Maaf ya telat bgt. Lagi saked akutu:(
Maaf juga kalo banyak typo-nya.CHAPTER 58|BINTANG MENGIKHLASKAN BULAN?
Now playing~ Melepasmu
But … i miss you. I'm sorry.***
Koridor rumah sakit seketika ramai ketika Bintang memanggil nama dokter berulang. Tanpa mau repot-repot memikirkan tempat—dimana yang amat sangat membutuhkan ketenangan. Namun dengan egonya Bintang mengacaukan keadaan dan menciptakan keributan.
Satpam rumah sakit bahkan sudah bertugas menghentikan. Tapi justru mereka kewalahan menghadapi sosok Bintang yang begitu keras jika saat sudah membulatkan keputusan.
"Mas, mas, hentikan. Jangan buat keributan. Atau sekarang juga mas angkat kaki dari rumah sakit ini." Hadang salah satu satpam mencoba untuk kesekian kalinya lagi.
Oh ayolah, mereka pikir Bintang peduli? Sekecilpun seperti tidak ada bayangan seseorang penghalang di mata Bintang. Yang cowok itu lakukan hanya tetap fokus membawa cewek yang sekarang berada di gendongan untuk mendapat penanganan.
Karena hanya itu yang Bintang mau. Dan Bintang hanya akan melakukan apa yang dia mau.
"DOKTER—"
"Ada apa ini ribut-ribut!" Kala suara seorang dengan setelan berwarna putih lengkap dengan stetoskop yang mengalung di leher—itu menyela, barulah Bintang sedikit terkendalikan.
Bintang melengos dari alih pandang satpam dan memusatkan ke arah Dokter Bagas—yang kebetulan adik dari Papa Bintang. "Om Bagas, tolongin dia om. Dia butuh—""Lho Bintang? Kamu kenapa—"
"Om, saya nggak penting. Yang lebih penting tolongin dia dulu om!"
Atensi Dokter Bagas pun beralih menuju arah seorang cewek yang berada di atas tumpuan Bintang. Reaksi pertamanya adalah terkejut. Tidak asingnya sosok cewek itulah yang menjadi dasar alasan reaksi demikian.
"Itu bukannya Bulan?" Tambah terkejut lagi ketika melihat luka terbuka di area perut—yang dapat Dokter Bagas ramal cukup dalam. "Kenapa sama Bulan? Kenapa bisa kaya gini?"
Bintang mengerjap mata berulang. Tidak dipungkiri, cowok itu pun sedikit heran atas pengenalan Dokter Bagas terhadap Bulan. "Om Bagas kenal sama Bulan?" Tanyanya memastikan.
Tanpa ragu pun Dokter Bagas mengangguk. "Tentu. Bulan itu pasien rutin om. Dia sering chek-up mengenai penyakitnya itu."
"Kalau begitu … kebetulan banget om! Om tolong buat Bulan sembuh, Bintang mohon." Pintanya dengan khas mata berkaca. "Saya percaya om nggak seperti yang lain. Saya percaya kalau om pasti punya pendapat yang sama mengenai Bulan yang masih hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...