EPILOG

4.2K 179 195
                                    

januari kemarin nyebelin:)

now playing~ that should be me

ini Itsa Adinda, masi inget gaa

ini Itsa Adinda, masi inget gaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kelak saat semua berjalan semacam biasa, kan ku rangkai uluran waktu kita yang sempat terjeda. Menyelam bersama kelam yang dulu berkuasa. Lalu nanti kita ganti dengan ulas tawa. Dan untuk saat ini, biar alam dulu yang menata rencana.

**

Delapan belas bulan berakhir panjang.

Penantian bertajuk kerinduan, akan terkikis perlahan oleh kepulangan. Sudah cukup hari yang dilewati terpenuhi dinding kehampaan. Berbekal kelulusan dari masa Sekolah Menengah Atas dan kondisi mental sekaligus fisik sempurna yang Bulan dapatkan di Spain, akhirnya dia memberanikan diri untuk menapaki Jakarta kembali.

Bulan menarik napas panjang. Musim dingin di Spain mungkin membuatnya berpakaian tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia sekarang. Hingga beberapa orang tidak henti-henti menatap heran.

"Buset, udah lama nggak tinggal di Indonesia, seketika lupa sama kebiasaan orang Indonesia yang suka bersikap berlebihan." Gumam Bulan sembari terus berjalan—berusaha menepis segala macam pikiran liar. "Ya, panas juga pake baju begini,"

Sejenak, Bulan berhenti. Di tengah padatnya suasana bandara, dia sibuk mengibaskan tangan—berharap angin yang tercipta sedikit meminimalisir rasa panas.

"Ah nggak mempan!" Putus Bulan berakhir mencak-mencak. "Hiks, sedih banget orang-orang bakal mikir ada badut di bandara." Dengan gontai, Bulan kembali mengayun langkah.

Disebabkan libur akhir semester panjang, membuat bandara dipenuhi dua kali lipat pengunjung yang mungkin kebanyakan bepergian dengan tujuan liburan. Tau seperti ini, Bulan memilih Lian untuk menjemputnya dari Spain dan ke Indonesia bersamanya. Karena untuk menunggu jemputan sekarang pun sepertinya membutuhkan waktu yang lama.

Well, apa kabar dengan Bintang, ya?

Secara spontan saja Bulan terkekeh sendiri ketika memorinya berkelana mengarungi sisi manis seorang Bintang Angkasa. Hanya ada kenangan suka, tanpa melihat adanya luka. Bulan, kan, senang egois sama dirinya sendiri. Itulah sebabnya dia sering merasa bahagia meski berdampingan dengan duka.

"Apa Kak Bintang sekarang masih sama kaya Kak Bintang dulu, ya?" Angannya berandai-andai. "Gue udah lulus SMA, berarti sekarang Kak Bintang udah jadi seorang mahasiswa. Kak Bintang udah bukan lagi anak remaja, dia … dia udah dewasa. Rasanya nggak ikhlas banget waktu buat semuanya jadi terasa lebih cepat."

Bulan tertunduk di sela sesi jalan. Perasaan antara campuran senang dan sedih membuatnya mengembangkan senyuman yang sulit diartikan. "Kangen banget sama Kak Bintang. Tapi apa Kak Bintang juga ngerasain hal yang sama?"

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang