38- MISI MILIK DEMON

1.5K 92 168
                                    


CHAPTER 38| RENCANA MILIK DEMON.

Entah kenapa yang kulihat sekarang, Semesta semakin pandai berpura-pura. Dengan langit yang terlihat biru yang menyungsung di angkasa, dengan pohon yang masih berjajar sempurna. Namun ada hal lain, yang nyatanya Semesta tidak baik-baik saja. Semua yang ada di dalamnya merasa resah dengan ke-laraanya.

Semesta cepat pulih.

Semesta cepat pulih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Lan, serius."

Setibanya Revan di kelas Bulan tadi, tidak ada tanda-tanda keberadaan sosok yang dicari. Bertanya kepada setiap murid kesana kemari. Namun nyatanya tidak ada yang mengetahui. Hal itu membuat sosok Revan kesetanan dalam menghadapi. Tanpa pikir panjang, tanpa mau memikirkan status murid baru, dia pergi meninggalkan area sekolah sebelum pembelajaran diusaikan.

Kemudian, kecewa mulai menjelajahi di hati. Saat dirinya tau sebab dari hal ini. Berbeda dari hari-hari sebelumnya, ketika Revan melihat senyum Bulan akan terasa tenang, namun sekarang senyumnya mengiris dengan pelan.

"Ya, gue serius, Van. Kejadian tadi itu bener-bener buat gue melayang-layang. Dari perhatian Kak Bintang, senyum Kak Bintang, yang meskipun terlihat aneh, dan terutama, pengakuannya terhadap gue sebagai Putri Ice Cream!"

Tidak bisa mengelak lagi akan suatu perasaan yang timbul. Dirinya bahkan tidak kuat untuk berbohong lebih lama, ah ralat, bukan berbohong, namun untuk bertindak jujur.

Satu kata mewakili. Terlambat. Ketika semua sudah tertata rapi di Bulan sendiri, justru Revan lebih dulu menyesali. Tugas bertambah: menata segenap hati untuk menyambut kehancuran nanti.

"Tapi luka, lo? Ini pasti gara-gara Bintang sialan itu! Gue susul ke rumahnya." geram Revan yang tertahan, semakin membuat kesal. Bulan. Lagi, cewek yang sekarang sukses memutar balik semestanya, kembali menghentikan.

Sembari mencekal pelan lengan, Bulan menggeleng perlahan. "Jangan, Van. Ini bukan gara-gara Kak Bintang kok. Salah gue sendiri. Lo sini aja temenin gue terus mending masakin gue indomie, gih."

Meski panas hati masih tidak bisa berkompromi, namun ada hal mengenai sesuatu yang menjadi alasan tetap bertahan. Dengan mengacak rambut sebagai bukti penyerahan. Revan kembali duduk di tepi ranjang Bulan.

"Ini gue bolos sekolah lho. Lo nggak ada niatan buat bujuk gue balik ke sekolah lagi?"

Bulan mengulurkan tangan untuk mengambil ice cream cokelat di seberang. Membukanya dengan kilat, lalu kembali merebahkan tubuh ke sandaran ranjang.

"Lah ngapain si geblek. Orang badung ya udah badung aja. Nggak usah sok tobat deh," jawaban justru terkesan mencibir. "Paling hukumannya cuma gosok toilet, kalau nggak jemur. Dah lah males."

Kata yang terlontar seakan menambun, sehingga meruak segala sendu yang tadi sempat membelenggu. Berseru dengan segenap rasa kesal yang tergantikan. Revan mengacak asal tatanan rambut milik Bulan. Membuat sang empu merengek minta dilepaskan.

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang