39- PERTENGKARAN

1.5K 104 212
                                    

Chapter kali ini lumayan banyak picture, nyalain data kalian ya biar gk bingung.

CHAPTER 39|PERTENGKARAN

Now playing~ Bentuk Cinta

Ada yang terasa dekat, namun nyatanya jauh. Tau apa itu? Tentu dua rasa yang saling merindu.

***

Pagi yang masih menyisakan embun-embun, terpaksa membangunkan cewek yang tengah meringkuk di dalam tebalnya selimut. Suara bising serta kegaduhan, memacu cepat kepulihan alam bawah kesadaran.

Seperti akan ada pertanda buruk atau semacamnya, dia langsung tertuduk. Memegang erat sisi selimut dengan mulut yang tidak berhenti untuk merapalkan do'a-do'a menghindari maut. Netra yang masih terpejam erat karena ketakutan, justru membuat dia tidak tau apa yang tengah dan akan terjadi.

"Jhiva hati-hati dong. Jadi jatuh kan ish!"

Sebentar.

Semacam kenal siapa pemilik pita suara barusan. Nama yang terlontar pun, sudah sangat tidak asing. Terkumpul keberanian yang kian melekat, mencoba membuka retina perlahan. Menyibakkan selimut dilanjut erjapan mata berulang.

"Kalian!" lengkingnya kemudian, setelah mendapati sekumpulan manusia yang romannya sangat dekat.

Masing-masing dari mereka sama terlonjak kaget. Mungkin akibat dari teriakan yang menggema di ruang. Aktivitas yang semula tengah menghias dinding bercorak ice cream tertunda. Ada juga satu orang dari mereka yang masih tetap terjaga, dengan mana terutup rapat di sofa.

Bulan menuruni ranjang. Pelan, sebab lukanya masih belum terlalu sembuh. Kemudian menghampiri posisi dimana dua orang tengah berdiri yang sedang repot dengan manik-manik hiasan serta balon.

Iris netra memandang jeli. Berulang betukar pandang, dua cewek, jam di atas nakas, dan satu cewek yang tertidur lelap di sofa.

"Jhiva, Taran, kalian ngapain pagi-pagi gini di rumah gue?" tidak langsung mendapat jawaban, membuat Bulan curiga. Lantas membuatnya bertannya-tanya, sebenarnya ini dunia mimpi atau imajinasi. "Bentar, bentar. Gue nggak lagi ngelindur kan ya?"

Pikiran negatif lenyap ketika Taran meledakan tawa yang disusul dengan Jhiva. Mereka kompak bertukar pandang, lalu tertawa semakin keras.

"Banyakan halu, lo, ya!" Taran mencibir.

"Tau nih, Bulan. Susah emang ya bedain mana dunia nyata sama fana." dilanjut dengan ejekkan Jhiva yang membuat kedua bola mata Bulan merotasi sempurna.

Ada hal yang sedikit berbeda. Tidak sengaja menangkap kondisi kamar—yang sejujurnya sudah tidak seperti semula. Banyak pita-pita menggantung, dari yang mini hingga yang besar. Berbagai bentuk balon menempel di setiap pojok ruangan. Pernak-pernik hiasan pun turut mempercantik pemandangan.

Yang membuatnya heran, untuk apa ini semua?

"Ini—kalian..."

"Surprise! Jadi kita berempat bakal ngadain perayaan buat persahabatan kita. Dan itu di rumah lo, tepatnya disini!" Taran memotongnya dengan histeris.

Rasa senang terhimpit dengan pasokan udara yang memaksa masuk ke paru-paru melalui hidung. Dadanya membuncah, perasaannya senang bukan kepalang. Terharu sekaligus tidak percaya saling memberontak di kepala.

Masih tidak menyangka, sampai Bulan mencoba berkali menghimpit jari telunjuk serta jempol di lengan.

"Udah Jhiva bilang, ini bukan mimpi, Bulan."

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang