CHAPTER 63|LOLA LOLITA
Now playing~ Deep Chills
Lola
**
Bisa-bisanya masih betah nunggu seseorang buat balas perasaan. Padahal udah jelas muka kaya kentang.
Only is you got me feeling like this,
Oh, WHY, WHY, WHY, WHY, WHY?!***
Seburuk-buruknya perbuatan Lola Lolita adalah awal mula dari pengabaian. Entah itu waktu dulu, ataupun waktu sekarang. Didorong lagi dengan lingkungan keluarga yang selalu memanjakan. Intinya apa yang Lola ingin, selalu Lola dapatkan.
Siapa yang mengira, kalau sebenarnya Lola dan Bintang itu punya kisah sederhana?
Yang sepertinya—bahkan Bintang memandangnya sebagai hal yang tak kasatmata. Berbeda dengan sudut pandang Lola yang selalunya memuja, meski tau kalau itu tidak ada harganya.
Waktu dimana Lola tepat menginjak umur yang ke-15 tahun, sekaligus musim hujan awal bulan September. Ya, kiranya dua peristiwa itu telah menjadi saksi atas pertemuan singkat, padat, jelas antara Bintang dengan Lola.
"Mimi, Lola mau berenang dulu ya!"
"Jangan sekarang sayang. Sebentar lagi mau hujan, bahaya. Lola, dengerin Mimi, jauh-jauh dari dasar laut dan cepat ke sini!"
Sayang sekali. Peringatan dari Citra—mamanya, Lola memilih abaikan. Mungkin karena ini hari paling berharga, sekaligus hobinya yang memang berenang—membuat Lola buta sesaat, kalau cuaca saat ini tidak tepat untuk berenang di lautan.
Di tempat, Lola sudah mulai bermain-main dengan air laut. "Mimi tenang aja. Lola jago berenang kok." Lola bergerak lincah, menari-nari di riaknya ombak. "Mimi! Fotoin Lola dari sana dong!" Pinta Lola dengan melambai tangan. Dan tanpa sadar, jarak Lola dengan Citra sudah terpaut lumayan jauh.
Semakin lama, cuaca semakin tidak mendukung. Angin menerpa begitu kencang. Rintik-rintik hujan pun, telah menjelma sebagai guyuran deras. Ombak yang mula terasa normal, kini justru bervolume begitu besar. Jangan lupakan suara guntur yang bersahutan. Seketika menambah kesan hawa mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Novela JuvenilSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...