48- JEALOUS

1.4K 87 178
                                    

Maaf ya sempet ke-unpub🙂

CHAPTER 48|JEALOUS

Now playing~ All the kids are depressed

Now playing~ All the kids are depressed

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo?🙃

**

Orang yang paling dekat kadang justru bisa jadi alasan terkuat untuk mengenai hal pupusnya semangat.

**

Syok adalah satu kata yang menggambarkan kondisi Bulan saat ini. Darah itu, pecahan-pecahan botol yang sengaja disayat perlahan di pipi sekaligus lengan, dan orang berjubah hitam dengan mata tajam yang berbicara mengenai sebuah ancaman. Semua itu benar-benar memenuhi daya pikir seorang Bulan.

Rasa-rasanya Bulan lupa cara bernapas untuk menenangkan tragedi yang membuatnya tak mampu berkutik sama sekali. Hingga sampai detik ini pun Bulan masih enggan berhenti menangis di dekapan Revan.

"Lan, sstt diem ya. Udahan dulu nangisnya. Entar yang ada kepala lo jadi pusing lagi," Revan berupaya selembut mungkin untuk membujuk Bulan. Tentu, Revan sangat khawatir akan kondisi Bulan sekarang—yang bisa saja mempengaruhi alzheimer Bulan.

Kalian pasti mengerti kan, tentang fakta: orang yang menangis jika berusaha ditenangkan, seketika tangisnya semakin kencang. Begitu pula Bulan. Isakannya bahkan sudah tidak terkondisikan. Luka-luka itu lebih memilih untuk ditelantarkan daripada untuk disembuhkan.

"Bulan, please stop dulu. Minum dulu biar lo tenang," Revan menyodorkan minum dan langsung ditolak oleh gelengan cepat. "Jangan kaya gini, Lan. Lo nyiksa gue tau nggak. Sumpah gue khawatir sama lo."

"Hiks ... g-gue nggak b-butuh minum lo, hiks ... hiks. V-van gue takut..." Perkataan yang tersendat karena isak tangis, berujung raungan panjang. Bulan bahkan sampai mengeratkan peluknya di samping Revan.

Satu tarik napas gusar lolos begitu Revan mengelus pundak Bulan. "Jangan kenceng-kenceng nangisnya. Entar kepala lo pusing, Lan,"

"Ud-udah pusing hiks ... bego!"

Lagi-lagi Revan menghela napas berat. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Bulan, sampai-sampai Bulan sendiri merasa ketakutan berlebih. Ingin sekali Revan mengorek informasi, namun mengingat lagi, kalau Bulan masih belum sepenuhnya menenangkan diri.

Tadi, saat Revan menemukan Bulan yang sedang berada di pojok kamar mandi, Revan langsung membawanya pergi dan mengamankan di mobil. Hal pertama yang membuat Revan terkejut adalah, penampilan Bulan yang begitu kacau dengan luka-luka bekas sayat yang tertanggal.

Detik itu juga, dugaan yang membuat Revan berdosa mengalir begitu saja. Mengira-ngira kalau pelakunya pasti seseorang yang tidak jauh dari kehidupan Bulan.

ANURADHA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang