CHAPTER 41|PERAYAAN SEVILLA
Untung aja bebeknya nggak lagi pms
***
Andai punya keberanian lebih untuk bicara. Yang sebenarnya, aku telah terjebak dalam dimensi ruang sunyi. Tertekan dalam segala rasa, yang bahkan aku sendiri tidak mengerti.
****
Seolah tak menyadari keberadaan, atensi terpana mengeluarkan binar, dan mulut menganga dengan menahan lengkingan kencang. Bagai kejutan tak bertuan. Mungkin berlebihan. Jiwanya memang terlahir dengan segala kehisterisan. Hingga hanya gedung bercorak cream dengan plang gerbang SMA Sevilla itu dirombak sedemikian, sampai membuat matanya tersihir.
"Tutup mulutnya." Suara bariton dari samping, menggugahnya untuk segera menyudahi. Raut dingin yang menguar, membuat rasa malu menjalar.
Kepala menoleh menghadap. Lengkap dengan mulut setengah terbuka. Menghujam lembut manik hazelnya, refleks mengatup mulut. Sunggingan senyum bodoh melecut seiring malu membius.
"Hehe, nggak ilfeel kan, Kak?" Justru pertanyaan bodoh lain yang semakin membuatnya tidak karuan. Otaknya berusaha bekerja cepat untuk perbaikan. "Ekhem, maksudnya kok sekolah kita jadi kaya begini ya."
Satu alis terangkat. Ketaranya senyum miring, semakin membuat tatapan berevolusi mengejek. "Ide gila Demon."
Hingga Bulan bernapas lega. Kiranya Bintang akan melucutkan sebuah umpatan atau sindiran semacam biasa. Nyatanya umpatan tertuju kepada Demon-yang sejujurnya dia sendiri pun tidak tau asal muaranya.
"Kak Demon?"
"Dia yang minta ke bokapnya buat konsep begini. Kalau nggak diturutin ngancam buat loncat dari atas ranjang tidurnya."
Alasan yang tidak masuk akal semakin membuat bingung otak kecilnya. Ditambah dengan ancaman yang dipadukan. Sebenarnya, manusia seperti apakah Demon?
Kembali atensi mengarah ke gedung sekolah. Berdecak dalam arti tidak percaya. Sekolah yang rumornya favorit di kalangan, berubah seratus persen menjadi taman disney. Ah, disney sepertinya tidak tepat. Sedang konsep yang digunakan menyerupai tokoh kartun Spongebob Squarepants.
Bangunan megah itu dikelilingi balon besar si kuning Spongebob. Dominan warna yang digunakan pun kuning. Om-om badut dengan tokoh Spongebob dan tokoh lainnya, turut meramaikan suasana di tengah panggung megah itu.
"Yang aku heran, kenapa harus Spongebob? Kenapa nggak barbie aja? Atau nggak frozen? Atau-atau minion. Eh jangan minion, rapunzel deh. Kalau nggak, ya disney yang dominan-"
"Upin Ipin sekalian." Potongan yang mendatar, Bintang lontar dengan sedikit rasa kesal. Kala unek-unek hati akibat konsep ini belum mereda, justru ditambah lagi dengan omongannya. "Lo sama aja kaya Demon." Bisiknya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...