56- PERTUMPAHAN DARAH DAN AIR MATA

2.4K 109 156
                                    

Jadi gini, takutnya nih kalo ada salah satu kalian yang menemukan bagian cerita yang kosong atau kepotong, baiknya kalian hapus cerita ini dari perpus dulu, terus tambahin lagi ya:)

Karena kadang-kadang wpnya suka minta dicium:)

CHAPTER 56| PERTUMPAHAN DARAH DAN AIR MATA

Now playing~ Before you go

Jangan rindu sama Bulan ya nanti:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan rindu sama Bulan ya nanti:)

**

Bagaimana kalau kita bertemu di ruang mimpi? Kamu setuju?

**

"Kak Bintang, bangun. Bangun, Kak, aku mohon. Kak Bintang seseorang yang kuat. Aku percaya itu. Bangun ya, semangat. Masih banyak orang yang sayang dan membutuhkan Kak Bintang. Aku mohon, bangun demi aku."

Kata nyaman terlalu kuat untuk seorang Bintang membuka mata. Sandaran serta sentuhan jari-jari mungil, membuatnya ingin bersamanya dengan jangka waktu lama. Sadar tidak sadar, ini bukan dunia nyata. Mana mungkin ada dunia semesta yang hanya bisa Bintang lihat dengan objek putih saja. Namun siapa sangka, jika berada di ambang selisih antara dua dunia adalah hal yang paling bahagia.

"Hei Malaikat Tampan. Sampai kapan mau menutup mata seperti itu?"

Suara lembutnya mengendapkan gurat luka—meski bisa terbilang sementara. Sesuai pinta, dengan gerakan lamban Bintang mengerjapkan kelopak mata. Menyipit silau kala cahaya baru membias dua pasang netra.

Hal pertama yang Bintang lihat: Bulan. Sosok yang menjelma sebagai Putri Ice Cream. Sosok yang selalu sukses menambah ritme debaran jantung. Sosok yang dengan beraninya membuat pusaran hangat rute kehidupannya.

Bulan tersenyum memandang Bintang yang sekarang tengah tiduran di atas pangkuan. Disini, lukisan bahagia sangat tertera. Bahkan sepertinya, Bulan telah melupakan, kalau dia juga sempat mempunyai luka. Sampai figuran dirinya benar-benar nampak bersinar dan sempurna.

"Elusin kepala gue lagi."

Bulan berdecak pelan. "Nggak mau." Lagaknya sok jual mahal. Sedetik kemudian, Bulan memaksakan Bintang untuk duduk tegap di sampingnya. Meski sedikit kesusahan dengan badan Bintang yang terbilang tidak enteng.

"Kenapa?" Penuturan alasan itu, dapat disimpulkan menjuru ke rengekan. Lantas kemudian, tanpa meminta izin, Bintang berniat kembali untuk menjamah tahta kenyamanan.

Tidak secepat itu saat Bulan menghentikan niat Bintang. "Eh, Kak Bintang nggak boleh tiduran lagi. Aku capek, pegel-pegel nih. Kak Bintang harus segera bangun."

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang