42. The Cyber

9.5K 1.4K 394
                                    

"Kakak! Kakak!"

Rey keluar dari dalam mobilnya dengan tergopoh-gopoh, menghampiri Celia yang berteriak di depan markas Varrios sambil menunjuk-nunjuk ke dalam.

"Kakak tolongin! Arakun sama Kak Theo berantem!" ujar Celia dengan wajahnya yang memerah karena panik.

Tanpa membuang waktu Rey segera melenggang masuk ke markasnya. Berjalan cepat bersama Celia yang berlari menuju kolam renang belakang markas. Tempat Araka yang sedang bergulat hebat dengan Theo.

Jika biasanya ia akan membiarkan dua orang itu beradu otot, kali ini Rey harus mencegahnya. Melihat bagaimana kepanikan menyerang Celia sepertinya Araka dan Theo memang benar-benar berkelahi.

Rey baru saja kembali setelah ia izin pergi, tapi kedatangannya malah disambut dengan perkelahian dua temannya. Apa yang terjadi? Rasanya sebelum Rey pergi mereka nampak baik-baik saja.

Tepat di dekat kolam renang belakang markas, Araka menghajar Theo habis-habisan. Dia memukul dadanya, menendang tangannya yang hendak meninjunya, serta memberi tonjokan kuat tepat di hidung lelaki itu.

Theo dibuat mundur karena tonjokan Araka. Dia membuka jaket Varrios-nya dan membuangnya ke sembarang arah, menyisakan kaos singlet berwarna hitam yang menonjolkan otot-ototnya. Theo kembali menyerang membabi-buta, memberi pukulan kuat dan tendangan bertubi-tubi sampai Araka terjungkal ke belakang. Begitu Araka ingin melawan lagi, dadanya ditahan oleh seseorang.

"Stop, Ar! Lo juga berhenti, Yo!"

Rey berdiri di tengah-tengah kedua temannya. Menghalangi mereka yang berambisi untuk saling melukai. Tidak ada yang bisa memisahkan dua orang yang sedang bergulat hebat itu. Markas sedang sepi penghuni, hanya menyisakan beberapa anggota perempuan termasuk Hanny yang tidak berani melerai perkelahian.

"Lo berdua kenapa, sih? Kalau ada masalah selalu ujung-ujungnya berantem."

"Lo tanya aja sama temen lo." Theo menjawab dengan napas berderu tak berirama. Wajahnya kacau dengan keringat bercampur darah yang mengalir di hidungnya.

"Gue? Heh, lo ngaca yang ngajak berantem siapa?!" Araka bergerak maju, tak sempat mendatangi Theo karena Rey mencegahnya.

"Lo yang nonjok gue duluan!"

"Lo dulu yang mancing emosi! Otak itu dipakai, jangan jadi variasi doang!"

"Stop! Gak ada yang boleh berantem lagi. Tim kita sekarang lagi rawan, harusnya tunjukkin sikap solidaritas kalian. Tapi ini apa?" Rey benar-benar dibuat kesal. "Sekarang, gue minta lo berdua saling minta maaf."

Theo berdecih, membuang muka, seakan tak sudi untuk memulai lebih dulu.

Araka masih setia menatapnya nyalang. "Siapa yang salah, dia yang harus minta maaf. Bukan salah gue yang nonjok duluan kalau dia gak bisa jaga mulutnya."

Araka menepis kasar tangan Rey yang menahannya, pergi begitu saja membelah para kerumunan yang didominasi perempuan.

Rey menatap bayangan Araka sampai berlalu, lalu mengubah atensinya pada Theo. "Kenapa kalian bisa berantem, sih?"

"Gue niatnya cuma bercanda, Rey. Gue bilang 'awas istri lo kepincut orang lain', gitu doang. Tuh, orang aja yang baperan." Theo memaparkan alasannya. "Dari kemarin Araka sensi gara-gara masalah sama istrinya, tapi gue yang dijadiin pelampiasan. Mana sakit banget, anjiv! Tuh, orang nonjoknya beneran." Theo meringis, menyentuh darah kental yang mengalir di hidungnya.

Rey menghela, memang sejak kemarin malam emosi Araka lebih mudah mencuat ke permukaan. Dengan hal yang sepele saja Araka mudah terbawa emosi. Sekarang Theo, di sekolah tadi pun entah sudah berapa manusia yang ia ajak untuk bergulat. Hanya saja, Theo menjadi satu-satunya yang tidak tumbang di pukulan pertama. Hingga mereka meneruskan olahraga mereka sampai Rey datang memisahkan.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang