75- BOLEH EGOIS?

1.9K 107 195
                                    

akhirnya double update

CHAPTER 75|BOLEH EGOIS?

now playing~ april

now playing~ april

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bulan yang suru

***

"Bulan, Jhiva nggak bohong deh, demi apa muka Bulan pucet banget. Udah kaya sapinya Taran. Serius! Mending Bulan ke UKS aja. Yuk Jhiva temenin biar sekalian ngintip kelas All."

Dan apa Jhiva tidak mengerti, bahwasanya ocehan cemprengnya ini semakin membuat Bukan tidak karuan. "Udah lah. Gue gapapa. Lagian bentar lagi juga pulang." Tolaknya lemas sembari memilih untuk membenamkan wajah diantara buku yang berserakan. "Dan satu lagi. Diem, Jhiv. Omongan lo tambah bikin gue pusing."

Terlihat Jhiva yang meredupkan aura ceria. Bukan karena tersentil karena perkataan Bulan. Tapi karena Bulan yang batu tidak mau menuruti kemauan. Padahal sudah jelas-jelas Bulan tengah demam tinggi. Bahkan sejak tadi pagi.

Tangan Jhiva kembali terulur untuk mengecek kening Bulan. Panas. "Bulan kalau lagi sakit kenapa nggak istirahat aja sih di rumah. Kan Jhiva males liat Bulan lembek gini,"

"Jangan diliatin lah."

Seringan kapas kalimat itu terlontar. Tanpa ada memikirkan ketiga temannya yang sedari tadi diam mengkhawatirkan. Apalagi dengan posisi Taran dan Sindur yang tidak sedekat Jhiva selaku teman sebangku. Semakin menjadi alasan kuat atas ketidak-konsentrasinya terhadap materi yang dijelaskan.

"Gimana?" Bisik Taran dari belakang dan membuat Jhiva memutar badan. "Masih nggak mau?"

Jhiva menggeleng, membenarkan pertanyaan Taran.

"Biarin aja. Bentar lagi juga bel. Ketemu Bintang nanti juga pasti bakal lupa sama sakitnya."

"Tapi, Sin—"

Bertepatan dengan Taran yang akan menyangkal apa kata Sindur, bel pulang berdering begitu nyaring. Menciptakan suasana yang semula tenang beralih menjadi bising dalam waktu singkat.

Terlihat pula Bulan yang membereskan peralatan belajar dengan semangat. Meski tidak dipungkiri wajah pucat membuatnya terlihat kurang sehat. Tapi apa pedulinya. Rasa pening ini akan sesaat jika sudah bertemu Bintang yang berperan sebagai obat.

Usai Miss Ipeh menutup pembelajaran, keempatnya berjalan bersisian keluar kelas.

"Udah fix dianterin Kak Bintang?" Taran membuka suara.

Bulan mengangguk lemas.

"Yakin?" Tanyanya lagi sedikit ragu.

Lantas Bulan memutar bola matanya malas. Eugh, jika saja kondisinya tengah baik-baik saja, pasti Bulan tidak akan merasa kesal dengan deretan pertanyaan. "Iya, Taran." Jawab Bulan seadanya. "Kalian ngapain ngikutin gue?"

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang