CHAPTER 66|PERIHAL REVAN
Now playing~ My Boo
***
Setelah beberapa hari melewati masa pemulihan, akhirnya Bulan bisa kembali mencium bau tanah sekitar rumah. Saking tidak sabarnya, cewek tengil itu langsung berlari tergesa dari mobil menuju kamarnya dan berakhir menemplok di dinding. "Astaghfirullah kangen. Berapa taun ya ninggalin kamar ini dan—YA AMPUN BONEKA ICE CREAM GUE BEDEBU!"
(yamaha kalo kualitas gambarnya burik)
Revan menyusul dari arah belakang. Kedua tangan penuh dengan tentengan segala perlengkapan Bulan. Yang benar saja, demi sahabat laknatnya ini dia merelakan pembelajaran dengan pergantian pekerjaan semacam babu. Tidak apa-apa sih. Demi Bulan.
"Boneka tempat lo bikin pulau aja dibanggain. Bau iler." Sarkasnya bersamaan melempar beberapa macam tas ke lantai.
Kesal, Bulan memasang wajah lempeng. "Lo tau nggak, Van?"
"Apa? Pegel nih tangan gue abis ituin—"
"Boneka ini bahkan lebih ada harganya di banding lo." Potong Bulan dengan durasi singkat.
Revan melongo. Tidak menyangka dengan pengucapan Bulan yang berdampak tidak kecil mengenai perasaan. "Omongan lo ya, sukses bikin jantung gue bocor."
"Tinggal ditambal." Setelah itu, Bulan kembali sibuk dengan bermacam boneka ice cream miliknya. Memberi jeda rasa sunyi yang diam-diam mengusik larutan lamun Revan.
Sepele sih. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini Revan cenderung mudah tersentil tentang masalah hati. Mungkin karena—setelah Revan berhasil mengetahui, kalau harapan dia untuk mendapat balasan rasa, benar-benar sudah tidak ada. Bulan sudah bahagia. Dan itu tidak perlu bersanding dengannya.
"Cape ya jatuh cinta sendiri." Tanpa sadar, ucapan itu terucap lancar dari bibir Revan.
"Galau, Van?" Bulan yang menyadari perbedaan drastis raut Revan, menghampiri dan membawanya untuk duduk ranjang. "Tumben lo bahas cinta. Sekarang, cerita sama gue. Siapa yang udah bikin Revan cunguk ini jadi lemes?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANURADHA [SELESAI]
Teen FictionSingkatnya ada cerita di balik kisah lama. Sesuatu yang dialiri dengan luka serta bahagia. Hingga tercipta akhir yang menyertakan dua suasana. Bukan mengalah kepada Semesta, namun jalur ikhlas adalah yang terbaik bagi mereka. Setidaknya ada memori...