20- JATUH LAGI

2K 163 117
                                    

CHAPTER 20|JATUH LAGI

•••

Rapuh itu ketika hati dan mata mengangis bersamaan. Menyisakan rasa sesak yang tertinggalkan.

****

Seperti yang sudah menjadi rutinitasnya, selepas bangun tidur, Bulan langsung menuju lemari es untuk memakan beberapa ice cream. Tidak perduli dengan pancaran matahari yang sudah menyalip masuk melewati celah-celah rumahnya.

Namun hari ini ada sedikit perbedaan. Biasanya Bulan turun dari kamarnya dengan muka yang terbilang absurd. Mata masih setengah-tengah terpejam, rambut acak-acakan, ekspresi yang begitu memalaskan.

Lain hal dengan hari ini. Hari ini Bulan menuruni tangga dengan senyum yang tak terlepas dari mulutnya. Meskipun baru bangun tidur, tetapi wajahnya menandakan bukan wajah-wajah khas orang bangun tidur. Catat! Bukan!.

Aneh? Tentu saja!

Orang rumah yang sedang melakukan sarapan pagi, sedikit terkejut melihat tingkah Bulan yang aneh dari biasanya. Bahkan Lian sampai tersedak makanannya sendiri. Dan Reno, papanya sampai salah memasukan nasi ke telinga. Sungguh, perbedaan sifat Bulan menimbulkan efek yang luar biasa.

Bulan melewati meja makan dengan santai. Jangan lupa, senyuman mistis itu masih Bulan pertahankan di bibirnya.

"Good morning everybody!" sapa Bulan masih dengan tersenyum manis.

"P...pagi," jawab Lian dan Reno terbata. Wajahnya syok setengah mati. Ini juga lain biasanya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Bulan?

Selepas itu Bulan langsung melanjutkan langkahnya menuju lemari es. Senyumnya masih terpampang jelas.

Diam-diam Reno dan Lian memperhatikan gerak-gerik Bulan. Keduanya menatap lekat Bulan dari atas sampai bawah.

Jawabannya satu; tidak ada berubah dari bentuk tubuhnya. Piyama motif hello kitty masih setia melekat pada tubuh mungilnya, rambut panjangnya juga masih sama berwarna hitam. Hidungnya juga masih satu beserta lubangnya dua. Matanya dua, tidak betambah tiga.

Mata keduanya semakin menjelajahi area sekitar Bulan. Mulai dari lehernya, barang kali ada jimat yang menyebabkan Bulan bertindak demikian. Atau mungkin memang ada malaikat yang berhasil menempel pada tubuhnya?

Lian menyudahi aktivitasnya. Rasanya memang percuma. Tidak ada yang terlihat aneh pada tubuhnya. Justru yang terlihat aneh itu sikapnya.

"Pa, Bulan kenapa?" bisik Lian.

Reno menggeleng. "Papa juga nggak tau,"

Lian merotasikan bola matanya. Detik berikutnya mata Lian menangkap Hana yang sedang menata makanan di atas meja. Dengan gerakan gesit, Lian menarik baju Hana untuk mendekat.

"Lian kamu apa-apaan sih!" protes Hana tidak terima.

Lian nyengir kuda, "Ma liat Bulan deh," perintah Lian.

"Memangnya kenapa sama Bulan? Palingan jam segini lagi makan es krim." ujar Hana yang masih sibuk menata makanan.

"Ih Mama liat dulu dong!"

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang