19- GENG PMS

2.3K 148 92
                                    

CHAPTER 19| GENG PMS

•••

Kenapa rasanya membingungkan. Apa benar dia sudah berhasil mengambil bagian terpenting dari rasa?

*****

Bintang memandang nanar langit-langit kamarnya. Helaan napas kasar berulang kali keluar dari rongga mulutnya.

Bintang masih tidak habis pikir. Entah ada dorongan dari mana, dia bisa senekat itu. Apa setan sedang merasukinya? Karena memang pada dasarnya seorang 'Bintang Angkasa' terkenal dengan sifat tidak peduli. Terkecuali waktu dulu.

Tetapi barusan Bintang telah melanggar sifat 'tidak pedulinya'. Sepasang manik coklat telah berhasil meruntuhkan benteng 'bodo amat' yang Bintang tata selama bertahun-tahun.

Perlu kalian ketahui, sifat Bintang besar dan Bintang kecil memang terlampau beda. Bintang kecil cenderung memiliki sifat periang, sopan, peduli dengan sesama. Berbanding balik dengan Bintang besar, dingin, cuek, egois.

Bintang berevolusi bukan tanpa sebab. Ada suatu hal yang membuat hidupnya terasa hampa dan tidak berguna.

Fokus Bintang kembali menuju kejadian sore tadi. Kenapa perasaannya mudah berubah sejak cewek itu kembali datang ke dunianya? Rasanya mustahil dirinya dan cewek itu mempunyai ikatan batin.

Lagi-lagi Bintang merasa bingung dengan dirinya sendiri.

"Argh! Kenapa kata 'OKE' gampang banget gue keluarin!" geram Bintang sambil menjambaki rambut.

Sebisa mungkin Bintang menjernihkan pikirannya. Tidak-tidak! Jangan sampai perasaan lain tumbuh di hatinya. Malam itu Bintang benar-benar sudah memantapkan hati, bahwa dia akan bersikap seolah-olah tidak mengenal Bulan.

"Fokus Bin. Lo itu cowok. Nggak boleh lembek gini. Ini terakhir kalinya lo peduli sama orang yang nggak penting." mantapnya meyakinkan sendiri.

"Masa cuma gara-gara nganterin cewek, lo baper. Lagian cewek tadi kayanya biasa aja sama gue. Kenapa lo yang uring-uringan?" tanya Bintang sendiri seraya menegakan badan.

Perdebatan antara logika dengan hati seseorang memang merumitkan. Terkadang logika bicara 'iya' dan hati 'tidak'. Pada akhirnya hati lah yang akan menjadi korban dari hasil pikiran logika.

"Tapi..." Bintang menggantungkan kalimatnya. "Cewek itu emang beda," seketika bahunya melemas.

"Kalau aja waktu itu gue nggak pindah ke Jakarta. Pasti sekarang gue udah sama dia."

"Dan...kalau aja Salsa adek gue nggak jadi korban tabrak lari, pasti semuanya akan baik-baik aja."

Bintang cengo seketika. Kalimat apa barusan?

"Kenapa omongan gue tambah ngaco! Jangan-jangan gue udah nggak waras?! Wah parah-parah!"

"Nggak Bin. Lo harus fokus. Nggak boleh main hati dulu. Misi besar lo belum terungkap. Ya! Gue harus fokus pecahin misi terbesar milik gue sendiri."

Untung saja kamar Bintang kedap suara. Jadi tidak terdengar dari luar kalau Bintang sedang bermonolog sendiri. Jikalau tidak, pasti besoknya langsung ada berita yang menyiarkan 'Remaja Ganteng Masuk Rumah Sakit Jiwa'. Kan nggak elit banget!

Bintang melirik jam dinding yang berdetak beraturan. Waktu menandakan pukul 18.36. Itu artinya teman geng nya sebentar lagi akan datang.

Bintang menghela napas gusar. Mood nya sudah benar-benar rusak, di tambah lagi tukang rusuh yang biasa mengundang kekacauan, akan berkunjung. Hancur berkeping-keping sudah mood nya.

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang