CHAPTER 67| SELAMAT MALAM
now playing~ into your arms
harta tahta gaada
****
Semuanya lagi nggak baik baik aja. Berusaha buat baik baik aja pun nggak baik. Mau memperbaiki pun takut dikira sok baik. Yang baik kenapa selalu dipandang nggak baik sih…
***
"Itu Tan, anu saya … saya, mau … ngapel."
Detik itu juga, Bintang bersumpah ingin hilang dari permukaan bumi.
"KAK BINTANG!!!"
Disusul dengan lengkingan Bulan di belakang yang semakin menciutkan nyali.
Dan dengan tidak ada berdosanya, hanya ada tawa cekikikan yang terdengar dari earpiece yang saat ini Bintang kenakan. Mars kurang ajar. Semua ini gara-gara anak sinting itu. Bisa-bisanya permintaan tolongnya diganti dengan perbuatan setannya.
Mars tidak berguna. Dengan jengkel, earpiece yang terpasang, Bintang lepas dan simpan di saku. Tau begitu, tadi Bintang tidak perlu memohon arahan dari Mars. Nyatanya yang Mars bisikan adalah hal yang menjerumuskan.
Bintang berdehem. Dilanjut dengan mencium punggung tangan Hana sebagai tanda kesopanan. "Ngh … ma-maksud saya, saya mau jenguk Bulan, Tan." Bintang berusaha meluruskan.
"Mau ngapel juga gapapa kok," Hana menyaut dengan kerlingan nakal.
"Ih Mama, kok Kak Bintangnya nggak di suruh masuk!" Dari arah belakang, Bulan berlarian kecil menyusul. Kedua tangan pun sudah terdapat beberapa album foto yang berhasil dia ambil dari gudang. "Kak Bintang sini masuk!" Serta dengan gerakan cepat, Bulan meraih tangan Bintang dan membawanya masuk ke dalam.
Hal itu membuat Hana menggeleng merasa heran sekaligus merasa tenang. Kebahagian Bulan adalah sumber utama Hana berlaku demikian.
Mempersilahkan Bintang untuk duduk, Bulan bertutur, "Kak Bintang mau minum apa?"
"Air."
Bulan berdecak. "Iya tau, kalau minum ya pake air. Maksudnya tuh air apa?" Cukup kesal dengan jawaban singkat. Ya seharusnya Bulan sadar sih, kalau sisi dingin Bintang itu masih menguasai. Kecuali kalau ada hal-hal tertentu.
"Putih."
"HIH!" Gemas, Bulan mencak-mencak sendiri kala langkahnya membawanya ke dapur. Menghentak-hentakan hingga timbul bunyi gesekan antara telapak kaki dengan lantai.
Sedang di tempat, tanpa sadar Bintang mengukir sekilas lengkung kurva. Tidak terlalu tertera, hanya saja cukup untuk menggambarkan—bahwasanya perilaku Bulan demikian sukses membuat desiran hangat melipir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...