terpaut jeda sekitar lima meter, keduanya sama-sama berdiri tegap dengan melipat tangan di depan dada. Satu diantara terlihat tenang, sedang satu lagi masih berusaha untuk tidak bersikap sebaliknya.
"Disini gue mau mengklarifikasi kan semua." Kemudian tak berselang lama, terdengar hela napas berat dari Wira. Ya, dua pemuda itu tidak lain adalah Wira dan Bintang.
Tadi, tanpa ada alasan untuk menolak, Bintang langsung menyetujui undangan pribadi dari Wira. Dan kini mereka sudah jumpa. Tapi, sedikit aneh. Keadaan Wira saat ini tengah kacau balau. Tidak sedikit luka yang menghiasi di sekujur tubuh. Dapat Bintang lihat, kalau Wira memang sedang tidak baik-baik saja.
Tapi … toh dia tidak ada hubungannya sama sekali. Lagipula, siapa Wira yang perlu Bintang kasihi. Justru maki dan benci yang kini sedang terpenuhi.
Bintang melepas tangan yang mula saling bertumpu. "Bacot. Katakan, apa maksud lo?"
Lagi-lagi Wira menghela napas. "Gue, mau meluruskan ini. Kalau—"
Drrt … drtt
Sial. Ponsel Bintang berdering disaat yang tidak tepat. Setelah Bintang lihat, nama kontak Ghazi tertera di sana. Karena Bintang memungkinkan kalau Ghazi hanya akan menyampaikan omong kosong, dia pun me-rejectnya.
Kembali menatap Wira. "Katakan."
"Kalau sebenernya—"
Drrt … drrt
"Goblok." Sumpah demi apapun, setelah ini Bintang akan melakukan segara cara untuk menghukum Ghazi. Cowok itu benar-benar tolol. Tidak bisakah Ghazi mengerti, kalau panggilan pertama di tolak, itu berarti memang Bintang sedang tidak ingin berkehendak.
Drtt … drrt
Fine. Ponsel sinting itu terus berbunyi berulang kali. Semakin membuat Bintang kesal setengah mati. Maka dari itu, Bintang putuskan untuk menonaktifkan ponsel. Ini mungkin jauh lebih baik.
"Jangan dimatiin. Angkat aja dulu. Mana tau—"
Seketika pandang sinis Bintang terpancar begitu jelas menuju Wira. Sesaat tarikan sudut bibir meremehkan, merekah. "Nggak usah sok baik, Pecundang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Fiksi RemajaSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...