CHAPTER 26|ALZHEIMER
Now playing~ I Hate You, I Love you
•••
Sudah cukup waktu itu saja aku lemah di hadapanmu. Mulai sekarang dan seterusnya tidak kutunjukan lagi sisi lemahku. Bersiap-siaplah mulai dari sekarang.
***
"Alzheimer?"
Raut sedih sekaligus tidak menyangka tertangkap jelas di wajah Hana. Penjelasan singkat dari Dokter barusan—mengenai penyakit yang di derita oleh putri satu-satunya membuatnya lemas seketika. Kenapa harus putrinya? Jika saja dirinya bisa mengubah takdir, maka segera mungkin dia akan menukarkan takdir putrinya dengan takdir miliknya. Putri yang menurutnya masih terbilang kecil itu belum siap untuk menjalani. Tetapi, ini terdengar sangat mustahil.
Dokter yang masih terbilang cukup muda itu, menatap serius Hana. Kedua tangan saling bertaut di atas meja. Menghela napas perlahan, beliau berucap. "Penyakit alzheimer adalah penyakit progresif atau perlahan-lahan yang ditandai dengan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir serta perubahan perilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penyakit ini membuat jaringan otak rusak seiring berjalannya waktu.
"Biasanya penyakit ini dimulai dengan gejala pikun ringan, seperti mudah lupa tentang kejadian-kejadian yang belum lama dilalui. Apa .... putri ibu sering mengalami hal barusan?"
Hana mengangguk perlahan. Kenyataannya memang seperti itu. Bulan memang sering lupa dengan hal yang belum lama dilaluinya.
Ini salah dirinya. Seharusnya dari awal Hana sudah curiga akan kebiasaan buruk putrinya itu dan segera membawanya ke dokter. Bukan membiarkannya seperti ini. Meski alasan kuat mendominasi— takut Bulan akan curiga, seharusnya Hana bisa mengesampingkan itu. Soal Bulan bisa Ia urus belakangan.
"Tapi Dok, nggak mungkin .... nggak mungkin anak saya..." Hana tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi. Sebisa mungkin wanita itu menjaga air mata yang menggunung di pelupuknya—agar tidak terjatuh.
"Bagaimanapun ini sudah hak saya untuk memberitahukan menyangkut penyakit anak Ibu. Meskipun terdengar sedih di Ibu sendiri," Dokter itu membuang napas pendek.
"Akibat benturan di kepala anak Ibu, mungkin nantinya akan membuat daya ingat anak Ibu semakin berkurang. Sebelum saya merinci lebih jelas perkara penyakit alzheimer itu sendiri, saya akan menanyakan beberapa hal terlebih dahulu,"
Hana memejamkan matanya sekejap. Sebelum menjawab setiap pertanyaan yang akan dilontarkan Dokter, dia harus menguatkan dirinya sendiri.
"Putri Ibu pernah mengalami benturan keras sebelumnya?"
Hana mengangguk. Dia masih ingat jelas waktu dulu Bulan mengalami benturan yang begitu keras, sampai-sampai membuatnya kepalanya cedera. Dan itu semua karena Tesya.
"Revan, jawab pertanyaanku, kamu akan lebih memilih aku Tesya yang sudah menolong adikmu, atau dia Bulan yang sudah mencelakakan adikmu?" ujar Tesya kecil.
Revan terbengong. Anak laki-laki itu tidak tau harus menjawab apa. Pertanyaan Tesya barusan, merupakan pertanyaan yang membuatnya tidak bisa berkata-kata. Di sisi lain, Bulan merupakan teman terdekatnya, dan sisi lainnya Bulan itu sudah mencelakakan adik kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...